Last Goodbye - 25

55 6 0
                                    

Part 25 - Langkah Selanjutnya

Suara pukulan bola yang dihasilkan oleh raket antar pemain terdengar paling mendominasi di dalam lapangan indoor ini. Benda kecil bernama shuttlecock itu terlihat melayang di udara. Masing-masing pemain berusaha untuk mempertahankan area mereka dengan langkah gesit, tak ingin jika kemenangan akan diraih oleh lawan pada nantinya.

“Semangat!!”

“Tim baju hijau!”

Karena hanya Frans dan Kenzo satu-satunya anggota yang masih bertahan di salah satu lapangan, para pemain lain yang sedang beristirahat mulai menyaksikan permainan mereka. Sorak-sorakan mulai terdengar, dan mereka yang disemangati oleh penonton tentu saja ingin menunjukkan performa terbaik mereka di hadapan publik. Hingga ketika bola tersebut jatuh di area lawan, Frans yang berseru paling girang karena berhasil mengalahkan Kenzo setelah tiga ronde permainan, diikuti dengan suara tepukan tangan yang kemudian terdengar menenuhi area lapangan.

Andy terus mengelap dahinya dengan tisu. Keringatnya masih saja mengucur deras, bahkan sudah berhasil membasahi pakaian dari pemuda itu. Ia sempat memeriksa waktu yang ada pada ponselnya, pukul tujuh malam. Karena Rudy dan Shenna yang secara kebetulan ada urusan mendadak, laki-laki itu mengambil kesempatan ini untuk bermain badminton dengan kedua temannya.

Atau mungkin, salah satu alasan spesifik dan yang paling masuk akal mengapa Andy lebih memilih untuk keluar dari pada berada di dalam rumah adalah, karena ia harus berpapasan dengan Samantha, lagi.

“Woi!” Frans datang dan memberikan sebotol air mineral dingin kepada Andy yang duduk di atas kursi kayu panjang. “Bengong aja anak ini perasaan. Gak mau main lagi?”

Frans dan Kenzo akhirnya bergabung, memilih untuk duduk di samping pemuda itu.

“Hari ini terasa ada yang kurang ya?” Frans menatap seisi stadion dengan saksama. Hampir semua lapangan telah diisi penuh oleh orang-orang, membuat Kenzo sempat mengerut dahinya kebingungan.

Karena tak ada satu pun dari mereka yang mau menjawab, Kenzo kemudian menoleh ke arah Frans dan mulai bertanya. “Maksud lo, Moses?” Beberapa detik setelahnya, Frans kemudian mengangguk, lega karena Kenzo berhasil menangkap maksud dari ucapannya.

“Padahal, biasanya dia yang paling semangat ngajakin kita buat main badmin atau basket. Semua, kembali ke situasi awal lagi ya?”

Ketiganya terdiam, merenungi setiap perkataan yang kemudian diakhiri dengan tanda tanya. Mereka berdua sudah tahu apa yang terjadi antara Moses dan juga Andy.  

“Ngomong-ngomong,” Kenzo tiba-tiba kembali membuka suara, merasa ada sesuatu hal yang menganggu pikiran pemuda itu sedari tadi. Kenzo tengah memilih waktu yang tepat agar ia bisa membahasnya. “Parah banget gak sih?” ujarnya kemudian. “Masa pacaran sama Gretha gak bilang-bilang? Mana udah backstreet selama setahun njir!”

“Iya,” Frans ikut tertawa, mungkin tak menyangka juga jika sahabatnya akan menyembunyikan hubungannya dengan Gretha, sekalipun mereka sudah menjadi sahabat. “Gue juga gak paham soal itu.”

“Gue-” Akhirnya setelah berdiam diri cukup lama, Andy mau diajak untuk berbicara. Laki-laki itu segera menyandarkan punggungnya pada siku meja, tengah bersiap untuk mengeluarkan kalimatnya. “-bahagia dengan cara seperti ini. Gue gak mau hubungan gue pada nantinya akan menjadi pusat perhatian banyak orang. Gue-”

“’bahagia’?” di sela-sela pembicaraan, Kenzo kemudian memotong sebelum orang itu berhasil melengkapi kalimatnya secara utuh. “Justru kami berdua lebih sering lihat lo sedih, bengong, galau-” imbuhnya dengan semangat, tak ingin melewatkan satu kata pun yang bisa mereka deskripsikan mengenai perasaan Andy akhir-akhir ini. “-lo kelihatan seolah-olah ada banyak banget beban pikiran di otak lo.”

Last Goodbye [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang