37. laki-laki misterius dan teror

959 35 13
                                    

"Abi serangan jantung, dibawa ke rumah sakit," Aisyah menjawab rasa penasaran Azzam yang sedari tadi panik.

"Emang Abi habis denger berita apa kak? Kok sampai serangan jantung?"

Aisyah menceritakan kejadian yang sore tadi terjadi, yaitu datangnya Arfan yang sudah bebas dari penjara entah siapa yang menebusnya. Seperti biasa ia berbuat rusuh di ndalem, dan entah Arfan bicara tentang apa sehingga abinya shock dan mengalami serangan jantung.

"Terus sekarang abi gimana? Di sana sama siapa emang?"

"Tadi sama suami kakak zam, karena kakak juga Nemani umi di rumah. Kalau umi kesana kakak juga nambah khawatir umi ikut sakit juga dan drop,"

Azzam paham, ia menenangkan uminya dan mengatakan beberapa kata sebelum ia pergi ke rumah sakit.

"Sayang, kamu pulang o dulu ya. Mandi terus istirahat. Aku ke rumah sakit dulu, nggak usah nungguin pulang paling aku nginep"

"Nggih, mas. Aku ngajak mbak Dina sama mbak putri nginep dirumah aja. Nggakpapa kan?"

"Nggih, kunci rumah sama jendela jangan lupa"

Setelah mengatakan itu mereka berpisah, zelmira berjalan menuju ndalemnya, sedangkan Azzam sudah melesat pergi dengan mobil hitamnya menuju rumah sakit.

"Ning, sudah tau kiai di rumah sakit?" Mbak Dina memberikan informasi pada zelmira yang baru saja melangkah menuju ruang tengah.

"Nggih mbak, njenengan kaleh mbak putri nginep o disini ya. Saya takut sendirian di rumah, soalnya Gus nginep disana."

Mau tidak mau mbak Dina dan putri mengangguk, ia sebenarnya suka saja karena kamar yang akan ia huni ber-AC dan memiliki kasur yang empuk dan nyaman.
Tetapi ia merasa sungkan, karena tidak sepantasnya mereka menginap di rumah Ning-nya.

Zelmira memperhatikan mbak Dina dan putri yang sedang bermain dengan zafran di ruang tengah, siaran dari tv yang menampilkan baby shark membuat zafran tertarik lalu menggerakkan tubuh dan tangannya happy.

"Mbak, ini ada sedikit dari Gus sama saya, tolong di terima ya mbak," zelmira mengerahkan 2 amplop putih untuk dibagi.

Keduanya menggeleng. "Saestu mboten usah, Ning."

Zelmira mendelik. "Harus diterima! Itu sebagai tanda makasih dari kami mbak, karena sudah di bantu jagain zaf dan bantuin bersih-bersih rumah"

"Matur nuwun sanget Ning,"

Zelmira mengangguk, kemudian ia segera berlalu ke kamar untuk istirahat dan menidurkan zafran, ia mencoba menelfon Azzam tapi hpnya tidak aktif mungkin masih sibuk dengan urusan di rumah sakit.

Ting!

[Sayang, maaf baru ngabarin tengah malem. Ini aku baru pegang hp daritadi ngurus administrasi dan konsultasi juga. Kamu tidur yang nyenyak aku pagi pulang kok.]

[Malam istri cantikku]

Zelmira menarik sudut bibirnya membentuk senyuman membaca pesan dari Azzam, ya dia sekarang terbangun jam 3 pagi, memang sengaja ia akan shalat tahajud dan mengulang hafalan qurannya.

Suara tangisan membuatnya berhenti dan beranjak mendekati zafran. "Kenapa sayang nangis? Haus ya?"

Setelah memberikan botol susu, zafran langsung anteng kemudian terlelap lagi.

Zelmira melanjutkan aktivitasnya lagi, tak lama ia berlalu didapur untuk mengambil air putih. Zelmira yang dengan setelan mukenah putihnya membuat mbak Dina dan putri berteriak kaget.

"AAAA HANTUUU!!!"

"Mana!!???" Zelmira ikut panik sendiri dan berlari ke ruang tamu menyusul mereka yang sudah lari terbirit-birit.

Gus AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang