Last Goodbye - 07

100 12 0
                                    

Part 07 - Berusaha Memahami

"Apa? Anak itu yang mengajar Maudy sekarang? Sejak kapan?"

Rudy terkejut bukan main setelah mendengar kabar mengejutkan itu dari Shenna. Baru kali ini, Shenna berani menyembunyikan sesuatu dari dirinya.

"Maudy jadi semangat belajar karena Samantha. Aku yang mempekerjakan anak itu," ujar Shenna.

"Maksudmu, semua biaya yang telah dikeluarkan untuk les Maudy sia-sia? Kamu menyepelekan kemampuan guru yang bahkan sudah memiliki sertifikat dan malah menyuruh anak SMA mengajar anak kita?"

"Ini semua juga demi Maudy!" Shenna tak lagi kuasa menahan amarah yang terus bergejolak di dalam hatinya. "Bukankah kamu senang karena Maudy sudah mau berusaha? Aku enggak pernah lihat Maudy sesenang ini ketika belajar. Sekali saja kamu dengarkan aku, enggak bisa, Mas?"

Rudy menghela napasnya kasar dan mencoba menahan emosi dari dalam dirinya. Lagi-lagi, ia harus mengalah dan menuruti keinginan Shenna. "Baik, tapi kalau anak itu gak berhasil meningkatkan semua nilai Maudy, anak itu harus siap untuk angkat kaki dari tempat ini."

Rudy akhirnya memilih untuk mengakhiri percakapan dan meninggalkan Shenna sendirian di ruangan kamar. Sementara Shenna yang masih duduk di atas sofa hanya bisa menggeleng kepalanya pelan. Sampai kapan Rudy akan berhenti untuk terobsesi dengan peringkat anak-anaknya itu?

~~~

Maudy terus mengintip ke arah luar jendela dan memperhatikan betapa derasnya hujan malam ini. Anak itu terus menghela napasnya dengan berat. Ia memilih untuk menutup gorden dan menatap semua pesan yang belum sempat dibalas oleh Samantha. Maudy benar-benar khawatir dengan kondisi Samantha karena belum lama setelah gadis itu meninggalkan rumahnya, hujan tiba-tiba turun. Bahkan, ia sendiri kesulitan untuk memperhatikan keadaan di luar akibat hujan yang begitu lebat.

"Kak Samantha udah sampai belum ya?" tanyanya dengan cemberut.

Andy yang kala itu sedang belajar di ruang tamu mulai memandangi Maudy. Laki-laki itu tak memiliki pilihan lain selain menegur adiknya yang sudah membuat konsentrasinya terganggu.

"Bisa berhenti ngomel gak? Memangnya kenapa kalau orang itu belum tiba ke rumahnya? Kamu mau jemput dia?"

"Kalau aku bisa, pasti sudah kulakukan dari tadi," jawab Maudy tak mau kalah. Dirinya mulai heran mengapa Andy terlihat begitu sensi ketika ia menyebut nama Samantha. "Lagian ini udah malam, Bang. Kak Samantha itu cewek. Bisa gak sih Abang ngertiin perasaan Kak Samantha?"

"Jangan hanya karena kejadian kemarin, kamu membelanya mati-matian, Maudy. Kamu lihat sendiri tadi kalau orang itu sengaja datang di jam segini. Samantha jelas-jelas mengharapkan belas kasihan dari kita."

"Aku yakin Kak Samantha pasti punya alasan," kata Maudy yang mulai emosi. "Dan tolong jangan mengatakan semua ini seolah-olah Bang Andy yang paling tahu segalanya."

Laki-laki itu hanya bisa tertawa sinis melihat Maudy yang terus-menerus membela Samantha. "Apa yang membuatmu begitu menyukai Samantha? Kasih tahu Kakak satu aja alasan yang logis kenapa kamu masih ingin mempertahankan Samantha sebagai guru les pribadimu."

Kedua bola mata Maudy mulai memerah setelah mendengar ucapan Andy barusan. Dari pada meladeni, Maudy memilih untuk masuk ke dalam kamarnya. Ia merasa percuma menjelaskan semua ini kepada Andy. Laki-laki seperti Andy akan terus menganggap dirinyalah yang paling benar. "Percuma menjelaskan pada Abang, Abang tetap gak akan ngerti."

"Dari awal orang itu memang tidak pantas berada di sini, Maudy," ujar Andy kembali dengan nada santai. "Asal kamu tahu aja, Mama tidak berniat mempekerjakan Samantha kalau kamu tidak memintanya."

Last Goodbye [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang