Part 32 - Sedia Kala
•
"Sarapan hari ini menunya sayur cap cai!"
Samantha menuangkan sisa-sisa kuah yang tersisa di dalam kuali dan memberinya sentuhan terakhir dengan menaburi bawang goreng di atas sayuran tersebut. Aromanya menyebar sampai ke lantai dua, membuat Andrian yang baru saja keluar dari kamar langsung menyerbu ke meja makan. Gadis itu segera melepaskan celemeknya dan menatap Andrian yang sudah bisa berjalan dengan normal tanpa bantuan tongkat lagi. Pria itu telah diperbolehkan untuk kembali bekerja dan pastinya Samantha juga harus kembali menjalani rutinitas sehari-harinya, yaitu mengajar.
"Siapa suka brokoli tunjuk tangan," seru Andrian heboh sambil mengancungkan jarinya. Samantha juga ikut berjoget ria. Kalau sudah menyangkut soal brokoli, Andrian rajanya. "Selera makan Ayah langsung datang."
Samantha tersenyum melihat bagaimana respons dari sang ayah.
"Tumben-tumben 'kan kita bisa makan bareng? Biasanya juga cuman panasin lauk sisa semalam, atau beli di kantin perusahaan," cibir Samantha yang sibuk mengambil nasi sambil sesekali menatap Andrian. "Mungkin lupa kali ya ada yang lebih penting dari pekerjaan."
"Pekerjaan penting keles. Kalau gak kerja mau makan apa kita?"
"Terserah," jawab Samantha sebal, sementara Andrian hanya terkekeh melihat ekspresi sang anak. Keduanya kini sedang menikmati sarapan yang dibuat oleh Samantha.
"Ini serius?" tanya Samantha tiba-tiba setelah meletakkan dua piring nasi di atas meja. Ia kemudian duduk berhadapan dengan sang ayah dan sibuk menyendoki sayuran pada nasinya. "Ayah udah yakin 'kan bisa kembali bekerja?"
Justru, Ayah lebih khawatir sama kondisimu, Nak. Kamu yakin sudah bisa kembali ngajar?
Andrian tersenyum ketika mendengar pertanyaan dari gadis itu. Andrian ingin sekali menyuarakan isi hatinya kepada Samantha hari ini. Tapi dari pada ia merusak suasana hati Samantha yang sedang bahagia, lebih baik ia menyimpan semua itu sendiri.
"Kamu mah kayak gak kenal Ayah aja," timpa Andrian sambil mengunyah. "Orang udah sehat begini kok. Malu atuh aku sama kawan kamu nanti, nanti dia laporin Papanya 'kan," canda Andrian.
"Sakit itu 'kan bukan karena keinginan kita, Yah."
Pria kepala lima itu terkekeh pelan. Andrian sengaja untuk menghibur Samantha, tak ingin jika anak semata wayangnya itu terlalu memikirkan kesehatannya. Andrian bisa jaga diri kok, suer!
"Kalau gitu, apa dong kegiatanmu di rumah sekarang? Masih mau minta cuti sekolah?" kini giliran Andrian yang bertanya pada Samantha. Gadis itu tak memberikan jawaban setelah Andrian melontarkan pertanyaan itu. "Ayah gak masalah sampai kamu siap, yang sekolah 'kan kamu."
Samantha terdiam, gadis itu sempat menatap makanannya yang tersisa setengah, sebelum kalimat-kalimat dari Andrian barusan mengambil alih pikirannya.
"Hari ini," Samantha kembali membuka balon percakapan setelah terdiam cukup lama. "Aku mau ngajarin Maudy seharian untuk menggantikan hari-hari sebelumnya."
Andrian sempat berhenti mengunyah sambil mengangguk. Ia menghargai setiap keputusan yang dibuat oleh Samantha.
"Kalau begitu, cepetan dihabisin tuh," seru Andrian semangat, memperlihatkan isi piringnya yang sudah habis. "Ayah juga bentar lagi mau berangkat kerja. Lihat tuh jam di sana, udah mau jam 7."
Pandangan gadis itu langsung mengarah pada jam dinding dapur. Perjalanannya menuju ke rumah Maudy bisa memakan waktu yang cukup lama. Ia harus segera bersiap-siap untuk berangkat menuju ke rumah Maudy dan kembali mengajar. Sesuai dengan kesepakatannya dengan Maudy, ia harus tiba di rumah gadis itu kurang lebih satu jam lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Goodbye [TAMAT]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP, NO PRIVATE-PRIVATE!!] • [15+] Sebagai salah satu anak dari korban broken home, Samantha tidak keberatan jika ia harus menjalani kehidupan dengan berbagai rintangan yang terus mengujinya. Apapun itu akan Samantha lewati, asalkan...