Last Goodbye - 41

39 3 0
                                    

Part 41 - Untold Story #2

2 tahun yang lalu...

"Kok si bos mau-mau aja ya bolehin anak baru itu kerja di sini? Gue denger dia masih anak sekolahan lho, otomatis di bawah umur 'kan? Orang tuanya ke mana sih? Masa ngebolehin anaknya kerja di tempat seperti ini?"

"Curiga sih kalau dia bukan anak baik-baik. Kelihatannya aja sih memang kayak anak polos."

Salah satu gadis dengan potongan rambut sebahu mulai mengikat rambutnya menjadi ekor kuda, lalu kembali melanjutkan diskusi(yang lebih tepatnya bergosip) dengan salah satu rekan kerjanya. Saking semangatnya mereka bercerita, kedua orang yang ada di dalam ruang ganti itu tak sadar jika si ' buah bibir' telah berdiri lama di depan pintu.

Samantha berhenti menggerakkan kenop pintunya setelah tidak sengaja menguping pembicaraan dua orang itu. Walau mereka tidak menyebut nama Samantha secara spesifik, tapi Samantha yakin jika kakak-kakak seniornya itu sedang membicarakan dirinya. Walau Samantha tahu kebiasaan busuk para seniornya, ia tidak memiliki pilihan lain selain menutup mulutnya rapat-rapat. Gadis itu sadar, jika ia tidak bisa berbuat banyak untuk menghentikan gosip-gosip itu. Samantha harus sadar, jika posisinya di sini bukanlah siapa-siapa, hanya seorang pekerja paruh waktu yang bekerja untuk mendapatkan uang, itu saja.

"Terus 'kan! Tadi pas gue nganter-"

Gadis-gadis yang baru keluar dari ruang ganti itu tersentak dengan keberadaan Samantha di depan pintu. Orang yang paling depan mulai memalingkan wajahnya sambil berdeham, tak berniat untuk menyapa Samantha yang belum berkutik sama sekali. Karena sudah telanjur malu, keduanya langsung pergi meninggalkan Samantha begitu saja.

"Anjir! Jadi dari tadi anak itu dengerin percakapan kita dong?"

"Lo si goblok! Ngomongin orang gak ngeliat dulu situasinya."

"Kok jadi gue? Lo 'kan yang penasaran sama cerita gue tadi? Sama-sama goblok lah!"

Kira-kira, itulah percakapan terakhir yang bisa Samantha tangkap dari kakak-kakak tadi. Bahkan saking tergesa-gesanya, mereka sampai tak sengaja menutup pintu dengan kencang, hingga suara yang dihasilkan pun terdengar sampai ke telinga Samantha.

Samantha tak merespons apa-apa, berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri lewat caranya. Keberadaan Samantha di sini lagi-lagi membuat semua orang merasa tidak nyaman untuk berada dekat dengannya. Ia hanya bekerja sendirian, tanpa ada seorang teman yang bisa Samantha andalkan di tempat ini. Semua orang memandangnya sebagai musuh yang harus dimusnahkan detik itu juga.

Sudahlah, Samantha hanya bisa menghela napasnya dengan berat, memilih untuk tak menghabiskan waktunya terlalu lama untuk berdiri di sini. Jam sudah menunjukkan hampir 12 malam. Itu tandanya Samantha harus segera pulang ke rumah sebelum waktu semakin larut.

~~~

Oke, Samantha tahu jika berjalan pulang sendirian di malam hari bukanlah ide bagus. Tempat yang minim cahaya, keberadaan manusia yang hanya bisa dihitung dengan jari, serta suara burung hantu yang terus berbunyi berhasil membuat Samantha langsung bergidik ngeri, seolah-olah ia sedang berada di salah satu film horor. Salahkan para pengemudi yang sudah menolaknya berkali-kali dengan alasan tidak bisa menjemput Samantha di waktu ini. Jadinya, Samantha tak memiliki pilihan lain selain pulang berjalan kaki, sendirian.

Sebenarnya, sebelum gadis itu pulang untuk berganti shift dengan yang lain, ia sempat melihat rombongan Andy masih berkumpul di tempat yang sama. Bahkan setelah jam sudah menunjukkan hampir pukul 12 tengah malam, mereka tetap terlihat santai dan melanjutkan kegembiraan mereka di klub malam tadi.

Last Goodbye [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang