Last Goodbye - 08

90 15 3
                                    

Part 08 - Hari Spesial

Malam ini, kondisi Samantha sudah jauh lebih baik setelah istirahat seharian penuh di kamar. Dirinya tengah mengerjakan tugas-tugas yang sempat dikirim oleh Freya tadi, sembari memberikan beragam pertanyaan mengenai kondisinya hari ini. Percayalah, Samantha sebenarnya bosan ketika ia tidak diperbolehkan untuk bergerak sama sekali dari tempat tidurnya oleh Andrian.

Ngomong-ngomong, sudah terhitung dua hari lamanya Samantha absen untuk tidak mengajar Maudy. Hal ini jelas membuat gadis itu merasa khawatir untuk beberapa saat. Samantha takut karena mungkin saja keluarga Shenna tak ingin menerima keberadaannya lagi di sana. Jujur saja, ia mulai pesimis. Samantha mulai menyiapkan hati agar ia tidak merasakan sakit yang begitu dalam jika memang Shenna akan memecatnya.

Beruntung, Shenna sempat mengirimkan beberapa pesan untuk menanyakan kabarnya, sekaligus memberi kesempatan kepada Samantha untuk mengajar Maudy kembali. Usai membaca pesan dari Shenna, Samantha girang bukan main, walau wanita itu meminta Samantha untuk tidak datang pada esok hari karena ada urusan.

“Memangnya besok hari apa ya?”

Samantha merasa ada sesuatu yang telah ia lupakan. Gadis itu segera meraih kalender yang ada di hadapannya. Hingga tak lama kemudian, matanya mengerjap tak percaya karena telah melupakan ulang tahun seseorang.

“Besok, ulang tahun Ayah?” katanya sembari memastikan jika dirinya tidak salah melihat.

Gila! Kok gue bisa lupa?

Samantha menepuk jidatnya sambil menggeleng. Kalau saja ia tidak melingkari tanggal 20 Juli, mungkin Samantha akan benar-benar melupakan tanggal kelahiran ayahnya.

~~~

Pelajaran pertama diawali dengan seni budaya, pelajaran yang menjadi favorit banyak murid karena selain ilmunya yang tergolong mudah, guru yang mengajar mereka pun tak kalah seru, terutama Freya yang terlihat begitu antusias ketika Bu Dea memberikan kebebasan kepada anak muridnya untuk berkreasi di atas kertas putih.

“Cie udah pada kelas 12,” goda Bu Dea pada anak-anak muridnya. “Kalau udah lulus jangan lupain Ibu lho!”

“Takut tambah dewasa, takut aku kecewa,” seorang murid laki-laki bernama Eko tiba-tiba menyanyikan lagu Idgitaf sembari mengelap matanya seolah ia tengah menangis. Beberapa orang mulai menertawakan suara Eko yang sengaja dibuat-buat.

Tapi jujur saja, sepenggal lirik yang sempat dinyanyikan oleh Eko memang tidak sepenuhnya salah. Sebagian ada yang tersenyum untuk menutupi perasaan sesak yang mereka rasakan. Ketakutan terbesar yang kini dihadapi oleh anak-anak kelas 12, yaitu masa depan.

 “Gak usah takut,” melihat suasana yang sempat sunyi beberapa saat, Bu Dea kembali menyemangati murid-muridnya. “Kalau ingat wajah Bu Dea, dijamin deh masa depan kalian cerah.”

Sambil memperhatikan sketsa anak muridnya, sesekali Bu Dea akan melempari candaan yang membuat suasana kelas menjadi ceria. Tak heran ketika Bu Dea mengumumkan ini adalah tahun terakhir beliau mengajar, semua murid tampak tidak ikhlas untuk merelakan kepergian Bu Dea yang sebentar lagi akan pensiun dari jabatannya sebagai guru.

Dan di tengah-tengah keramaian yang bisa dirasakan oleh semua murid kelas 12 IPA 2, Freya mengambil kesempatan emas ini untuk membicarakan sesuatu dengan Samantha.

“Eh! Tahu gak sih lo? Kemarin si Andy bikin geger para warganet karena ketampanannya. Masa adik-adik kelas kita rebutan mau duduk di barisan depan? Itu barisan keramat tahu!”

Last Goodbye [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang