Sesampainya di bukit tempat paralayang sudah banyak orang yang telah mempersiapkan itu. Liam melihat Hansa begitu takut, bahkan kini kakinya mulai gemetar. "Kau bisa melihatnya dari dekat, jika kau ragu, kita akan benar-benar membatalkannya." Ucap Liam merangkul Hansa mendekati paralayang yang telah siap itu.
"Nyonya dapat berganti pakaian terlebih dahulu agar lebih aman." Ucap Lila.
Hansa mengangguk sambil tersenyum, setelah itu sambil menunggu Hansa bersiap mengganti pakaian para petugas paralayang itu berkumpul dan melakukan sedikit briefing, Eden dan Lila juga ikut. Liam terus di samping Hansa, gadis itu terlihat mulai fokus kepada pemandangan indah di hadapannya. "Akhir-akhir ini aku selalu mencoba hal baru, aku tidak pernah memiliki kesempatan macam ini sebelumnya, terima kasih." Ucap Hansa menatap Liam.
Liam membalasnya dengan senyuman, tapi suara mobil dan klakson membuat keduanya melihat ke arah 3 mobil berwarna hitam. "Hentikan mereka! Mereka penipu! Mereka bukan Tuan Ethan dan Nyonya Cara!" teriak Rhetta.
"Shit!" Umpat Liam, ia segera melepaskan blazernya, ia memberikan nya pada Hansa, setelah Hansa memakai itu. "Pakai ini." Ucap Liam memakaikan Hansa semua peralatan paralayang sementara semua orang kebingungan dan menatap mereka, Liam memastikan Hansa kuat mengangkat tas besar yang akan menjadi tumpuan untuk paralayang itu terikat.
"Kita akan sedikit berlari sampai ke ujung tebing itu."
"APA KAU GILA?!"
"Kau lebih memilih tertangkap?! Hanya ini jalan satu-satunya, kau percaya padaku?" tanya Liam memegang pipi Hansa.
Hansa mengangguk kemudian mereka berpegangan tangan dan berlari lalu saat sampai di tebing mereka melompat, Hansa menutup matanya dan kakinya ia lingkarkan pada tubuh Liam, tangannya memeluk Liam erat, Liam mengusap kepala Hansa mencoba menenangkannya, mereka terus terjun sampai akhirnya paralayang itu mengembang bebas, Liam dan Hansa tersentak naik.
"Kita masih hidup?" tanya Hansa.
"Tentu, bukalah matamu, semuanya tampak lebih indah." Ucap Liam terkekeh, perlahan Hansa membuka matanya dan betul pemandangannya sangat indah.
"Berpeganglah yang erat!" ketus Hansa ketika kepala Liam mulai bergerak kesana dan kemari.
"Tentu." Sebetulnya dengan posisi ini Liam merasa gelisah, tubuh Hansa yang dibalut gaun itu menempel sempurna dengan dirinya, ia merasa seluruh tubuhnya menegang sekarang, bukan karena takut ketinggian atau angin yang kencang, tapi karena seorang wanita yang memeluknya dengan erat sekarang.
"Kita akan mendarat dimana?" tanya Hansa, Liam kemudian menatap sekeliling.
"Kau bisa berenang?" tanya Liam.
"Bisa."
"Bagus, kalau begitu kita akan mendarat dekat Pelabuhan itu, sebentar lagi kita akan mendarat." Ucap Liam melihat mereka semakin dekat dengan Pelabuhan itu, melihat angin sudah tidak terlalu kencang artinya parasut mereka pasti akan menutup sebentar lagi.
Tepat seperti perkiraan Liam mereka jatuh di dekat Pelabuhan, bahkan tak sempat mendarat dengan sempurna, Liam segera mengeluarkan ponselnya dan mengangkatnya tinggi-tinggi setidaknya hanya dengan barang ini ia bisa menghubungi Regan.
Beruntunglah mereka tak terlalu jauh dari Pelabuhan. "Pegang ini, jangan sampai terkena air," Hansa mengangguk menerima ponsel Liam, kemudian Liam mengangkat tubuh Hansa untuk naik, baru kemudian ia naik.
"Aku akan menghubungi Regan." Ucap Liam setelah mereka berhasil naik, walau banyak pasang mata memperhatikan Hansa terutama karena gaun gadis itu yang basah, Hansa merapikannya berulang kali, tubuh Liam juga tercetak jelas karena kemejanya basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED PARTNER
Romans[ ADULT ROMANCE, CEO, AGENT, AND ACTION] Paz Village merupakan desa yang diperebutkan oleh perusahaan-perusahaan besar yang ada di kota Arnoida entah apa daya tariknya sehingga pemerintah turut ikut campur. Sehingga permasalahan ini semakin rumit ba...
