Last Goodbye - 40

82 7 0
                                    

Part 40 - Hari-H

“Jangan tegang-tegang amat, Ibu ngakak lihat wajah kalian,” ujar Bu Tia sambil terkekeh memperhatikan kedua wajah anak muridnya melalui kaca spion. Samantha dan Andy kemudian merespons dengan gugup sebelum keduanya sama-sama tertawa canggung. Mereka terlihat sibuk dengan buku bacaan yang ada di tangan masing-masing.

Melihat reaksi dari Samantha dan Andy, Bu Tia kemudian menggeleng kepalanya kecil sembari tertawa pelan.

“Santai saja ya,” Bu Tia kembali berucap. “Kalian sudah menjalani yang terbaik. Apapun hasilnya nanti, ambil sisi positif dari kegiatan ini ya?” pesan Bu Tia kemudian, sebelum kedua orang yang duduk di belakang mulai menganggukkan kepalanya.

Mobil yang dibawa oleh Bu Tia telah berhenti di area parkiran salah satu sekolah tempat olimpiade nasional bidang IPA dilaksanakan. Setelah kendaraan beroda empat itu terparkir dengan rapi, mereka bertiga lalu turun dari sana. Sama seperti dulu, para siswa-siswi langsung diarahkan menuju ke aula, tempat untuk melakukan pendaftaran ulang bagi peserta olimpiade. Samantha mulai menyunggingkan senyumannya. Ia jadi teringat dengan kejadian satu tahun yang lalu. Rupanya, sekolah ini tidak berubah banyak.

“Kalian bawa ID Card kalian masing-masing ‘kan?”

“Bawa.”

Mendengar jawaban dari Andy, Bu Tia kemudian mengangguk. “Bagus. Karena kalian sudah tahu tempat pendaftaran ulangnya, Ibu gak perlu temani kalian lagi dong? Ibu harus menunggu di pertemuan para guru, Ibu tinggal ya?”

“Iya Bu tidak apa-apa,” kata Samantha. “Hati-hati ya Bu.”

“Iya Nak, good luck untuk kalian! Bawa pulang medali emas ya!” canda Bu Tia sambil melambai-lambaikan tangannya pada Samantha dan juga Andy.

Kepada seluruh peserta lomba olimpiade IPA tingkat nasional, mohon untuk segera melakukan pendaftaran ulang di aula gedung utama. Kami ulangi, kepada seluruh peserta lomba olimpiade IPA tingkat nasional, mohon untuk segera melakukan pendaftaran ulang di aula gedung utama.

Kuy,” usai mendengarkan pengumuman dari speaker yang tersebar ke seluruh penjuru sekolah, Andy kemudian berjalan mendahului Samantha. Pemuda itu mengikuti siswa-siswi dengan seragam yang berbeda untuk menuju ke aula gedung utama. “15 menit lagi lombanya dimulai.”

Samantha mengangguk, mengejar langkah Andy yang sudah memimpin jauh. Keduanya kemudian berjalan beriringan untuk tiba di tujuan.

Memasuki ruangan dengan pintu kayu besar yang terbuka lebar di depan, Samantha dan Andy kemudian mengantri di salah satu stan dengan ibu-ibu berkaca mata yang menjaga di tempat itu. Samantha tebak jika peserta yang mengikuti lomba untuk tahun ini semakin ramai peminatnya. Kali ini, ia harus bersaing untuk anak-anak lain yang jauh lebih hebat darinya.

“Gila,” bisik Samantha pada Andy pelan. Samantha memperhatikan sekelilingnya dengan takjub. Maksudnya, gila! Depan, kiri, kanan, belakang, ke mana pun Samantha menoleh, ia sudah pasti melihat sekumpulan anak-anak yang sedang membawa buku tebal sambil menghapal. “Seingat gue ya, tahun lalu banyak banget yang santai. Gue ingat parah ada yang malah main game bareng sebelum mulai.”

Andy sempat tersenyum sebelum ia mengangguk kepalanya. Belum apa-apa, nyali Andy sudah menciut saja. “Coba lihat si kaca mata di ujung sana,” ujar Andy dengan nada pelan, sebelum Samantha kemudian menoleh pada arah yang sama. “Anak itu yang menang juara kedua olimpiade matematika tahun lalu ‘kan?”

Begitu mengetahui sosok yang dimaksud, Samantha kemudian menjentikkan tangannya. “Iya coy. Aurelia gak sih namanya kalau gak salah? Gila, jujur aja dia kayak manusia kalkulator waktu di ruangan, kertas buramnya bersih gak berisi.”

Last Goodbye [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang