Last Goodbye - 23

101 10 1
                                    

Part 23 - Antara Kawan dan Lawan

Setelah puas dengan semua kegiatan tadi, ketiganya memilih untuk mengisi perut mereka dengan kupon yang berhasil didapatkan dari wahana terakhir. Dari jajanan tradisional, tiga mangkuk bakso, bahkan setelah membeli sepiring sate padang, kupon yang mereka miliki masih tersisa satu lembar yang belum terpakai.

Nah, sekarang kalian paham ‘kan kenapa Maudy sangat ingin memainkan permainan itu tadi? Yups! Benar sekali! Kupon yang diberikan memang tidak main-main coy!

“Tadi di rumah zombie seru banget sumpah! Kalau ada lagi, aku pengen coba main lagi deh!” seru gadis itu. “Kayaknya bulan depan ada lagi deh!”

Sedari tadi, Maudylah yang paling semangat untuk menceritakan pengalamannya dari a sampai z. Sementara Samantha dan Andy hanya diam, sesekali menanggapi ucapan Maudy dengan anggukan dan jawaban pendek, itu pun yang menjawab semuanya adalah Samantha, bukan Andy. Laki-laki itu hanya sibuk dengan semangkuk bakso di depannya, paling serius melahap makanan itu sejak sepuluh menit yang lalu.

“Intinya, hari ini aku senanggg banget bisa keluar rumah sama Kak Samantha,” kata Maudy bahagia, sambil memperhatikan dua orang yang tampaknya sibuk dengan pikirannya masing-masing. Karena tidak ada yang menanggapi ucapannya tadi, ide jahat Maudy tiba-tiba terbesit di pikirannya. Ia kemudian menyenggol lengan Samantha, berusaha menyadarkan lamunan gadis itu. “Kak Thatha.”

“Hm?” begitu merasa namanya dipanggil, Samantha kemudian menoleh ke arah Maudy. “Kenapa?”

“Kak Thatha sama Bang Andy pacaran ya?”

“Uhuk! Uhuk!”

Usai mendengar kalimat polos yang keluar begitu saja dari mulutnya, Andy tiba-tiba terbatuk, membuat kedua gadis yang ada di hadapannya seketika memandangi sosok pemuda yang kini menyeruput jus jeruk pesanannya dengan cepat. Tingkah Andy yang terlihat mencurigakan jelas membuat Maudy mulai tersenyum sumringah, merasa jika keyakinannya selama ini benar adanya.

“Ha ha ha,” Samantha tertawa canggung, menatap Maudy dan Andy secara bergantian. Harus berapa kali ia menjelaskan kepada Maudy jika mereka berdua tidak terlibat dalam hubungan serius? “Maudy? Kakak udah bilang berapa kali kalau tadi itu cuman kesalahan?”

“Kalau udah sampai ngebaperin anak orang, itu masih dianggap kesalahan ya Kak?” tanya Maudy dengan sengaja. Ya Tuhan! Samantha baru tahu jika Maudy jahilnya minta ampun.

“Makan itu gak boleh sambil bicara,” kali ini, Andy yang buka suara, berusaha menghentikan celotehan Maudy yang tiada habisnya. “Cerewet amat sih dari tadi? Cepet dihabisin. Habis ini, kita pulang.”

“Yahhh,” Maudy menyandarkan punggungnya, merasa seluruh energi yang tadinya terkumpul penuh kini menghilang entah kemana. “Mama aja bilang acaranya tadi ditunda beberapa menit. Jadi, gak bisa-”

“Gak,” singkat dan padat, satu kata yang langsung menghentikan ucapan Maudy seketika itu juga. “Habiskan dan kita pulang.”

Ck!” Maudy melipat kedua tangannya tidak suka, memutar bola matanya dengan malas. Padahal, ia masih ingin menghabiskan banyak waktu di pasar malam ini.

Samantha sempat menghembuskan napasnya berat sebelum pandangannya mengarah pada Maudy. 

“Maudy?” panggil Samantha pelan, berusaha untuk membujuk anak itu dengan baik-baik. “Kita udah main di sini dua jam kok. Memangnya masih kurang ya waktunya?” tanya Samantha baik-baik. “Terus, besok kamu masih harus sekolah lho.”

Maudy mulai mendengus sambil mengangguk kepalanya cuek. “Iya sih. Sekarang aja udah jam sembilan lewat.”

Gadis itu kemudian bersitatap dengan Samantha. Menyadari ada sesuatu yang menganggu pikirannya, Maudy kemudian menatap wajah Samantha khawatir. “Tunggu, tunggu. Jadi nanti Kakak pulang lewat apa?”

Last Goodbye [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang