Part 06 - Harapan
•
Nomor yang Anda tuju sedang tidak dapat dihubungi. Silakan coba nanti
Shenna menyerah, panggilan yang ia tuju sedari tadi tak kunjung diangkat juga. Shenna mulai memperhatikan jam dinding yang ada di ruang tengah dengan cemas. Hampir dua jam lebih ia dan putri bungsunya menunggu kedatangan Samantha untuk mengajar Maudy. Anak itu sudah menanyakan hampir sepuluh kali mengenai Samantha yang masih tidak diketahui keberadaannya.
Shenna mencoba untuk berpikir positif. Ia merasa jika Samantha mungkin saja memiliki kesibukan lain sehingga gadis itu tidak sempat untuk menghubunginya. Namun, Shenna justru menerima kabar jika sekolah telah memulangkan para muridnya lebih awal. Itu berarti, Samantha seharusnya sudah pulang bahkan sebelum matahari benar-benar terbenam.
Shenna bukannya tidak percaya, tapi setelah mendengar beberapa cerita mengenai kelakukan Samantha dari Andy, ia sempat ragu untuk menerima Samantha lebih lama. Hal ini mulai memunculkan beragam tanda tanya di kepala Shenna. Ke mana Samantha pergi tanpa adanya kabar? Apa mungkin, Samantha mulai abai dengan tanggung jawabnya karena Shenna bersikap lunak kepadanya?
“Enggak mungkin,” Shenna dengan cepat menepis pikiran buruk itu dan mencoba untuk menghubungi Samantha sekali lagi. Shenna yakin jika Samantha bukanlah orang seburuk itu.
“Ma,” Maudy yang sudah lama menunggu mulai menghampiri Shenna dengan murung. Menunggu di dalam kamar tentu membuatnya suntuk. “Kak Samantha hari ini gak bisa ngajar ya?”
Shenna tersenyum dan mengangkat kedua bahunya. “Mama juga gak tahu. Tapi, sepertinya Kakak gak bisa datang. Lagian ini udah malam. Pasti Kak Samantha lagi sibuk dengan urusannya.”
Di sela-sela percakapannya dengan Maudy, kedatangan mobil hitam milik Andy berhasil menarik perhatian Shenna. Benar, Shenna bisa bertanya keberadaan Samantha melalui Andy. Setelah melihat Andy yang sudah memarkirkan mobilnya dengan baik, ia segera menghampiri Andy yang terlihat sangat santai.
“Nak,” Shenna menahan lengan Andy. “Kamu lihat Samantha hari ini?”
“Gak,” singkat, padat, dan jelas. Jawaban yang dilontarkan Andy barusan membuat Shenna menghembuskan napasnya gusar.
“Kamu serius? Kamu enggak tahu apa-apa? Mama udah coba hubungi dia tapi-”
“Udah Ma,” alih-alih menjawab, Andy justru menyela tidak suka jika ibunya mulai bertanya tentang Samantha. “Anak itu memang nakal, Ma. Sekalinya Mama memberi kesempatan, dia akan bersikap semena-mena kepada kita. Mama, masih mau membiarkan anak itu ngajar di rumah kita?”
“Kak Samantha enggak mungkin begitu!” Maudy menggeleng tak percaya. Ia yakin sekali jika sosok Samantha yang baru saja dideskripsikan oleh abangnya itu seratus persen salah. Andy terus bersikap seolah Samantha adalah musuh bebuyutannya dari dulu.
“Jangan karena anak itu sudah mau mengantarmu pulang dan mengajarimu, kamu membelanya, Maudy. Dari awal, Abang memang gak suka dengan orang itu!”
“Andy!” hardik Shenna kemudian. Ia merasa jika perkataan anaknya itu sudah kelewatan.
“Terserah kalau enggak percaya. aku hanya ngomong apa adanya,” setelah menghembuskan napasnya dengan berat, Andy memilih masuk ke dalam, melewati kedua orang yang masih berdiri mematung tak percaya.
~~~
Tepat pada pukul delapan malam, pintu gudang sekolah yang masih terkunci dari luar tiba-tiba terbuka dengan sendirinya. Samantha yang menyadari akan hal tersebut mulai terbangun. Hal pertama yang ia lihat adalah cahaya senter yang menyilaukan dari luar pintu, membuat gadis itu otomatis menghalangi cahaya yang masuk dengan telapak tangan. Samantha yang belum sepenuhnya sadar mulai berjalan keluar dan menyadari tidak ada seorang pun di sekelilingnya. Aneh, siapa yang telah membuka pintu dan memberikan senter kepadanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Goodbye [TAMAT]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP, NO PRIVATE-PRIVATE!!] • [15+] Sebagai salah satu anak dari korban broken home, Samantha tidak keberatan jika ia harus menjalani kehidupan dengan berbagai rintangan yang terus mengujinya. Apapun itu akan Samantha lewati, asalkan...