Last Goodbye - 05

109 15 0
                                    

Part 05 - Tragedi tak Terduga

Samantha tahu jika inilah risiko yang harus ia terima setelah dirinya kembali disibukkan dengan pekerjaan sampingan sebagai guru privat. Samantha bahkan merelakan waktu tidurnya demi mengerjakan tugas-tugas Andy. Ia tanpa sadar telah ketiduran di meja belajar semalaman. Samantha yang sudah terbangun dari tidurnya akhirnya menguap sambil meregangkan otot-otot badannya yang terasa kaku karena tertidur dengan posisi yang salah.

Namun, nasib nahas kembali menimpanya hari ini. Ketika ia hendak beranjak dari meja belajarnya, Samantha baru menyadari ada sesuatu yang tidak beres. 7.50? Anj*r?

Samantha terperanjat dan membulatkan matanya dengan sempurna. Bagaimana bisa ia baru terbangun di jam segini?

“Gilak! Gue udah mau telat!”

Percayalah, Samantha bahkan rela melewatkan sarapannya agar ia bisa memberikan semua tugas-tugas Andy dengan tepat waktu. Ponselnya bahkan ketinggalan di rumah saking tergesa-gesanya ia untuk tiba di sekolah. Sepanjang perjalanan, Samantha terus merutuki dirinya yang sangat ceroboh dalam melakukan segala hal. Dasar!

Samantha beruntung karena jarak antara sekolah dan rumahnya terpaut dekat. Ia tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk sampai ke tujuan. Ketika memperhatikan jam dinding di sekitar lorong sekolah, Samantha ternyata memiliki sisa lima menit sebelum bel benar-benar berbunyi, rekor tercepat yang berhasil ia cetak selama hidupnya.

“Mampus, gue harus gimana sekarang?”

Kini, Samantha sedang berdiri tepat di depan kelas Andy. Gadis itu biasanya akan menyimpan semua tugas-tugas itu di dalam loker milik Andy sebelum pelajaran pertama dimulai. Tapi melihat banyaknya murid yang ada di dalam kelas, Samantha hanya bisa bersembunyi di balik tembok sambil sesekali mengintip keadaan.

“Aduh! Semua karena gue telat bangun!”

“Nah, itu yang gue bilang, Dy. Gue-” ketika Samantha tengah fokus mengawasi pergerakan murid-murid di dalam kelas Andy, ia tidak sengaja mendengar suara Moses yang sepertinya berjalan mendekat bersama orang yang sangat ingin ia hindari setengah mati. Sial sesial sialnya, kini kedua orang tersebut malah saling bertatapan, membuat Samantha langsung menundukkan kepalanya takut.

“Telat?” Andy bergegas merampas semua buku tulis itu dengan cepat. Samantha rasa, Andy pasti merasa kesal karena sudah mengabaikan pesan yang pernah ia kirim kepadanya tempo hari. Raut wajah pemuda itu sangat sulit ditebak, sampai-sampai Samantha dibuat ngeri dengan sikap dingin Andy.

“Maaf,” tak banyak hal yang bisa Samantha lakukan selain meminta maaf. Ia sempat melirik ke arah Moses, namun dengan cepat gadis itu memalingkan wajahnya. Entah kenapa, Samantha merasa kedua bola matanya mulai memerah, namun dirinya harus bisa bersikap tegar. Samantha harus ingat, Moses sudah bukan siapa-siapanya lagi sekarang. “Gue pergi dulu.”

“Sebentar,” belum sempat beranjak, panggilan dari Andy berhasil membuat Samantha menghentikan langkahnya. Samantha kembali menoleh dengan perlahan, takut jika dirinya salah mendengar.

Sementara Andy yang mulai mendekatinya justru tersenyum. Ia mulai memajukan bibirnya pada telinga Samantha dan membisikkan sesuatu pada gadis itu, membuat jantung Samantha sempat berhenti untuk beberapa saat. “Nanti pulang sekolah, temui gue di belakang sekolah.”

Tanpa banyak ba bi bu, Samantha langsung menganggukkan kepalanya setuju. Yang jelas, dirinya sudah sangat bersyukur karena Andy tidak bermacam-macam dengannya hari ini. “Iya!”

Sadar tidak ada lagi percakapan yang ingin dibahas, Samantha memilih untuk pergi dari sana.

Moses mengernyit dahinya bingung setelah melihat interaksi dari kedua orang itu tadi. “Kenapa? Lo punya rencana apa sama orang itu?”

Last Goodbye [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang