Ketukan pintu dan bias cahaya matahari kini menjadi pelengkap untuk membangunkan Regan dan Yelena dari tidur mereka yang nyenyak, Regan masih memeluk Yelena dari belakang, tangan Regan dijadikan bantalan untuk Yelena tidur.
"Siapa yang datang sepagi ini?" tanya Regan dengan suara parau.
"Biar aku yang membukanya, itu pasti orang yang mengantar hasil laundry." Ucap Yelena masih dengan mata tertutup.
"Aku saja, kau pasti lebih sulit berpakaian." Regan mulai bangun dari tidurnya dan merenggangkan tangannya, ia mencari pakaian dalam dan celananya, ketukan pintu semakin kencang.
"Astaga mengapa dia tidak sabaran?!" kesal Regan, dengan bertelanjang dada ia akhirnya bersiap membuka pintu tapi pintu itu justru sudah terbuka lebar, menampilkan sepasang suami istri yang sudah berumur.
"ASTAGA!" teriak seorang ibu paruh baya langsung memalingkan wajahnya.
Regan yang panik hanya bisa menunduk berulang kali. "Maafkan aku..."
Yelena yang mendengar suara ribut-ribut segera bangun dari tempat tidurnya, ia mencari pakaiannya namun tidak menemukannya. "Aduh dimana Regan melemparkan bajuku?" Yelena sudah mencari ke segala sisi tapi hanya kemeja Regan yang ia temukan, dengan segera ia memakainya, ah kebesaran, bahkan ini bisa menjadi sebuah gaun selutut.
"Apa yang kau lakukan di apartemen putriku?! Dimana ia?!" ketus seorang pria paruh baya.
"Putri? Maksud Anda..." Ucapan Regan menggantung.
"Ayah, Ibu." Ucap Yelena saat keluar dari kamar.
Mereka semua saling berpandangan. "Biar aku jelaskan tapi, sebelumnya kami harus berpakaian yang lebih sopan dulu, bukan?" tanya Yelena sambil menampilkan senyumannya.
"Cepatlah!" teriak sang ayah.
Yelena menarik tangan Regan cepat menuju kamarnya, hal itu membuat ayah dan ibunya terkejut, bagaimana mungkin jika selama ini mereka mengira Yelena hanyalah gadis yang tidak memiliki jiwa sosialisasi, bahkan mereka takut jika Yelena tidak menyukai laki-laki, atau anaknya mungkin memiliki gangguan kejiwaan, karena jika ditanya soal pasangan ia hanya bilang cita-citanya memiliki keluarga kecil dan tinggal di pinggir pantai, tapi apakah ia memiliki kekasih, wanita itu selalu mengelak dan membahas hal lain. Suami istri itu sedikit lega dan bersyukur Yelena setidaknya kini memiliki seorang laki-laki bersamanya.
Didalam kamar, Yelena menatap Regan dengan perasaan bersalah. "Maaf, aku tidak tahu jika Ayah dan Ibu akan berkunjung."
"Mengapa kau minta maaf? Kau sama sekali tidak salah, biar aku yang berbicara." Regan justru mengusap pipi Yelena, berusaha menenangkan wanita itu.
"Apa yang harus kita katakan?" tanya Yelena.
"Kau tenang saja ya, sebaiknya kita segera berganti pakaian."
Di ruang tamu Ayah dan Ibu Yelena menelisik ke seluruh ruangan, ada beberapa barang laki-laki disana, sepertinya itu milik Regan, berarti laki-laki yang bersama anak mereka kini sudah cukup lama tinggal di apartemen ini, mereka sudah tinggal bersama.
Pintu kamar kembali terbuka, Regan dan Yelena keluar dari sana, kemudian Yelena mempersilakan kedua orang tuanya duduk. "Ayah dan Ibu, mengapa tidak mengabari jika mau datang, aku bisa menjemput kalian." Ucap Yelena lembut.
"Kalau kami tidak kesini tadi, kami tidak akan memergoki kalian." Ucap sang ayah ketus, dengan cepat istrinya menepuk tangan suaminya itu.
"Ah maaf ya kami mengganggu kalian." Ucap sang ibu.
"Tidak, justru kami yang minta maaf karena membuat pemandangan kurang baik pagi ini." Ucap Regan sopan kemudian ia menunduk. "Perkenalkan saya Regan Xavier." Regan menyalami Ayah dan Ibu Yelena, salamnya diterima dengan baik walau wajah Ayah kekasihnya itu masih saja menatapnya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED PARTNER
Romantik[ ADULT ROMANCE, CEO, AGENT, AND ACTION] Paz Village merupakan desa yang diperebutkan oleh perusahaan-perusahaan besar yang ada di kota Arnoida entah apa daya tariknya sehingga pemerintah turut ikut campur. Sehingga permasalahan ini semakin rumit ba...
