Part 10 - Saling Curiga
•
Andy tengah memperhatikan secarik kertas yang membuatnya terpaku cukup lama. Berkali-kali ia membuang napasnya berat ketika nilai ulangan yang keluar tidak sesuai dengan harapannya. Penyebabnya hanya satu, yakni kuis biologi yang diadakan secara dadakan hingga nyaris tidak ada tuntas KKM di kelas ini. Jika saja Andy tahu hal ini akan terjadi, dirinya sudah pasti merencanakan sesuatu dengan Samantha. Setidaknya, nilai yang ia peroleh tidak seburuk dengan apa yang ia lihat sekarang. Benar-benar, memalukan.
Ujung kertas milik Andy sudah hampir tak berbentuk karena ia meremasnya terlalu kuat. Nilai 75 yang tertera pada kertas putih tersebut masih membuatnya kesal. Andy hanya membutuhkan 5 poin lagi agar ia bisa menembus KKM. Mungkin dengan begitu, hukumannya akan jauh lebih ringan, walau peluangnya sangatlah kecil.
Dan satu hal yang pasti, ia tidak bisa jamin hidupnya akan selamat kalau Rudy mengetahui nilai kuis biologinya yang bisa dibilang, anjlok.
“Bahkan yang juara satu aja gak tuntas, gimana dengan nasib kami sebagai manusia serba kekurangan ini?” ujar segerombolan siswi yang dari tadi mendiskusikan jawaban dari hasil kuis biologi barusan. Hampir satu kelas mengeluh karena di minggu kedua mereka belajar, Bu Tia selaku guru biologi sudah memberikan kuis dadakan yang bahkan memasukkan materi yang belum dipelajari.
“Habisnya, Bu Tia ngasih soal kelewat susah. Lihat! Soal pertama aja udah dari bab 2! Kita semua belum lho belajar dari bab 2.”
Beberapa mengangguk setuju, protes kembali terdengar memenuhi ruangan kelas. “Makanya weh!”
“Eh?” seruan dari salah satu murid tiba-tiba membuat seisi kelas terdiam. “Ada yang lolos KKM ya?”
Atas pernyataan mengejutkan dari gadis itu barusan, semua pasang mata kini tertuju pada salah seorang laki-laki yang duduk di meja paling depan, begitu pula dengan Andy. Pemuda dengan kaca mata itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Oskar Brahmana namanya, siswa spesialis biologi di angkatan ini. Bahkan Oskar adalah saingan terberat kedua setelah Samantha dan sial, setelah dua tahun tidak pernah sekelas dengan Oskar, kini ia harus menghadapi musuh lain yang jauh lebih berbahaya.
“Anjir! 100?”
Oskar yang sudah menjadi pusat perhatian hanya tersenyum hangat, merasa tidak ada yang perlu dibanggakan dari kuis biasa ini.
“Untung aja ini cuman kuis biasa,” katanya sambil bercanda. “Gue juga hoki-hokian aja jawabnya.”
Andy tersenyum sinis mendengarnya. Semua ucapan yang keluar dari mulut orang itu terdengar munafik. Kalau kata Andy, Oskar terdengar seperti seseorang yang haus dengan pujian.
“Wih! Oskar, bisa dong ngajarin kita biologi sekarang?”
“Iya nih. Mana gue-”
DRUK!
Suara kursi yang dihasilkan oleh Andy membuat suasana kelas hening seketika. Ia menatap dingin ke semua orang sambil mendengus napasnya kesal. Andy bukan iri dengan pujian yang diberikan teman-temannya pada Oskar. Dari dulu, Andy memang tidak begitu memedulikan semua nilai yang ia dapat jika saja Rudy tidak memaksanya untuk meraih juara pertama.
Hanya saja, ayah Oskar adalah salah satu kolega terbaik Rudy. Nahas, malam ini akan diadakan makan malam bersama dengan keluarga Oskar. Andy tahu karena cepat atau lambat, keluarga Oskar akan memberitahu masalah ini kepada ayahnya. Andy hanya bisa menutupinya sampai makan malam tiba. Atau kalau bisa, ia ingin mengubur masalah ini selama-lamanya.
Melihat bagaimana reaksi yang diberikan oleh Andy, Oskar kemudian tersenyum miring. Ia tahu jika ini bisa dijadikan kesempatan bagus agar ayah Andy bisa berhenti menyombongkan anaknya yang menurutnya tak seberapa itu. Setelah sekian lama bersaing, ia memiliki harapan untuk bisa menjadi lebih dari sekadar anak-anak biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Goodbye [TAMAT]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP, NO PRIVATE-PRIVATE!!] • [15+] Sebagai salah satu anak dari korban broken home, Samantha tidak keberatan jika ia harus menjalani kehidupan dengan berbagai rintangan yang terus mengujinya. Apapun itu akan Samantha lewati, asalkan...