Last Goodbye - 36

42 6 0
                                    

Part 36 - Main Reason

Beberapa Saat yang Lalu...

PLAK!

 "Benar-benar memalukan! Papa merasa malu karena kamu berani melawan guru di sekolah!"

Sepulang dari sekolah, Oskar tak menyangka jika Deston sudah menyambut kedatangannya di depan rumah. Merasa tidak cukup dengan hanya memarahi Oskar, pria parubaya itu juga memberikan hadiah berupa satu tamparan yang langsung mengenai pipi Oskar. Pemuda itu langsung jatuh tersungkur sambil menahan rasa perih yang membekas. Ia bisa merasakan ada aura yang berbeda dari dalam diri Deston saat ini.

"Bodoh! Gara-gara kamu, saya dipanggil sama guru BK kamu!"

Akibat tamparan Deston yang terlalu kasar tadi, Oskar sampai tak sadar jika cairan darah dari mulutnya kini mulai mengalir. Perlahan, kedua bola mata Oskar mulai memerah. Sebisa mungkin laki-laki itu menahan air matanya agar tak menetes saat itu juga. Ia berusaha mengelap sudut bibirnya dengan pelan sebelum kemudian ia memberanikan diri untuk menatap Deston. Napasnya memburu, ia bisa memperhatikan aktivitas Deston yang bersiap untuk menendang perutnya.

DUK!

"Pa! Sakit Pa, udah!" tangisan Oskar mulai terdengar. Ia langsung menyentuh perutnya yang terasa begitu nyeri. Kalau sudah naik pitam, kepribadian Deston akan berubah total. Jika Oskar atau siapapun telah membangunkan "sisi" ayahnya yang satu ini, ia bisa jamin jika hidup orang itu tak akan bisa selamat.

Berbeda dengan sisi Deston, pria itu masih tak berkutik sama sekali. Deston malah bersikap acuh tak acuh dan justru meneriaki Oskar lebih kuat. Deston merasa kecewa pada anaknya. Ia rasa jika Deston harus diberi hukuman yang berat agar anak itu bisa jera.

"Papa tahu kamu mau menang, tapi bukan seperti ini caranya. Tidak pernah Papa mengajari kamu untuk melawan guru kamu. Apa katanya tadi? Menerima suap katamu? Siapa yang mengajari kamu berkata seperti itu!"

"Ya ampun!" teriakan histeris dari Indri seketika terdengar ketika ia baru turun dari kendaraan beroda empat miliknya. Sang istri yang baru saja pulang dari pekerjaannya langsung disuguhi dengan pemandangan yang tak ia harapkan. "Ada apa dengan semua ini? Deston! Berani sekali kamu kasar dengan anak kamu sendiri?"

Sekujur tubuh Indri bergetar. Ia segera menghampiri Oskar yang terlihat kesulitan untuk berdiri. "Kamu udah gila! Apa tidak ada cara lain untuk mendidik anakmu ini?"

"Jangan cuman bisa ngomong, buktinya kamu aja gagal mendidik dia!" tidak senang dengan sanggahan dari istrinya, Deston langsung memotong dengan kesal.

Lihat, bahkan di saat-saat seperti ini, kedua orang tuanya masih sempat bertengkar alih-alih menyelesaikan masalah dengan baik. Oskar lelah ketika ia harus diperlakukan bak budak agar reputasi Deston tidak hancur. Oskar lelah ketika ia harus menjadi seseorang yang tidak mencerminkan dirinya sama sekali. Oskar lelah ketika ia harus memenuhi ekspektasi sang ayah yang melebihi luas alam semesta. Semuanya, Oskar lelah bahkan sebelum ia memulai semua itu.

 "Lihat akibatnya sekarang!" seolah belum puas, Deston lagi-lagi mengamuk di hadapan istrinya dan Oskar. "Kamu selalu membelanya ketika dia salah. Kalau kamu terus menolongnya, akan jadi apa anak kita itu?"

"Kamu sebagai Ayah harusnya bisa mikir dong apa yang terbaik untuk anak kita, bukan pakai kekerasan kayak gini! Kok tega banget sih jadi Ayah berani gitu? Kalau kamu gak malu, aku yang malu!"

"Yaiyalah kalau kamu malu, orang kamu orang tua kandungnya, bukan aku!"

Oskar bergeming. Kalimat terakhir yang dilontarkan oleh ayahnya berhasil membuat kepala Oskar mendadak kosong. Pembahasan itu lagi, Oskar benci ketika Deston kembali mengungkit masalah itu di hadapan Indri atau dirinya.

Last Goodbye [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang