Last Goodbye - 17

118 11 4
                                    

Part 17 - Untuk Pertama Kalinya

Dari awal Samantha masuk ke dalam rumah milik keluarga Andy, Samantha bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda dari Rudy hari ini. Samantha jujur-jujur saja karena aura pria itu terasa jauh lebih, positif.

Dan setelah gadis itu sibuk menerka untuk waktu yang lama, barulah ia menyadari ternyata sumber kebahagiaan Rudy berasal dari nilai mingguan Maudy yang terlihat semakin hari semakin meningkat. Rudy tengah sibuk memeriksa semua buku tulis milik putrinya. Nilai 100 terlihat menghiasi setiap halaman bukunya, win streak selama sepuluh hari berturut-turut, membuat senyuman dari wajah Rudy semakin lebar.

“Nilai kamu banyak yang meningkat ya,” Rudy kemudian berucap, memandangi Maudy dan Samantha yang duduk di hadapannya secara bergantian. Ternyata, ia tidak bisa meremehkan kemampuan remaja yang satu ini. “Kamu, sukses mengajar anak saya ternyata.”

Jika saja Samantha mempunyai sisi sombong, ia sudah pasti mengibas rambutnya ke belakang dan mengenakan kaca mata hitam sambil menyerukan, ‘iya dong, Samantha gitu lho’.

Tapi tenang saja, Samantha tidak akan seperti itu. Ia hanya memberikan senyuman hangat karena Maudy terlihat begitu bahagia. Eits! Samantha bukan sok jaim lho ya!

“Kak Thatha memang keren, Papa aja yang gak tahu,” canda Maudy dengan nada ceria.

Samantha hanya terkekeh canggung, sambil menatap Maudy yang terus memujinya saat ini. Sesekali gadis itu terlihat menatap layar ponselnya beberapa saat. Shenna dan Rudy sudah menahannya lebih dari setengah jam di sini. Menawari buah, memberikan pujian, bertanya keseharian Samantha, sampai pada insiden kecelakaan Andy. Percakapan yang tiada ujungnya ini memaksa gadis itu untuk menetap. Samantha tidak menduga jika perbincangan yang hanya sekadar basa-basi akan berlangsung selama itu.

Di tengah-tengah perbincangan Rudy dengan Maudy, Samantha kemudian meremas tangannya gelisah. Tidak apa-apa, ia hanya perlu menunggu sampai waktu menunjukkan pukul 7.30. Dengan begitu, bagaimana pun ceritanya nanti, Samantha sudah harus meninggalkan tempat ini dengan segera.

“Iya Om,” Samantha menganggukkan kepalanya ketika Rudy melontarkan pertanyaan seputar peringkat di sekolah. “Saya juara kedua.”

“Suka mata pelajaran apa kamu?”

“Yang berhubungan sama hitung-hitungan sama hapalan sih suka.         ”

“Kalau kamu sepintar ini, bisa dong ngalahin anak saya?” suara kekehan terdengar ketika Rudy menyelesaikan kalimatnya, membuat Samantha hanya bisa ikut tersenyum canggung. Maudy pernah bercerita jika ayahnya adalah orang yang keras dan sangat anti jika ada yang membohonginya. Ia tidak bisa membayangkan hukuman apa yang akan diberikan oleh Rudy jika saja orang itu tahu akan kebenaran di balik semua ini. Mencoret nama Andy dari KK? Memukulnya dengan tali pinggang? Atau hukuman yang paling buruk, mengusirnya langsung dari rumah?

Dan panjang umur, orang yang sedang dibicarakan mulai menampakkan dirinya. Andy turun dari lantai atas dan mengambil kunci mobilnya dari salah satu rak. Pemuda itu terlihat tergesa-gesa ingin menuju ke suatu tempat padahal seingat Samantha, Rudy pernah mengatakan jika anaknya tidak boleh keluar setelah jam 8 malam ‘kan?

“Mau kemana malam-malam begini? Kamu lupa kalau kamu tidak boleh keluar?”

“Cuman mau beli jajan,” jawab Andy seadanya, tak berminat untuk menoleh ke arah sofa. Menurut Rudy, sekalipun anaknya mau jajan, seharusnya Andy tidak perlu memakai parfum dan pakaian yang serba rapi bukan? Bukan karena Rudy tidak suka putranya rapi, tapi siapa yang percaya jika Andy keluar hanya untuk membeli jajan?

Last Goodbye [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang