48. puncak kerinduan, berpisah?

1.1K 51 22
                                    


Pada akhirnya alat bantu pernapasan itu terpasang lagi karena nafasnya yang sesak, Azzam sesekali melirik keluarganya yang duduk di sofa.

Lalu istrinya menghampirinya bertanya apa ada sesuatu yang Azzam minta, entah itu minum atau apa. Tapi Azzam menggeleng karena ia memang tidak haus.

"Nggak usah mikirin kerjaan, semua udah di handle kok. Team kamu hebat-hebat makanya lancar kan," zelmira menenangkan Azzam, takutnya sang suami mengkhawatirkan kerjaan di kantornya.

Salam terdengar di pintu membuat zelmira dan yang lain menoleh, disana ada Arfan dan Zahra yang datang menjenguk Azzam.

"Loh bukannya kalian?" Umi menatap heran keduanya.

"Ceritanya panjang, nanti Arfan ceritain detailnya." Arfan tersenyum menatap umi. Lalu ia mendekat ke arah Azzam dan zelmira bersama Zahra.

"Lekas sembuh ya zam," Arfan menatap prihatin Azzam yang terbaring.

"Mbak, aku minta maaf ya jika banyak salah sama mbak. Tolong ya mbak maafin kesalahanku dan mas Arfan," Zahra mendekati zelmira.

Zelmira mengangguk sebagai respon. "Nggih, mbak pasti memaafkan kok, setiap manusia pasti pernah berbuat salah. Dan memang seharusnya harus saling memaafkan,"

Zahra dan Arfan berpindah ke sofa bersama umi dan Abi Hasan, bercerita bahwa Zahra keguguran sehingga mereka memutuskan untuk pulang.

Zelmira ikut mendekat ke sofa karena Azzam yang sudah tertidur karena kantuknya, ia ikut menyimak pembicaraan. Karena asik berbicara tanpa mereka sadari sudah terdengar khutbah jumatan, Arfan dan Zahra berpamitan pulang. Sedangkan Abi Hasan menuju masjid dekat rumah sakit bersama kang Danang untuk shalat Jumat.

"Ini nduk, makan dulu. Azzam masih tidur ta?"

Umi menyerahkan salad buah untuk zelmira, zelmira menerima dengan senang salad buah itu dan memakannya. "Mas masih tidur mi, nanti Mira bangunin kalau mau di check sama dokternya,"

"Yawes ayo jamaah mir di kamar, nanti tinggal enaknya"

Zelmira setuju dan mengambil wudhu, umi dan zelmira berdoa lama sebelum benar-benar selesai dan bangkit ketika mendengar Abi dan kang Danang sudah pulang dari shalat Jumat.

"Umi sama Abi kalau pulang dulu nggakpapa nanti balik lagi, katanya kak Aisyah juga mau kesini sama Aliya katanya baru di jemput dari pondok,"

"Mboten nduk, nanti sekalian aja pulang sama-sama," sahut abi Hasan. Kang Danang sedang makan siang di paksa umi tadi, begitupun zelmira.

Seusai makan, zelmira duduk mendekat di samping Azzam yang terlelap, zelmira memegang tangan Azzam yang dingin. Laki-laki itu mulai membuka matanya ketika tangan hangat menggenggamnya.

Azzam menatap zelmira lekat, wanita ini tidak banyak berubah dari pertama kali bertemu, malah Azzam merasa istrinya setiap hari bertambah cantik. Di awal pertemuan memang Azzam merasa ragu untuk memulai hidup bersamanya, tapi sekarang Azzam tidak ingin melepaskan zelmira.

Banyak hal mereka lewati bersama-sama, bahagia, suka maupun duka. Azzam meringis merasakan bahu belakang dan perutnya yang terasa perih, kepalanya juga kadang-kadang terasa sakit lalu menghilang begitu saja.

"Sakit, Ra" Azzam berbisik sesekali menghembus nafas panjang, ia sebenarnya ingin merintih. Beberapa kali ia menggerakkan kakinya tidak nyaman.

"Nggih, mas. Sabar ya habis ini kamu baru boleh makan siang...nanti aku suapin ya, terus minum obat,"

Azzam menggenggam tangan zelmira saat merasa seluruh tubuhnya terasa berat dan kesemutan, perlahan air matanya luruh merasakan hal terjadi pada dirinya.

Gus AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang