Suara burung berkicau membangunkan Liam dari tidurnya, sinar matahari yang menyengat membuat ia terpaksa mengerjapkan mata beberapa kali, ia segera menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Suara Regan yang sepertinya sedang mengobrol dengan warga membuat Liam tertarik dan menuju ke teras. "Astaga Tuan Liam, kau tampan sekali." Ucap seorang ibu yang sedang hamil.
"Aku setuju, ketampananmu berkali-kali lipat di pagi hari." Ucap seorang ibu lainnya menimpali, sedangkan kepala desa yaitu Jude hanya bisa terkekeh mendengarkan penuturan ibu-ibu di desa Paz ini.
Salah tingkah, Liam hanya tersenyum dan mengangguk sopan setelahnya bergabung dengan ibu-ibu dan Regan yang sedang menikmati nasi beserta lauk yang sudah disiapkan.
"Ibu-ibu, sahabatku ini memang tampan, di negara kami, dia diperebutkan oleh banyak sekali wanita, namun sayang dia masih melajang diumurnya yang ke- 30 tahun ini, mohon bantuannya jika kalian masih memiliki anak gadis ya." Ucap Regan dengan lancar dan mengabaikan tatapan mematikan dari Liam.
"Wah apa perlu kita mencarikan jodoh dengan membuka sayembara?" tanya seorang Ibu, semua tertawa.
"Berhentilah menggoda Tuan Liam, silakan di makan dulu Tuan." Ucap Jude sopan.
"Terima kasih, saya juga berterima kasih karena telah memperlakukan Regan dengan baik selama ia tinggal disini." Ucap Liam.
"Tentu saja Tuan, oh iya perkenalkan sebelumnya saya Ibu Iris, dan ini Ibu Lexi, dan Ibu Perry, tentu saja kepala desa kebanggaan kami Ibu Jude." Iris adalah seorang ibu-ibu berusia lanjut yang sangat heboh sekaligus sebagai bandar gosip di desa ini, sementara Ibu Lexi adalah Ibu muda yang memiliki dua anak, dan Ibu Perry sedang mengandung anak pertamanya.
"Kau bisa meminta bantuan kami kapanpun kau membutuhkannya, Nak Regan juga demikian."
"Sekali lagi terimakasih dan tolong panggil saya Liam saja, tak perlu ada tambahan 'Tuan'." Ucap Liam.
Keempat Ibu itu semakin terpanah melihat sikap Liam sebagai anak pemilik tanah yang mereka tinggali, padahal ibu-ibu itu yakin Liam pasti adalah pemuda konglomerat yang seharusnya bersikap acuh dan sombong.
"Apa aku boleh berkeliling di sekitar desa ini?" tanya Liam tiba-tiba membuat semuanya menatapnya.
"Tentu, aku akan menemani." Ucap Jude, ia tersenyum pada Liam.
"Aku sudah bosan berkeliling sejak hari pertama, aku akan membantu ibu-ibu mengupas cumi dipinggir laut, atau membantu di kedai-kedai." Ucap Regan menghabiskan makanannya, Liam tersenyum mengangguk, ini adalah rencana mereka yang sudah dirancang semalam, mereka akan mendekati warga untuk tahu dimana pintu menuju ruang bawah tanah berada, dengan begitu mereka berdua dapat segera meninggalkan desa ini dan berlibur sesuai permintaan Liam pada Ayah dan Ibunya.
*******
Departemen penyelidikan internal dan kota masih sangat sepi, baru beberapa orang yang datang, tapi Hansa sudah terlihat sibuk di meja kerjanya, beberapa kali matanya melirik pada kertas kemudian pada komputer dihadapannya.
"Hansa, apa aku tidak salah lihat? Sepagi ini kau sudah duduk dimejamu?" tanya Xaden sebagai kepala departemen.
"Kak Xaden lebih baik kau diam, aku sedang tidak ingin menanggapimu." Ketus Hansa, ia dan Xaden adalah teman masa kecil, dan terpisahkan semenjak ia pindah ke desa Paz, dan bertemu lagi ketika ujian masuk ke SUKA, ternyata Xaden adalah seniornya, mereka sudah terlihat seperti kakak dan adik, namun beberapa isu yang menyeruak mengatakan mereka memiliki hubungan yang lebih daripada itu.
"Beristirahatlah sejenak, urusan Paz Village tidak akan serumit itu." Ucap Xaden duduk disamping Hansa.
"Tidak rumit tapi sudah dua tahun, desa itu masih belum bisa diambil alih."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED PARTNER
Romansa[ ADULT ROMANCE, CEO, AGENT, AND ACTION] Paz Village merupakan desa yang diperebutkan oleh perusahaan-perusahaan besar yang ada di kota Arnoida entah apa daya tariknya sehingga pemerintah turut ikut campur. Sehingga permasalahan ini semakin rumit ba...
