Mengawali pagi yang cerah di desa Paz Village, Hansa sudah berpakaian lengkap dengan balutan celana jeans hitam dan sepatu hitam, turtle neck berwarna broken white dan jaket kulit hitam, rambut yang dikuncir satu dan poni yang ia biarkan membelah ke samping, sedikit polesan makeup membuat dirinya terlihat cerah, ia bersiap pergi ke tempat kerjanya, masa cutinya telah habis, walau ia sebenarnya punya banyak sekali waktu cuti tapi ia tidak ingin berlama lama-lama. Semalaman ia berpikir sangat banyak, sampai akhirnya ia memutuskan untuk menyelidiki kasus ibunya dan membantu kasus Paz Village walau ia sebetulnya sangat ragu, namun sebagian dari dirinya mendorongnya untuk melakukan hal yang menurut Ibunya benar itu.
Langkah pertama adalah ia harus bertemu dengan Liam, ia berharap laki-laki itu bisa memberikan saran yang mungkin membantunya. Beberapa kali mengetuk pintu rumah, namun tak ada balasan, Hansa mulai panik, apa mungkin terjadi sesuatu yang buruk pada kedua laki-laki itu? Hansa menempelkan telinganya di pintu, hening.
Namun, pintu terbuka membuat Hansa semakin terkejut, dengan langkah pelan ia membukanya lebih lebar. "Permisi."
"Astaga!" Hansa berteriak saat melihat Liam dan Regan tergeletak di ruang tamu dengan bau alkohol yang sangat menyengat. Ada gelas dan banyak botol yang berserakan.
"Kalian mabuk sampai seperti ini?! Cepat bangun! Bagaimana jika orang jahat yang masuk?" Hansa membelalakan matanya, melihat ruang tamu ini sangat kacau. "Mereka berkaraoke juga?" tanya Hansa saat melihat televisi yang masih menyala.
Perlahan Hansa merapikan semua kekacauan ini, tapi kedua laki-laki itu belum bangun juga. "Apa mereka habis putus cinta?" karena biasanya Xaden akan mabuk bila bermasalah dengan kekasihnya atau putus cinta, ia juga melihat rekan-rekannya di SUKA seperti itu, selalu saja karena pasangan.
"TUAN LIAM! TUAN REGAN! BAGUNLAH!" teriak Hansa menggoncangkan tubuh mereka.
"Haa...n...sa..." lirih Liam perlahan membuka matanya dan dengan susah payah bangun dari posisinya.
"Iya aku Hansa, kenapa kalian bisa sampai mabuk dan menghancurkan seisi ruang tamu?"
"Argh kepalaku! Pusing sekali!" ucap Liam yang kesulitan, kemudian Hansa membantunya, namun Liam justru terlihat ingin memuntahkan isi perutnya, ia segera berlari menuju kamar mandi.
Hansa memutar bola matanya, ia kemudian mendekati Regan dan mengguncangkan tubuhnya. "Tuan Regan!" teriak Hansa, kemudian perlahan mata Regan terbuka. "Ah apa kita sudah di Jepang? Tapi mengapa Nona Hansa ikut? Apa kau yang membawanya?" Ucapan Regan begitu melantur.
"Jepang?" tanya Hansa bingung.
"Dua orang ini..." Hansa menahan kegeramannya.
Sebaiknya ia menuju ke dapur untuk membuat sup pereda mabuk, ia melihat di kulkas ada bahan-bahannya, walaupun Hansa tidak suka mabuk, tapi sup Pereda mabuk buatannya adalah yang terenak di SUKA, ini karena seluruh rekannya suka sekali mabuk lalu saat pagi hari datang ke SUKA, dan mess selalu jadi tempat mereka berkumpul dan berkeluh kesah, Hansa yang tidak tega selalu membuatkan mereka sup Pereda mabuk.
Tak sampai 15 menit, sup itu pun jadi. Hansa menghidangkannya, ia melihat ke ruang tamu dan menemukan Regan sudah terduduk, sepertinya ia habis mual-mual, sementara Liam, sepertinya laki-laki itu sedang mandi.
Lebih baik Hansa menunggu Liam dan segera menyampaikan maksudnya datang ke sini. Setelah menunggu sambil bermain ponsel, Liam pun membuka pintu kamar mandinya. Mata mereka bertemu dan membuat keduanya terkejut, bagaimana tidak Liam hanya mengenakan handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya.
"Aaaaaaa!!!" teriakan Hansa membuat Regan terkejut dan sadar sepenuhnya.
"Hei...Hei! Berhenti berteriak! Gendang telinga kami bisa copot!" teriak Liam.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED PARTNER
Romance[ ADULT ROMANCE, CEO, AGENT, AND ACTION] Paz Village merupakan desa yang diperebutkan oleh perusahaan-perusahaan besar yang ada di kota Arnoida entah apa daya tariknya sehingga pemerintah turut ikut campur. Sehingga permasalahan ini semakin rumit ba...
