Part 24 - Bermuka Dua
•
BRAK!
Dobrakan pintu yang terdengar begitu keras langsung menjadikan gadis itu sebagai pusat perhatian banyak orang. Langkah gadis itu terlihat tidak santai, menghampiri meja seseorang dengan kepalan tangan yang terbentuk dengan sempurna seolah-olah, ia ingin sekali menghabisi pemuda kurang ajar ini saat itu juga.
“Apa lo bilang tadi? ‘Berhenti ngejar lo kayak orang gila’? What the f*ck? Narsis banget lo jadi orang!”
Laki-laki yang mendapatkan kalimat pedas itu masih tidak menjawab, menatap fokus pada buku catatan yang berada di hadapannya. Tidak ada satu pun orang yang berani meleraikan pertengkaran antara kedua orang itu karena menganggap jika hal tersebut bukanlah bagian dari masalah mereka. Jadilah, pertengkaran ini hanya akan menjadi tontonan publik.
“JAWAB NJ*NG!”
Kesabaran Freya sudah habis. Ia langsung menghempas buku yang ada di tangan pemuda itu dengan gerakan cepat, menimbulkan bunyi yang begitu nyaring di telinga. Diam mendominasi, tak satu pun orang yang melepaskan pandangan dari aksi brutal Freya barusan. Andy kemudian menghembuskan napasnya berat, menatap wajah Freya yang tak sedetik pun mengalihkan pandangan darinya.
“Kenapa?” tanya laki-laki datar dan terlampau santai, seolah tidak ada masalah besar yang perlu dibahas saat ini. Padahal jika saja Andy tahu, semua masalah ini menjadi semakin tak terkendali gara-gara dirinya yang memperburuk keadaan. Kini, nama baik Samantha tercoreng karena Andy. Freya jelas tidak bisa menerima kenyataan ini begitu saja.
“Pintar-pintar gini otaknya gak berisi, ya?” Freya kemudian tertawa sarkas, berusaha memanasi keadaan supaya laki-laki yang ada di hadapannya bisa berkaca. “Apasih salah Samantha sampai-sampai lo berani ngomong gitu di depan banyak orang?”
“Andy mengatakan apa yang harus ia katakan ‘kan?”
Belum sempat Andy menjawab pertanyaan Freya tadi, suara seorang gadis yang terdengar tak asing di telinganya kemudian bersuara dari arah belakang. Sekali penganggu, akan terus menjadi penganggu, mungkin itulah kata-kata yang akan terbesit di pikiran Freya jika ia mendengar nama Gretha disebutkan. Freya jelas tak peduli dengan maksud kedatangan Gretha saat ini. Tapi yang jelas, dirinya hanya ingin masalah ini bisa diluruskan sesegera mungkin. Apa, mereka tidak memikirkan seberapa besar dampak yang harus Samantha hadapi gara-gara mereka berdua?
“Jangan mentang-mentang lo kaya, lo bisa bersikap semena-mena ya!” hardik Freya dengan penuh amarah. Sementara gadis yang berada di hadapannya justru tersenyum dengan sangat manis. Lama-lama Freya muak melihat wajah munafik dari perempuan itu. “Lo gak tahu apa perjuangan Samantha bisa sampai di sini?” tanya Freya dengan tatapan tak percaya. “Minta maaf ke anak itu.”
“Sorry, sorry nih,” Gretha mendorong pundak Freya berkali-kali, merasa jika kedua telinganya sudah semakin panas. “Memangnya salah ya ngasih tahu Samantha untuk gak deket-deket sama Andy? Lo gak tahu ‘kan kalau Samantha suka genit ke cowok?”
“Gue rasa orang tua lo nyesel udah nyekolahin anaknya tinggi-tinggi tapi otaknya gak ada isi,” maaf jika ucapan Freya terlalu menusuk, tapi ia benar-benar sudah tidak tahan dengan semua ini, membuat semua ucapan yang ada di kepalanya langsung meluncur begitu saja dari mulutnya.
“Apa lo bilang?” tak disangka pula, nada suara Gretha semakin meninggi, menatap wajah orang yang ada di hadapannya dengan tatapan emosi.
“Gue gak paham dengan jalan pikiran lo berdua,” Freya menyerah, merasa jika ia hanya berbicara dengan sepasang manusia yang tak memiliki perasaan. Pandangannya kemudian berhenti pada Andy sambil tersenyum sinis. “Dan lo,” ujarnya dengan penuh penekanan. “Gue harap lo gak pernah bahagia setelah menyeret orang lain pada masalah lo.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Goodbye [TAMAT]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP, NO PRIVATE-PRIVATE!!] • [15+] Sebagai salah satu anak dari korban broken home, Samantha tidak keberatan jika ia harus menjalani kehidupan dengan berbagai rintangan yang terus mengujinya. Apapun itu akan Samantha lewati, asalkan...