Part 50 - Putih Abu-Abu
•
Liburan pertengahan semester akan segera dimulai. Untuk merayakan keberhasilan para murid dalam melewati ujian sekolah, pihak sekolah memberikan kegiatan class meeting selama tiga hari berturut-turut dengan berbagai perlombaan menanti. Teriakan girang jelas terdengar di mana-mana, karena inilah masa yang paling ditunggu-tunggu oleh setiap murid setiap tahunnya. Rasa senangnya bukan kepalang. Bahkan banyak perwakilan dari setiap kelas yang sepakat untuk menggunakan baju yang seragam agar bisa menunjukkan kekompakkan tim kepada kelas lain.
“Michell! Make-up-in gue dong!”
“Sabar, si Sri bawa polaroid-nya ‘kan ke sekolah?”
“Ketua kelas! Nanti bantuin foto satu kelas ya!”
“Terus lu kate gue gak masuk ke dalam foto gitu?”
“Kagak!”
Suara tawa kini menghiasi ruangan 12 IPA 2 begitu mendengarkan jawaban nyeleneh dari Iza. Sesuai dengan kesepakatan, dress code yang dipakai oleh kelas 12 IPA 2 adalah baju bewarna biru muda. Karena lomba akan digelar sebentar lagi, semua murid yang ada di dalam mulai mempercepat aktivitasnya agar bisa menyaksikan perlombaan basket, lomba pembuka untuk hari pertama.
CEKLEK!
Suara pintu yang terbuka sempat mengalihkan perhatian anak-anak yang di dalam. Iza selaku orang yang duduk paling depan terkejut, tidak menduga jika Samantha akan muncul kembali di sekolah ini. Bagai domino yang mengikuti alurnya, kini satu per satu murid yang ada di dalam menatap Samantha yang datang dengan membawa tote bag di lengannya. Seluruh aktivitas yang berlangsung di dalam kelas seketika berhenti layaknya video yang baru saja di-pause.
“S-Samantha?”
Gadis itu tak menghiraukan panggilan dari salah satu siswi barusan. Ia berjalan maju menuju loker kelas, meski ada beberapa yang tampak menjauhi tubuh Samantha agar tidak berdiri terlalu dekat dengan Samantha. Samantha terpaksa untuk datang hari ini untuk bisa membereskan isi lokernya. Ia sudah menebaknya jauh-jauh waktu, jika kedatangannya hari ini akan membuat suasana di dalam kelas menjadi sangat canggung.
“Gara-gara orang itu, mood di kelas jadi gak bagus anjir!”
“Hadeh, kenapa Samantha harus datang hari ini dah.”
“Kayaknya topeng wajah Samantha memang setebal itu ges.”
“Samantha lagi, Samantha lagi.”
Bisik-bisik itu terdengar begitu jelas di telinga Samantha. Gadis itu bersikap tidak peduli, meski rasa sakit yang dirasakan oleh Samantha bukan main. Ia terus berjalan untuk menuju ke loker miliknya. Walaupun beberapa pasang mata mulai menatapnya dengan tatapan tidak suka, Samantha tidak bisa menjadikan ini sebagai alasan untuk lari dari masalah. Mau tidak mau, siap tidak siap, ia harus bisa menghadapi yang namanya masalah dan realita hidup yang tidak semanis cerita bergenre romansa.
-Anak pembawa kesialan!
-Pintar tapi kelakuannya di luar dugaan, upss!
-Mati aja sana!
Samantha dapat melihat semuanya dengan jelas. Coretan-coretan itu telah memenuhi pintu lokernya dengan spidol permanen. Ia memperhatikan foto-foto kelas yang sudah diedit tanpa kehadiran dirinya. Gadis itu menelan ludahnya beberapa kali dan berusaha menyunggingkan senyumannya dengan paksa. Ia bisa melihat jawaban mutlak dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana kehadiran gadis itu memang tidak lagi diharapkan di tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Goodbye [TAMAT]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP, NO PRIVATE-PRIVATE!!] • [15+] Sebagai salah satu anak dari korban broken home, Samantha tidak keberatan jika ia harus menjalani kehidupan dengan berbagai rintangan yang terus mengujinya. Apapun itu akan Samantha lewati, asalkan...