Bab 50

595 62 19
                                    

Rangkaian acara formal berjalan dengan mulus dan khusyuk. Para tamu di buat baper dengan cara Hartono melamar Rengganis secara resmi di depan seluruh keluarga besar.

Daisy juga tak terkecuali ikut merasakannya, wanita itu bahkan ikut meneteskan air mata saat mendengar Hartono menyampaikan perasaan tulusnya pada calon istrinya.

Begitupun dengan Erlangga, pria itu menatap kedua calon pengantin yang berdiri di atas panggung dengan wajah mengharu biru.

Hanya Hadyan yang berwajah datar. Menampilkan ekspresi seperti dirinya yang biasanya. Namun kali ini susah payah dia menahan sudut bibirnya. Bagaimana tidak? Erlangga terlihat serius sekali ber-akting di depannya. Tidak dia sangka ternyata pria itu lihai juga dalam bermain peran.

Hal ini membuatnya sedikit khawatir, takut kalau Erlangga tidak sebaik yang dia pikirkan. Biar bagaimanapun rencana besar yang dia lakukan menyangkut masa depan Erlangga dan negara tempat dia berpijak. Mereka sudah memiliki kesepakatan. Dan entah kenapa Hadyan jadi ragu dengan hasil kesepakatan itu. Dia khawatir Erlangga akan mengkhianatinya.

Hadyan mengusap dagunya pelan sambil menatap Hartono dan Rengganis lekat, hal ini dia lakukan agar Erlangga tidak curiga bahwa sebenarnya pria itulah yang sedang Hadyan pikirkan. 

Sepertinya Hadyan harus menguji Erlangga kembali. Jangan sampai semua rencananya menjadi senjata makan tuan karena dia salah menilai kawan.

Di tengah pikirannya yang melalang-buana, Hadyan sedikit merasa tersentak. Ada sebuah kepala bersarang di bahunya. Saat menoleh kesamping, senyum pria itupun merekah cerah. Istrinya sedang bergelayut manja padanya sambil menatap kedua sejoli yang sedang di godai pembawa acara.

Yeah, acara itu bisa dikatakan sudah hampir selesai. Acara puncaknya sudah dilaksanakan, Rengganis dan Hartono sudah resmi bertukar cincin yang menjadi pertanda ikatan pertunangan mereka.

Setelah acara pembacaan doa yang menjadi penutup acara, para hadirin pun di persilahkan berbaur dan bercengkrama dengan calon pengantin dan keluarga besarnya.

Hadyan sendiri memilih mengajak istrinya menuju tempat Hartono dan Rengganis berada. Tampak kedua sejoli itu sedang dikerubungi beberapa orang yang menjadi kenalan mereka. 

"Nanti aja lah Mas, lagi rame itu" usul Daisy terdengar tidak enak ketika menatap ke arah kerumunan itu.

"Nanti malah tambah ramai, dek. Mas capek banget ini, habis nyapa mereka kita sekalian pamit ke Bapak" ucap Hadyan. Bapak yang pria itu maksud adalah Baskoro.

Hadyan memang terlihat letih sekali. Karena tidak tega, Daisy pun akhirnya memilih menuruti.

Mereka pun kemudian berjalan dengan  cepat ke arah calon pengantin tersebut. Begitu sampai di hadapan keduanya, orang-orang yang sedang bercengkrama dengan mereka langsung menyambut Hadyan hangat.

Seolah mengerti, setelah bersalaman akrab orang-orang yang mengerubungi Rengganis dan Hartono pun pamit undur diri. Mereka berpencar ke setiap sudut ruangan, ada yang menemui kenalannya, ada yang sekedar mencicipi hidangan lezat.

"Untung kalian segera kemari. Aku sudah hampir nyerah meladeni mereka." Gerutu Hartono pelan, sedikit berbisik karena takut ada orang lain yang mendengar.

"Sayang sekali, kami cuma sebentar. Sehabis ini mau pamit dengan Bapak lalu pulang"

"Oh ya? Kenapa cepat sekali?" Protes Hartono.

Raut wajah Rengganis ikut menampilkan pertanyaan yang sama. Daisy tidak mungkin salah melihatnya. 

Huh, ternyata wanita itu masih mengharapkan suaminya. Gerutu Daisy dalam hati.

Devil Inside HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang