Last Goodbye - 53 [END]

199 8 6
                                    

Last Part 53 - Where the Story Begin

Perjalanan hidup

7 tahun kemudian...

Yogyakarta, 14 Januari 2029

“Maudy! Bisa bantuin antar kue-kue ke meja nomor 3, Nak?”

Maudy mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah Shenna yang berada di area dapur sebelum gadis itu mengancungkan jempolnya. “Bisa Ma!”

Maudy yang sudah beranjak dewasa kemudian datang dan membawakan dua chococake dengan minuman hangat kepada pasangan pemuda-pemudi yang duduk di depan meja kasir. Maudy sudah terbiasa untuk menghadapi pelanggan yang terus berdatangan di hari Minggu. Semua toko yang ada di deretan rumahnya tutup, hanya ada toko kue pribadi milik Shenna yang setia untuk buka sampai sore. Melihat adanya peluang usaha bisnis di tempat ini, Shenna kepikiran membuka usaha kue sederhana yang dibuka di rumah. Shenna sendiri tidak menyangka jika bisnis yang ia jalankan telah berhasil membuka cabang baru di dua tempat.

Shenna kemudian muncul dan membawakan makanan ringan agar bisa dijadikan camilan untuk mereka berdua. Ia bahkan melewatkan sarapannya karena lupa jika hari ini tokonya buka di hari libur. Wanita itu kebablasan untuk tidur, sampai-sampai tidak menyadari jika jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi.

 “Makan nasi dong Ma,” ujar Maudy sambil menggeleng kepalanya. “Roti sama susu  aja memangnya cukup? Ini udah jam 10 lewat lho.”

Begitu tahu Shenna masih belum sarapan, Maudy membawakan ibunya satu piring nasi goreng yang ia masak dari dapur rumah. Beruntung karena rumah dan toko kue milik Shenna berada di satu bangunan yang sama, Maudy jadi tidak perlu jauh-jauh untuk pergi keluar membeli makan. Prediksi Maudy tidak pernah salah. Ini bukan pertama kalinya Shenna mengalami hal yang serupa.

He he, maklum udah tua, makin pikun,” canda Shenna. “Ngomong-ngomong, makasih anak Mama yang pengertian.”

“Beruntung ‘kan punya anak gadis kayak aku?” ujar Maudy sambil menyombongkan dirinya. Maudy sempat mencomot roti dari tempat Shenna sambil tersenyum. Astaga, ia tidak menyangka waktu telah berjalan begitu cepat baginya.

“Beruntung dong,” jawab Shenna bangga. “Mama bersyukur kamu sama Andy bisa tumbuh bahagia di sini.”

Maudy mengangguk sebelum ia melihat para pelanggan yang sedang menikmati hidangan mereka. Gadis itu mulai teringat akan sesuatu.

“Oh iya!” teriak Maudy pelan sambil menjentikkan jarinya. “Hari ini aku ada jadwal ngajar.”

Shenna buru-buru melihat jam dinding yang terpampang di depan pintu. “Masih ada setengah jam, masih sempat kok,” katanya.

“Mau persiapan untuk olim katanya,” Maudy terlihat buru-buru untuk masuk kembali ke dalam rumahnya. “Aduh, gimana ya?”

“Minta antar Abangmu,” usul Shenna kemudian. ia baru sadar jika sejak tadi, Shenna belum melihat kehadiran Andy.

“Bener juga Ma! Pasti Abang masih tidur di kamarnya.”

Maudy berjalan menuju ke kamar Andy. Diketuknya pintu beberapa kali agar ia bisa mendengar suara dari abangnya. “Bangun woi! Sahur! Sahur! Jeng, jeng, jeng!”

Merasa ada yang aneh, Maudy langsung membuka pintu kamar milik Andy sebelum ia mengerut keningnya heran.

“Lho? Udah bangun?” tanyanya. “Tumben rapi kamarnya.”

~~~

Sebuah taksi meluncur ketika lampu rambu telah berganti warna menjadi hijau. Lagu Keisya Levronka dengan judul – Tak Ingin Usai rupanya masih menjadi lagu hits di zaman ini. Sebuah lagu yang memiliki makna yang begitu dalam bagi Andy yang setia mendengarkannya di bangku penumpang. Sembari menunggu destinasi yang hendak ia tuju, Andy sibuk mengelap lensa kamera hitam dengan baik.

Last Goodbye [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang