Last Goodbye - 03

142 14 4
                                    

Part 03 - Pilihan Ketiga

Iringan musik yang dimainkan oleh seorang DJ pada bagian depan berhasil membuat suasana pada malam hari menjadi sangat meriah. Lampu sorot yang terus berganti warna seolah menjadi pelengkap untuk mereka yang membutuhkan hiburan malam, layaknya Andy beserta teman-temannya yang terlihat asyik meminum minuman beralkohol sambil mencuri-curi pandang pada para gadis yang berada di klub malam itu.

“Woi!” Kenzo tersenyum sambil menepuk pundak Moses di samping. “Lihat tuh cewek! Beh! Cantik banget!”

“Yah kali kepicut,” pernyataan Moses tadi sontak membuat Frans tertawa. “Babang Kenzo dah ada yang punya ‘kan? Sekar mau dikemanain tuh?”

“Diduain!”

“Wih, gue rekam kata-kata lo ya Ken!”

Walaupun ketiga teman Andy tampak sedang asyik bercanda, Andy terus saja menuang minuman beralkohol pada gelas dan meneguknya. Laki-laki itu tak banyak bersuara, terus melakukan aktivitas itu berulang kali dan ia sendiri bahkan tidak tahu sudah berapa gelas alkohol yang telah ia minum. Melihat hal itu, Frans yang kebetulan duduk di sampingnya mulai menggeleng heran sambil merangkul pundak Andy dengan botol alkohol di tangannya.

“Oi, mikirin apa sih?”

Andy menoleh Frans yang mulai setengah sadar sambil menghela napasnya berat. “Gak ada.”

“Ih, ngambekan mulu perasaan,” kata Kenzo kemudian. “Kayak cewek!”

“Masalah keluarga lagi? Ayah lo?” Frans mulai menerka masalah apa yang sedang dipikirkan oleh temannya itu. Setahunya, hubungan Andy dengan Rudy memang cukup rumit.

“Gue enggak mau bahas dan tolong berhenti membawa orang itu dalam percakapan kita,” ujar Andy dengan penuh penekanan sambil menatap tajam ke arah Frans, tanda ia benar-benar serius dengan ucapannya barusan.

“Oke!” Frans yang sepertinya mulai kehilangan kesadarannya kini beranjak dan mulai mengikuti irama musik di sana. Ponsel milik Kenzo mulai berdering. Hal itu membuat dirinya langsung pergi ke tempat yang lebih sepi dan mulai menjawab panggilan.

Kini, tinggal Moses dan Andy yang masih duduk di sana. Merasa ada sesuatu yang ingin disampaikan, Moses akhirnya buka suara.

“Sampai kapan lo akan manfaatin Samantha, Dy?”

Pertanyaan Moses barusan membuat Andy tersenyum sinis. Ia sendiri juga bingung. Sampai kapan ia akan terus bergantung kepada Samantha?

“Lo kasihan, sama dia?” tebak Andy. “Apa karena Samantha pernah hadir di kehidupan lo dua tahun yang lalu?”

Mendengar hal tersebut, Moses justru tertawa dengan nada mengejek. Entahlah, ia sendiri juga bingung dengan perasaan yang mengganjal di hatinya.

 “Gue, enggak mau bahas masa lalu, Dy. Samantha bukan prioritas gue lagi.”

“Yah, kita lihat aja ke depannya. Apakah gue butuh bantuannya atau, enggak,” Andy lalu menuangkan sebotol alkohol ke dalam gelas dan memberikan kepada Moses. “Bukannya, lo pada juga butuh jawaban dari orang itu?”

Moses terdiam beberapa saat ketika mendengar ucapan dari Andy. Ia merentangkan kedua tangannya pada sofa empuk sambil menegukkan segelas alkohol. Tak ada lagi percakapan antara kedua orang tersebut. Entah kenapa setelah obrolan singkatnya dengan Andy, ia mulai memikirkan sosok Samantha.

Iya, Samantha Dwi Ayunindya. Orang yang pernah menjadi bagian dari masa lalunya itu.

~~~

Last Goodbye [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang