Last Goodbye - 33

51 3 0
                                    

Part 33 - Merebut Posisi

"Kepada siswi bernama Samantha Dwi Ayunindya dari kelas 12 IPA 2 untuk segera menuju ke kantor SMA dan menghadap Ibu Tia. Saya ulangi, kepada siswi kami bernama Samantha Dwi Ayunindya untuk segera menuju ke kantor SMA. Terima kasih."

Sepenggal kalimat pengumuman yang baru saja disampaikan oleh Pak Indro berhasil membuat para murid yang tadinya sibuk mengerjakan tes matematika menjadi gasrak-gusruk sendiri. Pandangan semua orang yang ada di dalam kelas langsung tertuju pada satu objek, yaitu tempat duduk Samantha.

Sejujurnya, Samantha sendiri cukup terkejut, karena tidak biasanya pengumuman itu diberitakan secara terang-terangan melalui radio sekolah, kecuali jika ada 'sesuatu' yang terjadi. Samantha menelan ludahnya takut, sempat melirik ke arah Freya yang menyuruhnya untuk tidak panik.

"Samantha?" panggil Bu Wina yang kebetulan sedang mengawasi para muridnya untuk tes matematika hari ini. "Bukan kah kamu harus segera ke kantor?"

"Kalau begitu, saya pamit dulu ya Bu," ujar Samantha kepada Bu Wina meminta izin.

"Silakan."

Samantha mengangguk paham dan berjalan menuju ruang guru dengan beragam tanda tanya di kepalanya. Ia sempat mendengar bisik-bisik dari masyarakat di kelas yang juga kebingungan mengenai hal ini sebelum Bu Wina menegur dengan penggaris kayu panjang milik beliau. Samantha hanya berharap jika tidak ada hal buruk yang kembali menimpa dirinya lagi.

Setelah tiba di depan kantor, samar-samar ia bisa melihat segerombolan murid yang sedang berkumpul di meja pojok paling kanan, meja milik Bu Tia. Gadis itu mulai mendorong pintu kantor tersebut. Perbedaan suhu ruangan yang terasa begitu kontras sontak membuat bulu kuduknya merinding. Ekspresi dingin dari para guru unit SMA juga menjadi salah satu alasan mengapa suasana yang ada di dalam kantor terasa lebih mencekam. Samantha jadi tidak heran mengapa seluruh murid yang ada di sekolah ini setuju jika guru-guru di unit SMA memang memiliki aura yang sedikit, 'berbeda'.

"Permisi."

Beberapa guru dan sejumlah murid yang ada di dalam kantor sempat menoleh sekilas ke arah pintu selama beberapa detik, sebelum mereka semua kembali fokus dengan tugasnya masing-masing. Gadis itu mendongak kepalanya untuk menerawang meja Bu Tia. Ada sekitar sembilan orang yang sudah berdiri melingkar di depan meja guru biologi itu, termasuk Oskar dan Andy. Samantha akhirnya bisa bernapas dengan lega. Ia segera bergabung di perkumpulan kecil itu sambil menerka apa yang ingin disampaikan oleh Bu Tia.

"Itu Samantha Bu!" seru salah satu anak lain.

"Baik, jadi semuanya sudah berkumpul di sini," Bu Tia membuka satu per satu lembaran kertas yang berada di tangannya sembari menatap anak muridnya secara bergantian. "Ibu akan langsung ke intinya saja. Lomba olimpiade IPA tingkat nasional akan diselenggarakan sebentar lagi. Masing-masing sekolah diharapkan bisa bergabung dan membawa dua murid sebagai perwakilan untuk mengikuti ajang ini. Karena mata pelajarannya IPA, maka ruang lingkup pembelajarannya sudah pasti ada fisika, biologi, dan kimia. Olimpiade ini tidak spesifik dengan salah satu mata pelajaran, jadi kalian semua harus bisa menguasai semua materi tersebut."

Semua orang yang ada di dalam mendengar dengan serius, menunggu kalimat selanjutnya yang hendak diucapkan oleh Bu Tia.

"Maka dari itu, minggu depan kalian akan kami seleksi sebagai penilaian awal tahap kualifikasi kalian. Seleksinya dilaksanakan pada hari Sabtu, jadwalnya menyusul dan akan langsung dibagikan kepada kalian," jelas Bu Tia, sebelum wanita itu beralih pandang pada Samantha dan Andy yang kebetulan berdiri bersebelahan. "Samantha dan Andy sudah pernah 'kan mengikuti bidang matematika tahun lalu? Lihat tuh apa yang bisa kalian dapatkan dari memenangkan lomba ini, nama kalian akan tercetak di koran harian lho."

Last Goodbye [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang