Last Goodbye - 42

41 3 0
                                    

Part 42 - Benang Kusut

“Selama ini, gue gak pernah ngasih tahu siapa-siapa kalau gue pernah konsultasi ke psikolog. Udah terhitung dua tahun rupanya gue nyimpen rahasia ini. Waktu berjalan dengan cepat ya?”

Langit sore telah menyapa kota Yogyakarta dengan baik. Sang surya akan segera tertidur lelap. Mungkin dalam hitungan menit, bulan akan segera naik ke puncak untuk menemani langit. Atau jika beruntung, mereka akan bisa menemukan sejumlah bintang-bintang kecil yang ikut menghiasi angkasa yang tak terhingga luasnya. Samantha rasa jika belakangan ini ia mulai kesulitan untuk menemukan benda kecil itu.

Andy dan Samantha duduk di salah satu bukit untuk menyaksikan matahari terbenam. Laki-laki itu mengeluarkan gantungan kunci yang telah berpindah padanya. Ia menatap benda tersebut dengan sangat lekat sebelum kemudian ia tersenyum dengan miris, seolah terselip rasa penyesalan yang begitu besar usai menatap gantungan kunci tersebut. Potret kejadian-kejadian lama yang mengingatkannya pada sosok Edy kini melintas bebas di kepalanya.

“Gue ngira, gantungan kunci ini gak akan pernah ditemukan lagi oleh siapa pun. Gantungan kunci ini istimewa meski terlihat sederhana, hadiah yang dibelikan pertama kali oleh Bang Edy,” jelas Andy kemudian. Tangannya bergerak untuk menggabungkan ketiga gantungan kunci itu di atas rerumputan.

Sebastian family,” ucap Samantha, membuat senyum Andy yang ada di sampingnya mulai mengembang. Rupanya, kepingan puzzle ini akan membentuk sebuah tulisan yang hanya bisa dibaca jika ketiganya disatukan sesuai dengan tempatnya.

“Benar,” jawab pemuda itu. Pandangannya kini tertuju pada padatnya bangunan perkotaan yang terlihat kecil dari bukit. Untuk kesekian kalinya, ia kembali menghela napasnya dengan sangat-sangat berat. Ada beragam kalimat acak yang terus berputar di kepalanya saat ini. Semua bertumbuk menjadi satu hingga menyisakan satu tanda tanya besar yang kemudian melahap habis rasa penasaran Andy saat ini.

“Sewaktu balita, Bang Edy bisa dibilang anak yang cepat tanggap. Dia bisa berbicara beberapa bulan lebih awal dari anak-anak biasanya. Bahkan waktu SD, Bang Edy selalu mendapatkan peringkat pertama dan membawa pulang piala ke rumah. Bang Edy memang hobinya belajar, beda sama gue yang tahunya cuman main, makan, gambar, foto, itu-itu aja yang biaa gue lakuin waktu kecil.”

“Mungkin setelah saat itu kali ya?” ujar Andy sembari mengingat. “Papa yang awalnya tidak begitu peduli dengan nilai, mulai berambisi untuk menyekolahkan Bang Edy ke perguruan tinggi ternama di Indonesia. Bahkan sebelum SMA aja, Bang Edy udah disuruh kursus agar bisa mendahului anak-anak lain, agar bisa mempersiapkan diri lebih baik, supaya Papa bisa menargetkan perguruan mana yang bisa Bang Edy tuju sejak dini.”

Samantha tidak menyela. Ia setia mendengarkan setiap kalimat yang keluar dari mulut Andy. Baru kali ini, Andy membagi cerita yang tak pernah ia dengar sebelumnya, cerita kelam yang tersimpan lama.

“Bang Edy ngira kalau belajar adalah satu-satunya hal yang bisa membuat Papa bangga. Makanya, orang itu gila belajar. Siang-malam kerjanya megang buku. Waktu bermain selalu dipangkas sampai Bang Edy nyaris gak pernah istirahat selama seharian penuh, demi belajar mengejar mimpi orang lain,” sambung Andy kemudian. Laki-laki itu mulai menunduk kepalanya sedih. “Mungkin karena itu juga satu-satunya alasan paling masuk akal, mengapa Bang Edy didiagnosa... gagal ginjal.”

Samantha seketika menatap wajah pemuda itu dengan terkejut. “Ga-gagal ginjal?”

Andy mengangguk kepalanya dua kali. “Iya, gagal ginjal, persis yang dialami oleh Ayah lo.”

Mendengar hal itu, Samantha tak banyak berkomentar. Ia hanya membutuhkan beberapa saat agar bisa menerima semua informasi ini secara mentah-mentah.

“Gue tahu Bang Edy nyembunyiin penyakitnya sewaktu Bang Edy kecelakaan parah. Orang rumah gak ada yang percaya soalnya Bang Edy selalu terlihat ceria. Bahkan saking syoknya, Mama sampai pingsan setelah tahu semua kebenaran ini. Semua hasil diagnosanya disembunyikan di dalam rak. Obat, perkembangan ginjal, bahkan informasi terkait donor ginjal, semua tersimpan rapi di dalam salah satu map. Bang Edy menyembunyikan semua fakta menyakitkan itu dari keluarga.”

Last Goodbye [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang