PART 28-HADIAH PERPISAHAN

22 3 0
                                    

Berita terkini di televisi membuat senyuman Hansa mengembang, ia melihat seluruh channel berita menampilkan kekacauan di laboratorium, pabrik, dan gudang milik Galaxy, bahkan kerugiannya ditaksir mencapai lebih dari miliaran. Hansa bahkan berjoget kesana dan kemari. Kemudian terdapat juga wawancara dengan Cleo selaku CEO Galaxy Group. Wajah Cleo begitu dingin namun tersimpan amarah, inti pembicaraannya adalah ia akan bekerjasama dengan kepolisian untuk menyelidiki kasus peledekatan itu namun ia berkata obat yang ditunggu oleh masyarakat akan tetap diproduksi mengingat masyarakat sangat membutuhkannya.

"Cih!" Hansa berdecih sambil mengepalkan tangannya. Ia mengganti channel lain dan mengatakan beberapa perusahaan rekanan Galaxy mulai khawatir, selain itu harga saham perusahaan itu mengalami penurunan yang sangat drastis. Ini artinya Hansa harus segera menyusun rencana berikutnya. Dengan cepat ia memakai jaketnya dan mematikan televisi lalu mengunci pintu rumahnya kemudian berlari ke tempat Liam tapi sepertinya baik Liam maupun Regan tidak ada dirumah, Hansa berpikir kemana keduanya? Ia teringat bahwa Liam mungkin ada di rumah yang berada di atas ruang bawah tanah.

Dengan tawa menghiasi wajah Hansa kemudian bias cahaya matahari memantul di wajahnya, rambutnya yang ia biarkan terurai membuat siapapun akan menatap kagum ke arah wanita itu. Benar saja, Liam ada disana dan sedang memperhatikan pembongkaran lemari itu yang hampir selesai. "LIAM!" teriak Hansa kemudian berlari menghampiri laki-laki itu, Liam yang terkejut kemudian tersenyum, bahkan Hansa hampir saja jatuh beruntunglah Liam segera menangkap tangan Hansa.

"Kenapa kau berlari? Kau bisa terjatuh!" ketus Liam.

"Aku senang sekali, hari ini Galaxy mendapat banyak masalah." Hansa menggenggam tangan Liam dan menggoyang-goyangkannya.

"Mereka memang pantas menerimanya, ini baru permulaan." Liam tersenyum getir, sejujurnya ada yang ingin ia katakan pada Hansa, tapi ia juga tidak ingin merusak suasana hati Hansa yang sedang ceria.

"Ah betul ini baru awal, sebaiknya kita segera merencanakan apakah kita akan mengancam para perusahaan yang mendukung Galaxy, atau langsung menyerang CEO mereka yang sedang stress?" kekeh Hansa sambil bersemangat, wajah Hansa jadi menggemaskan jika seperti ini, Liam bahkan ingin mencubit kedua pipi Hansa yang sedang menggembung itu.

"Astaga kau terburu-buru sekali..." Liam mengusap puncak kepala Hansa membuat gadis itu terhenti dari lamunannya, ia menatap Liam. "Apa ada yang ingin kau bicarakan padaku?" tanya Hansa. Sepertinya Hansa punya kemampuan membaca pikiran, hal itu membuat Liam terkejut dan tersenyum. "Kau tunggu disini sebentar ya." Liam menepuk puncak kepala Hansa membuat wanita itu mengangguk.

"Apa semua sudah selesai?" tanya Liam.

"Sudah Pak, tinggal bagian tutupnya diangkat, butuh pengeboran kurang lebih dua hari kedepan."

"Baik kabari aku jika sudah selesai, kemungkinan aku tidak akan disini saat itu terbuka jadi kirimkan gambarnya jika kalian sudah berhasil menemukan pintunya."

"Baik pak." Jawab mereka bersamaan.

Sebetulnya Hansa mendengar samar-samar bahwa Liam tidak akan ada disini dua hari kedepan, apa mungkin laki-laki itu akan pergi ke pusat kota? Ke tempat anak perusahaannya?

"Ayo kita berbelanja." Ucap Liam.

"Belanja?"

"Ya kau bebas berbelanja apapun yang kau mau, aku akan mentraktirnya. Kita ke pusat kota sekarang." Ucap Liam berjalan mendahului Hansa.

"Apa kau mentraktirku sebagai ucapan perpisahan? Kau akan pergi ke pusat kota? Sampai kapan? Jangan lupa kita harus menyusun strategi untuk mengalahkan Galaxy." Hansa menghalangi Liam dan merentangkan tangannya.

"Kau ingin kita berpisah? Kau mengira aku akan pergi?" tanya Liam tak percaya mengapa gadis itu bisa membaca isi hatinya?

"Tidak! Tidak boleh! Kau tidak boleh pergi sampai semua berakhir." Ucap Hansa menggoyangkan jari telunjuknya didepan wajah Liam.

UNEXPECTED PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang