[ ADULT ROMANCE, CEO, AGENT, AND ACTION]
Paz Village merupakan desa yang diperebutkan oleh perusahaan-perusahaan besar yang ada di kota Arnoida entah apa daya tariknya sehingga pemerintah turut ikut campur. Sehingga permasalahan ini semakin rumit ba...
Gedung seni itu tampak ramai oleh pengunjung, karena hari ini merupakan akhir pekan. Regan yang mengendarai mobil sport kuning itu menghentikannya di lobby, dengan setelan rapih berwarna hitam ia segera membukakan pintu bagi Liam, pria tampan itu tampak mempesona dengan tuxedo abu-abu. Sementara itu Yelena yang mengenakan setelan berwarna hitam, selaras dengan milik Regan, ia membukakan pintu bagi Hansa, gadis itu terlihat cantik mengenakan gaun warna hitam yang menampilkan bahu dan bagian punggung belakangnya, lehernya dihiasi kalung dan beberapa perhiasan lain melekat di telinga dan juga pergelangan tangan. Keduanya seperti bintang papan atas, semua mata tertuju pada mereka saat ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku dan Yelena akan berada di mobil, kami akan menemui kalian setelah keluar dari gedung seni." Ucap Regan
"Berhati-hatilah kalian." Ucap Yelena.
Kini Hansa menggandeng lengan Liam dan wajahnya menatap kedepan dengan senyuman, ia harus menjalani aktingnya kembali sebagai istri pengusaha kaya raya dengan perilaku yang baik dan sopan.
"Selamat datang di galeri Aradab, Tuan Ethan dan Nyonya Cara, perkenalkan saya Rhetta, manajer disini yang akan memandu tuan dan nyonya selama setengah hari ini, silakan masuk." Ucap Rhetta, manajer berumur 40 tahun itu masih tampak sangat muda dan cantik dengan pakaian formalnya berwarna putih.
"Terima kasih Ibu Rhetta, tempat ini sangat diidam-idamkan oleh istriku." Liam kini menepuk tangan Hansa, membuat wanita itu ikut tersenyum.
"Tentu Ibu Cara adalah pelukis berbakat, mari saya antar untuk berkeliling." Rhetta mempersilakan Liam dan Hansa untuk masuk.
Mata Liam dan Hansa langsung mempelajari semua sudut ruangan. "Gedung ini sangat luas, tidak seperti di gambar." Bisik Hansa.
"Tentu, ini adalah salah satu asset mahal milik perdana menteri." Ucap Liam.
Mereka sudah berkeliling di setiap lantai, bahkan Hansa yang baru pertama kali pergi ke galeri seni saja sudah langsung terpukau oleh karya seni yang ditampilkan, sedangkan Liam cenderung bosan, ia sudah sering mengunjungi tempat semacam ini.
Saat akan memasuki lantai paling atas gedung, dimana ruangan khusus itu berada, namun saat Liam dan Hansa sampai, lampu dimatikan, terdengar bunyi converti berulang kali, kemudian saat lampu menyala sudah ada dekorasi dan balon sudah dihadirkan. "Silakan Nyonya Cara, untuk acara ini kami serahkan kepada Anda." Ucap Rhetta dengan hormat dan tersenyum bahagia.