(3) cincin di jari manis

4.2K 141 0
                                    

Setelah acara lamaran kemarin, banyak teman teman azzam yang memberi ucapan di laman instagramnya, ini semua ulah Aisyah pastinya, karena memang Azzam jarang mengumbar kehidupan pribadinya di media sosialnya.

Sebuah postingan foto azzam dan zelmira di jadikan berbincangan di kalangan masyarakat.
Mungkin banyak wanita wanita yang patah hati, atau juga banyak yang iri dengan zelmira, atau juga betapa beruntungnya Azzam yang mendapat seorang wanita cantik dari pesantren terkenal di Jawa timur.

Namanya zelmira,
Setelah merampungkan pendidikannya di tarim, dia melanjutkan studinya di Mesir.
Dan mencoba menjadi seorang guru dan menjadi anggota kepengurusan pesantren. Abinya merasa bahwa dia sudah cukup dewasa, untuk memulai pernikahan dengan seorang laki laki berperawakan tinggi dan mata yang teduh itu.

Dan benar saja, zelmira mulai jatuh cinta padanya, saat dia melemparkan senyum padanya membuatnya terbayang sepanjang malam seraya memegang cincin yang di pasangkan Azzam.

'beginikah indahnya jatuh cinta Gus?'

                                ***

"Pagi adik kakak yang ganteng," sapa Aisyah yang membuka pintu kamar Azzam tanpa permisi, karena memang tadi pintunya tidak tertutup dengan sempurna.

"Apa?" jawab Azzam jutek.

"Eh? Mau kemana kok make rapi segala, dan tumben pake celana juga. Emang gak ngajar hari ini?" Aisyah menatap heran.

"Mau acara seminar sama teman alumni kampus, Azzam sudah izin dan kemungkinan gaji Azzam juga sudah di potong untuk bulan ini" sindir Azzam pada kakaknya yang kebetulan juga mengurus keuangan di kantor madrasah.

"Hahahaha iya dong masa ga ngajar minta di bayar kamu, yaudah hati-hati jangan macem-macem udah punya tunangan btw."

Azzam menimpalinya dengan deheman malas.

Setelah selesai bersiap Azzam berpamitan dan segera bergegas pergi, ia mengendarai mobil hitam miliknya.

"Waduh telat mal aku, kejebak macet tadi" ujar Azzam pada Akmal temannya sekaligus rekan duduknya di seminar ini.

"Halah santai aja Gus, belum pembagian konsumsi juga nih, dah laper dari tadii" gerutu Akmal yang harus menunggu acara itu 2 jam lagi.

"Nih rotisari bagi dua ye, sama Azzam," ujar aldi memotong roti itu menjadi dua bagian.

"Gak usah, kasih ke Akmal aja"

Setelah seminar selesai, semua peserta mendapatkan konsumsi yang dibagikan, Akmal pun mengusulkan pada teman-temannya untuk makan bersama di luar gedung saja dengan alasan adem kena angin, teman-temannya menurut saja mengikuti tempat yang ditunjuk Akmal. Padahal di dalam gedung juga dingin karena AC.

Benar saja tempat ini sangat bersih dan nyaman, juga berbagai pohon rindang di sekeliling mereka membuat suasana menjadi sejuk, karena memang letaknya di belakang gedung dan juga agak sepi di bandingkan di dalam tadi.

"Eh itu ziya ga sihh? Ngapain tuh orang disini" celetuk Akmal Julid. Azzam yang mendengar nama itu sontak menoleh ke arah yang dibicarakan.

"Lah malah nyamperrr kemari" sahut aldi.

"Permisi boleh bicara dengan Azzam sebentar gak?" Suara ziya membangunkan lamunan Azzam, ziya menatap resah ke kakinya.

"Eh bukannya gue ikut campur ya, tapi sehabis kelakuan lo punya malu dikit dong muncul di depan Azzam lagi" ucap Akmal pada ziya, tatapan jengkel dari Akmal menandakan ia benar-benar serius dengan ucapannya.

"Iya mal aku minta maaf, aku emang salah tapii.."

"Mau nyangkal gimana lagi si Lo, bukan gue yang berhak menerima maaf dari Lo, tapi dia!" Sahut Akmal menunjuk Azzam yang nampak tenang di tempat duduknya.

"Yaudah langsung bicara aja ya? Disini atau kesana bentar?"
Giliran suara Azzam bertanya pada gadis yang memakai setelan coklat itu, raut wajah Azzam nampak tenang, meski pikirannya berkecamuk.

"Gini aja dah zam, Lo kesana aja sama ziya kita awasin dari sini, ga baik berdua nanti ada setannya. Nah situ tuh jarak 8 meter ga bakal dah kita denger" ujar aldi menengahi seraya menunjuk sebuah bangku kosong tak jauh dari teman-temannya.

Azzam mengangguk dan berjalan kesana di ikuti ziya, dan Aldi menyuruh semua untuk melanjutkan makannya yang tertunda.

"Jadii???..." Azzam bersuara, suaranya tenang dan lembut seperti biasa membuat ziya semakin bersalah.

"Aku minta maaf atas semuanya... Aku yang tiba-tiba membatalkan pertunangan kita, aku ngecewain umi dan Abi kamu juga karena keegoisanku sendiri," ujar ziya berlinang air mata dan menggenggam erat bangku besi itu.

"Setidaknya jangan sepupuku zi, meskipun awalnya aku sangat kecewa, tapi itu semua sudah berlalu dan lupakanlah semuanya, aku memaafkanmu dan aku sudah ikhlas,"

"Berarti kita akan memulai semuanya lagi dari awal?" Tanya ziya mendongak menatap Azzam yang berdiri tak jauh darinya.

Azzam menunjuk cincin yang berada di jari manisnya, lalu tersenyum simpul.

"Kamu sudah tahu jawabannya, aku pamit dulu ga enak sama teman-teman"

Ziya bergeming nampak kaget dengan itu.

Azzam pun berjalan terlebih dahulu ke arah ia duduk tadi dan melanjutkan makannya, semua teman bungkam tak mau bertanya, suasana yang canggung di pecahkan akmal dengan celotehannya.

Sore itu habis dengan lawakan Akmal dan teman-temannya, Azzam benar-benar menghabiskan seluruh tawanya, ia sangat senang bertemu teman-teman lamanya hari ini. Sehingga dia pun lupa, dia juga bertemu orang yang paling menyakitinya.

Yaitu mantan tunangannya yang meninggalkannya dihari pertunangan mereka, menorehkan luka baru yang sulit di hapus dan membuat Azzam trauma.




Gus AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang