Part 44 - You Are the Star
•
Seluruh siswa-siswi Garuda Trimana Bangsa tengah berkumpul di lapangan terbuka untuk menjalani upacara bendera di hari Senin. Semua alur kegiatan telah berhasil dilaksanakan dengan baik. Pemimpin upacara telah meninggalkan lapangan usai menerima perintah dari sang protokol di meja bagian depan. Itu tandanya, sesi upacara akan berakhir sebentar lagi. Para murid yang telah berdiri selama setengah jam lebih hanya berharap jika tidak ada pengumuman atau arahan lebih lanjut dari guru-guru. Percayalah, cuaca hari ini tidak seindah yang dibayangkan. Sinar matahari terasa lebih menusuk dari biasanya.
“Please semoga udah selesai. Kaki gue udah lemes banget berdiri di sini.”
“Sama! Mana terik banget matahari hari ini.”
“Habis ini ke kantin?”
“Iyalah, gue mau beli air dingin. Enak tahu panas-panas gini minumnya yang seger.”
Suara mikrofon yang berdenging kuat berhasil membuat suasana menjadi senyap seketika. Helaan napas kecewa sempat terdengar usai memperhatikan mikrofon yang tadinya berada di tangan si pengurus upacara telah berpindah tangan. Pak Indro bersama guru-guru yang lain sempat berdiskusi di hall sekolah. Sepertinya, para murid mulai berspekulasi jika ada sesuatu yang ingin dibahas oleh guru-guru.
“Baik, mohon perhatian ke depan semuanya.”
Pak Indro segera berjalan menuju ke tengah lapangan. Dari raut wajahnya, Samantha bisa menebak jika hari ini Pak Indro akan membawakan suatu kabar bahagia kepada para anak muridnya. Senyuman yang diberikan oleh sang kepala sekolah berhasil membuat semua orang bertanya-tanya, apa yang membuat Pak Indro sebahagia ini?
“Terima kasih untuk semua anak-anak yang telah melaksanakan upacara dengan baik,” ujar Pak Indro untuk membuka kalimat pidato singkatnya. “Pada kesempatan hari ini, Bapak akan membawakan suatu kabar bahagia kepada siswa-siswi kita yang telah mengharumkan nama sekolah kita. Salah satu anak murid kita, berhasil membawa pulang piala emas untuk olimpiade IPA tingkat nasional dua minggu lalu. Ada yang bisa menebak siapa dia?”
“Kayaknya Andy deh!”
“Andy? Soalnya ‘kan Andy tahun lalu juara olimpiade matematika.”
“Gak bisa milih, Kak Samantha sama Bang Andy sama-sama pintar cuy!”
Bisik-bisik antar murid mulai terdengar memenuhi udara, sibuk menerka siapa yang akan menjadi champion untuk olimpiade ini. Bukan lagi menjadi juara di satu sekolah, melainkan tingkat nasional. Siapapun akan merasa bangga atas prestasi yang telah dicapai dan bisa mengharumkan nama sekolah, terlebih dari pihak sekolah. Dengan begini, reputasi yang telah dipertahankan oleh sekolah akan memberikan image baru yang jauh lebih bagus.
“Baik, kalau begitu, mari kita sambut orangnya,” suara Pak Indro berhasil mengalihkan perhatian orang-orang. Seluruh peserta upacara mulai menyimak kalimat yang akan diucapkan oleh Pak Indro. Mereka sama penasarannya dengan Andy dan Samantha yang tengah menanti momen ini.
“Berikan tepuk tangan yang meriah kepada Samantha Dwi Ayunindya dari kelas 12 IPA 2 yang berhasil meraih peringkat pertama!”
Samantha terkejut mendengar namanya yang dipanggil. Beberapa orang mulai menyuruh Samantha untuk segera maju dan menerima piala emas yang telah dikeluarkan oleh Bu Tia di depan. Sorak-sorakkan mulai terdengar, lengkap dengan kumpulan laki-laki yang langsung menjadi cheerleaders dadakan di barisan paling ujung.
“Dipersilakan kepada Bu Tia untuk menyerahkan piala emas kepada Samantha. Silakan anggota bagian fotografi untuk mengabadikan momen ini.”
“Selamat ya Samantha,” ujar Bu Tia bangga. “Semoga piala ini bisa memberimu semangat lebih lagi untuk belajar.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Goodbye [TAMAT]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP, NO PRIVATE-PRIVATE!!] • [15+] Sebagai salah satu anak dari korban broken home, Samantha tidak keberatan jika ia harus menjalani kehidupan dengan berbagai rintangan yang terus mengujinya. Apapun itu akan Samantha lewati, asalkan...