lv | coca-cola & marco polo

531 59 31
                                    

A/N

This chapter was originally planned to be a hot lit lit chapter, buttt after a few revision I decided to keep it under 15 because yall are around that age and I, myself, am not good at writing spicy scene 😂🙏

So, this is the first update of 2023–the start of many more to come!

Oh and for adik-adik yang tengah SPM sekarang, break a leg guysss 💪

Here's the playlist for this chapter, I think you can already guess who's the main today 👀

Here's the playlist for this chapter, I think you can already guess who's the main today 👀

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy reading! 🙌

༶•┈┈⛧┈♛ ♛┈⛧┈┈•༶

[ Alice's POV ]

I'm having visions of you
but then I understand, the friend I'm dreaming of is far away.

- Show Me How by Men I Trust

Malam yang sungguh sepi---bagaikan setiap seorang penghuni hotel ini sudahpun berlayar ke alam mimpi masing-masing meninggalkan aku sendirian di sini---aku membawa diri. Bilikku yang kosong telah ditinggalkan berkunci tadi. Felisia belum kembali lagi, aku tidak tahu ke mana perginya tetapi aku yakin dia baik-baik saja. Entah-entah tengah berdrama sinetron dengan Curt sekarang kita mana tahu kan? Aku akan cuba untuk buat-buat tak terkejut kalau esok tetiba ada yang bertepuk-tampar depan mata. Cuba untuk buat-buat tak cemburu juga. Jadi, gara-gara terlalu bosan disidai teman sebilik, aku mengambil keputusan untuk menghiburkan diri sendiri kerana jika bukan aku siapa lagi? Aku kan badut.

"The number you have dialed cannot be reached at the moment, ple---"

Butang merah terus aku tekan sebelum kreditku ditelan begitu sahaja. Ditatap nama yang tertera pada skrin telefon sembari aku mengeluh lemah. Hampa. Panggilan tidak pernah berjawab. Takkan sibuk sampai langsung tiada pegang telefon? Geram punya pasal, aku, macam biasa tanpa fikir lagi kesan serta akibat menyepak mesin layan diri yang kebetulan aku baru lalu dengan sekuat hati. Fuh, sakitnya bukan kepalang! Enak bak strawberi rasanya, ha-ha...

Sambil mengaduh kesakitan, aku mengheret kaki ini yang sudah retak tulang-temulangnya (bukan suka-suka jadi dramatik tau) lalu memencilkan diri di antara mesin tersebut dengan dinding. Punggung dilabuhkan, dan aku pun duduk di situ macam seorang gelandangan tetapi versi yang lebih comel. Mujur tiada sesiapa rajin hendak keluar merayau-rayau pada malam ini, jadi tidak ada yang menjadi saksi kepada kebengapan aku yang tak sudah-sudah.

Atau itu yang aku sangka...

"Dey, watpe kat sini minah?"

Oh crap---!

Putera HatiWhere stories live. Discover now