PART 32-TERNYATA RINDU

26 3 0
                                    

Kecanggungan kembali menghiasi Liam dan Hansa pagi ini, saat terbagun tadi, Liam dan Hansa tidur bersebelahan di ranjang Hansa, hal itu membuat keduanya hanya diam saja sepanjang pagi tadi, mandi saling bergantian, Liam yang memasak sarapan untuk keduanya bahkan sampai keduanya akan pergi makan siang bersama dengan Regan dan Yelena pun tak ada obrolan diantara keduanya.

Hansa terus melihat ke arah sekitar sementara Liam yang berjalan di depannya pun juga bingung, keduanya ingin saling berbicara dan mencoba bersikap biasa saja namun tidak bisa, hal ini pernah terjadi saat Liam dan Hansa terbangun sambil saling memeluk. Tiba-tiba Liam berhenti dan memutar badannya, hal itu membuat kepala Hansa terbentur dengan dada bidang Liam.

"Ah!"

"Astaga!"

Hansa mengusap kepalanya, Liam terlihat khawatir. "Kau tak apa?" Hansa mengangguk sebagai jawaban.

"Mengapa kau berbalik seenaknya huh?!" ketus Hansa, ternyata gadis itu kembali kepada sifatnya.

"Ponselku tertinggal, aku akan mengambilnya dulu." Setelah Liam berucap seperti itu, Hansa berjalan keluar pintu.

Sekumpulan warga berjalan mendekati rumah Hansa, sepertinya mereka semua habis berbelanja karena beberapa diantaranya membawa bahan masakan. "Pagi," Sapa Hansa.

"Pagi..." Jawab kumpulan warga itu dengan kompak.

Mata mereka terarah pada mobil Liam yang terparkir disamping rumah Hansa.

"Mengapa tidak tunggu di mobil?" tanya Liam yang baru saja keluar, melewati pintu, sekarang Hansa hanya memejamkan mata, pasti warga akan mengira Liam menginap dirumahnya, tapi memang itu yang terjadi. Tamatlah riwayatnya, rumor apalagi yang akan menyebar.

Sementara Liam yang baru sadar akan perubahan wajah Hansa hanya bisa tersenyum canggung kepada para warga yang menampangkan senyum menggoda, wajah yang berseri, dan beberapa diantaranya sudah berbisik satu dengan yang lain.

"Ah iya, kami pamit dulu ya." Ucap Liam dengan cepat berjalan menuju mobil sementara Hansa mengekori sambil tersenyum canggung.

"Cocok sekali seperti pasangan yang baru menikah."

"Apa sebaiknya mereka segera menikah, aku takut Hansa akan hamil lebih dulu."

"Hei! Mulutmu! Jangan sembarangan begitu, mereka yang memiliki hubungan."

"Sepertinya kerinduan Hansa sudah terbayarkan." Kekeh Merry.

Suara-suara itulah yang terdengar oleh Liam dan Hansa, suasana semakin canggung, bahkan selama perjalanan di mobil hanya sebuah lagu yang menemani.

Sesampainya di sebuah kedai makan, Liam dan Hansa turun bersama, terlihat sudah ada mobil Yelena disana.

Kedatangan Liam dan Hansa disambut oleh lambaian tangan Yelena yang bersemangat. Keduanya duduk dengan canggung bahkan terkesan menjaga jarak. Sambil menunggu makanan datang, Yelena membuka obrolan dengan sangat ceria. "Aku pikir aku bermimpi tadi pagi, Regan berbaring disampingku, saat ku sentuh wajahnya itu nyata."

Liam dan Hansa tampak bingung melihat Yelena yang tersenyum bahagia bahkan kedua tangannya ia jadikan penyangga untuk dagunya. Sedangkan Regan sibuk memasakan daging kemudian menyiapkan berbagai sayur untuk wanita disampingnya itu.

"Kau tidak boleh mabuk lagi, bagaimana jika yang datang kemarin bukan aku?" Regan kini mengusap puncak kepala Yelena.

"Yak! Apakah kami hanya pajangan?" tanya Liam.

"Maaf, ah iya bagaimana semalam?" Tanya Yelena, sedangkan Regan justru sibuk memasak.

Wajah Liam dan Hansa kini saling berhadapan. "Bagaimana apanya?" tanya Hansa gugup.

"Apa kalian tidur bersama?"

"TIDAK!" teriak keduanya membuat beberapa pengunjung restoran menatap kepada mereka berempat.

"Ah kalian! Jangan berteriak begitu, lagipula aku akan percaya jika kalian menjawab dengan biasa saja, justru aku jadi curiga kalau kalian begini." Yelena menyipitkan matanya.

"Kau berbicara apa?!" Hansa kini menatap tajam dan mendekatkan wajahnya ke Yelena, membuat gadis itu bergidik ngeri.

Setelah adegan tatapan tajam Hansa, mereka berempat diam saja, sesekali Regan dan Yelena akan berbincang dan tertawa sementara dua orang di seberang mereka justru terlihat kikuk dan dingin bahkan sedari tadi Hansa baru dua kali menyendokan makanannya. Saat Liam akan mengambil minum tangannya tidak sengaja menyenggol lengan Hansa membuat keduanya saling menatap kemudian dengan segera memalingkan wajah. Regan dan Yelena dibuat bingung dengan sikap keduanya. "Ah aku sungguh tidak kuat dengan suasana seperti ini! Sebenarnya kalian ini kenapa?"

Liam dan Hansa terdiam, tak ada satu katapun yang keluar, mereka sendiri bingung mengapa suasana jadi canggung seperti ini. "Yak Liam! Mengapa saat sekarang sudah dekat dengan Hansa kau jadi aneh begini? Padahal saat berjauhan kemarin kau terus menggangguku untuk sekedar menanyakan apakah Hansa sudah sarapan? Apakah dia sehat? Dan apa kegiatannya?" cerocos Yelena membuat Liam membelalakan mata sementara Hansa tidak dapat menyembunyikan senyumnya.

"Kau sungguh merindukanku heh?" tanya Hansa menggoda.

"Tidak! Itu semua bohong!" ucap Liam gugup.

"Mau kutunjukan pesanmu?" tanya Yelena.

"Kekasihmu sungguh tidak bisa menjaga rahasia." Liam menghela nafas ke arah Regan.

"Ya dia sedikit berbeda denganku, aku pandai menyimpan rahasia kalau Hansa juga setiap 3 kali sehari bahkan lebih menghubungiku hanya untuk memastikan kau baik-baik saja. Ah terlebih soal makananmu dan waktu tidurmu, dia sangat tahu semua itu, apa kalian sering tidur bersama?" Regan berbicara dengan begitu semangat tanpa memperdulikan tatapan Yelena yang bingung, tatapan Liam yang sepertinya sangat bahagia dan tatapan Hansa yang tentunya siap menerkam.

"Tuan Regan sepertinya Anda justru lebih parah dibanding kekasih Anda." Ketus Hansa membuat Regan segera menyadari ucapannya dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Sudahlah berhenti menjadi munafik, kenapa saat jauh kalian jadi lebih romantis? Tapi sekarang kalian jadi saling menghindari begini? Apa kalian membuat kesalahan?" tanya Yelena menyelidik.

"Hansa memang aneh, padahal kami juga pernah tidur satu atap sebelumnya, tapi tadi pagi dia jadi pendiam karena kami tidur bersebelahan di kamarnya."

"YAK!"

"Apa? Aku benar bukan? Kau sendiri yang waktu itu menghampiriku diruang tamu dan bilang kamu tidak bisa tidur jadi aku meme..." Ucapan Liam terhenti ketika Hansa memasukan daging yang dibungkus selada kedalam mulutnya.

"Kenapa kau terlalu jujur pada mereka?!" Bisik Hansa.

"Lebih baik kita membahas strategi untuk menangkap CEO Galaxy agar semuanya bisa cepat selesai." Ucap Hansa.

"Aku sudah mengumpulkan banyak informasi mengenai CEO Galaxy itu." Ucap Regan mengeluarkan beberapa lembar kertas.

"Wuah, kapan kau mendapatkan semua ini?" tanya Hansa.

"Selama di Amerida, Liam menugaskan ku ini ketika pekerjaan sudah selesai, dia khawatir padamu." Ucap Regan sambil menyusun kertas, sementara Yelena tersenyum kepada Liam dan Hansa, untuk memecahkan suasana canggung ini, Liam batuk dengan di sengaja.

"Jadi dia sering ke rumah sakit?" tanya Hansa.

"Ya sepertinya dia rutin memeriksakan kesehatan." Jawab Regan.

"Akan sangat sulit membawanya dari rumah sakit miliknya sendiri." Ucap Yelena.

"Apa tidak ada tempat lain yang sering ia kunjungi, kita bisa saja menemukan bukti lain selain dengan cara menculiknya." Hansa menghela nafas.

"Dia hanya selalu bepergian untuk urusan bisnis, selain itu ia akan menetap di rumah dan di rumah sakit, tapi sampai saat ini aku belum bisa melacak keberadaan rumahnya, dia sangat pintar untuk itu."

"Hanya ada satu cara." Ucap Liam, semua mata tertuju padanya.

"Menyamar." Liam melanjutkan ucapannya.

UNEXPECTED PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang