Part 31 - Memperbaiki Keadaan
•
Saat ini, Andy tampak sibuk belajar di dalam ruang kelas, berusaha menyelesaikan soal hitung-hitungan yang masih tersisa lima soal. Ia harus bisa menyesuaikan jadwal belajarnya dengan baik mengingat masih banyak hal yang harus dikerjakan. Tugas proyek mendominasi, lengkap dengan paket ulangan yang bisa mencapai tiga ulangan di hari yang sama. Siapa yang tidak stres coba?
“Ey yo bro!” suara Frans yang melebihi highnote Ariana Grande itu sempat membuat Andy tersentak, sebelum ia kemudian bergumam pelan dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
Frans menurunkan tangannya yang telah berhenti melambai ke arah Andy. Senyuman Frans yang tadinya ceria kini perlahan memudar melihat bagaimana Andy merespons panggilannya. Ia kemudian menghampiri sosok laki-laki yang duduk di kursi paling depan. Tumben-tumben ‘kan Andy meminta kepada wali kelas untuk duduk di deretan kursi para murid ambis?
“Eh! Lo udah tahu gak turnamen e-sport yang akan diselenggarakan di mall baru?” tanya Frans heboh. “Pas banget tuh! Kita tinggal nyari satu orang lagi buat-”
“Kalau ada apa-apa, bilang sekarang,” potong Andy kemudian. Frans selalu membuka percakapan dengan basa-basi hangat. Bukannya Andy tidak suka, tapi sekarang ia sedang sibuk dan tak bisa fokus untuk menanggapinya. “Habis ini gue masih harus belajar.”
“Oh, sok sibuk ya sekarang abang ini,” ujar Frans menyengir, berusaha merubah topik pembicaraannya saat ini. “Habis ini, kelas gue akan ada ulangan biologi. Lo bisa gak bagi kertas contekan ke gue?”
Andy sempat terdiam, membiarkan suara pensil yang bergerak itu mengisi kesunyian di antara mereka berdua.
“Gue udah lama gak pake contekan.” Andy menjawab dengan santai, berharap jika Frans bisa berhenti meminta contekannya dari sekarang.
“Oh iya benar juga,” Frans kemudian menjentikkan tangannya paham, seolah baru teringat akan sesuatu. “Si Samantha ‘kan izin sakit selama seminggu lebih, jadi lo gak mungkin bisa dapat contekan,” ujarnya sambil berspekulasi. Mengetahui akan hal tersebut, Frans mulai menarik kursinya agar bisa duduk di samping pemuda sok sibuk itu. “Tapi, lo udah tahu soal yang dikasih ‘kan? Bukannya lo biasa akan nulis di satu kertas kecil biar dibagiin ke kita-kita?”
Tangan Andy yang semula sedang menulis kini berhenti di tengah jalan usai mendengar pernyataan Frans barusan. Ia kemudian menoleh ke arah sahabatnya. Laki-laki itu masih menatapnya dengan penuh harap.
“Gue, gak nulis.”
“Jangan bercanda elah,” Frans mulai geram, tapi ia berusaha mengontrol dirinya agar tidak emosi di depan Andy. Laki-laki itu berusaha terlihat ramah di depan Andy agar semuanya masih bisa terkendali. “Gue betulan butuh kunci jawaban ulangan biologi. Gak lucu anj*r ulangan gue yang selalu tinggi-tinggi nilainya jadi anjlok.”
“Sorry, Frans,” dan sekali lagi, ucapan permintaan maaf dari Andy mulai membuat Frans kehabisan batas kesabarannya. “Lo kalau tahu ada ulangan harusnya bisa belajar-”
“Lo ini kenapa sih? Gue rasa lo udah berubah sejak putus sama Gretha!”
Frans berdiri dari tempat duduknya dan menatap tak suka. Ia sudah tidak bisa menoleransi sikap Andy yang sudah kelewatan. Bagaimana bisa Andy bertindak seperti ini sesuka hatinya?
Sementara Andy yang baru saja menerima semua cercaan dari sahabatnya itu hanya bergeming di tempat. Ia perlahan mengangkat dagunya sambil menatap Frans lekat.
“Jangan kaitkan masalah ini dengan Gretha, semua masalah ini tidak ada hubungannya dengan Gretha,” tegas Andy kemudian.
“Terus?” Frans mulai melangkah maju. “Jadi semua ini karena siapa? Apa karena Samantha?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Goodbye [TAMAT]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP, NO PRIVATE-PRIVATE!!] • [15+] Sebagai salah satu anak dari korban broken home, Samantha tidak keberatan jika ia harus menjalani kehidupan dengan berbagai rintangan yang terus mengujinya. Apapun itu akan Samantha lewati, asalkan...