PART 52-KABAR BAIK

23 4 0
                                    

Laporan yang Max terima membuat dirinya marah besar, ia bahkan membanting semua barang yang ada di ruangan kerjanya saat ini, ia tak menyangka bahwa dirinya kalah dari Liam dan Archie Group, dan pendukung-pendukung terbesarnya mulai mengundurkan diri.

"Tuan Max, Anda harus tenang jika ingin menang." Ucap Brie mencoba menenangkan clientnya.

"Bagaimana aku bisa tenang jika aku tahu akan bangkrut, aku akan hancur jika seperti ini terus, mereka menutup semua akses usahaku." Max menjambak rambutnya sendiri.

"Kalau begitu senjata rahasia kita harus diluncurkan." Brie tersenyum sinis.

"Kau benar, aku harus mengambil hal-hal berharga dari Liam dan Archie Group." Ucap Max.

"Kita akan membuat rencana yang matang, dimulai dari kehancuran perusahaan sampai kepada kehancuran kehidupan pribadi." Brie kini tersenyum licik, di dalam kepalanya sudah tersusun berbagai rencana.

*******

Sebuah kamar Villa yang langsung berhadapan dengan perbukitan dan pantai menjadi pilihan Liam dan Hansa untuk berlibur selama 3 hari, dan ini adalah hari terakhir mereka.

Hansa memeluk Liam erat, mereka berbalut selimut karena sedang memasuki musim dingin. "Apa Regan sudah menghubungimu?" tanya Hansa.

"Belum, sepertinya mereka sibuk mempersiapkan pernikahan." Jawab Liam sambil mengusap kepala Hansa.

"Aku turut bahagia, bahkan Yelena sudah langsung memiliki Tobias." Hansa tersenyum senang, Liam setuju kemudian ia mencium puncak kepala Hansa.

"Liam, apakah kau pernah berpikir, nanti jika menikah, kau akan memiliki berapa anak?" tanya Hansa.

"Aku tidak pernah memikirkannya..." Jawab Liam enteng, dia memang pernah meminta Hansa untuk tinggal bersamanya, namun ia belum pernah berpikir untuk membina sebuah keluarga, cukuplah mereka menjadi sepasang kekasih, hanya itu.

"Kenapa?" tanya Hansa terkejut.

"Entahlah, menurutku itu tidak penting, yang penting kita saling mencintai dan itu cukup bagiku."

Hansa terlihat tersentak mendengar ucapan Liam. "Aku tidak ingin memiliki anak, jika pada akhirnya aku tidak bisa menjadi orang tua yang baik, lihatlah Kak Elish, dia justru terbeban dan memilih mengakhiri nyawanya."

"Ini hanya misalnya, jika aku hamil bagaimana?" tanya Hansa spontan, ia tersenyum penuh harap.

"Kau hamil? Kau serius?" tanya Liam melihat ke arah perut Hansa bahkan mengusapnya.

"Tidak...tidak... hanya berandai-andai saja..." kekeh Hansa.

"Hmmm... aku tidak tahu, tidak usah dipikirkan jika belum kejadian, lagipula aku dan kau pasti belum siap, lebih baik kita menikmati waktu berdua seperti sekarang." Liam justru mengeratkan pelukannya pada Hansa dan menciumi gadis itu, sementara Hansa justru merasa sakit dihatinya, bagaimana mungkin di saat ia sudah menautkan hatinya pada Liam, dia justru mendapati Liam tidak ingin memiliki keluarga bersamanya, bahkan pria itu tidak memikirkannya.

Setelah ketakutan Hansa, atas perbedaan status sosial sudah bisa terlewati, sekarang ketakutan akan perpisahan mereka justru timbul dari Liam, seseorang yang sangat ia cintai.

*******

Sudah beberapa minggu berlalu, namun hubungan Liam dan Hansa semakin merenggang karena Hansa lebih menjaga jarak dan Liam yang sangat sibuk, perusahaannya akan memiliki banyak agenda bisnis, khususnya akan melebarkan sayap dengan melakukan ekspansi, di sisi lain beberapa kali Hansa merasa sakit pada tubuhnya, ia hanya belum ingin memeriksakan dirinya ke dokter, lebih tepatnya semenjak kejadian dirinya diserang oleh suruhan Max, Liam menjadi protektif padanya, ia tidak boleh bepergian sendirian.

UNEXPECTED PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang