50. setelah dia pergi

905 31 19
                                    

Zelmira membuka paperbag kado ulang tahun dari Azzam, berisi tas mahal yang selama ini zelmira inginkan.

Didalamnya juga ada kotak perhiasan berisi kalung dengan bandul permata biru dikelilingi perak. Ia memakainya sendiri di lehernya, jika saja ada Azzam, laki-laki itu akan memasangkan untuknya.

Secarik kertas yang belum sanggung ia buka, zelmira memasukkan itu ke laci meja riasnya. Ia belum mampu membaca dan mengetahui isi dari surat tersebut.

Ia berjalan tertatih menuju ranjang ketika jahitan di tubuhnya masih terasa perih, ia merebahkan tubuhnya di kamarnya, bahkan mengganti sprei saja belum ia lakukan, karena bau suaminya masih menempel disana.

"Nak?" Uminya datang mengunjunginya bersama Azka, ia membawakan makanan kesukaan zelmira.

"Sini umi..." Zelmira gembira menatap uminya yang datang menjenguknya, umi duduk di kasur di tempat zelmira yang sedang tiduran.

"Gimana masih sakit?"

Zelmira menggeleng. "Dikit-dikit kok mi,"

Azka berjalan ke balkon membiarkan zelmira dan umi mengobrol, setelah menghabiskan rokoknya Azka ikut bergabung mengobrol.

Umi meraih tangan zelmira memegangnya hangat. "Kalau kamu mau, Mbah uti sama kakungmu menyuruh kamu tinggal di Jogja, nak. Setidaknya kamu tidak terbayang-bayang kenangan bersama suamimu disini,"

Zelmira memikirkan setiap kata yang diucapkan uminya. "Nggih umi, Mira disini juga cuma menantu, tidak memungkinkan Mira tinggal disini selamanya, sedangkan mas tidak ada."

"Mboten ngoten, kamu disini sudah di anggap anak sendiri mir. Kakak yakin yai Hasan juga menerima kamu dengan baik disini, bukan sebagai menantu tapi sebagai anak" Azka menimpali.

"Bener kata umi, kak. Semakin lama Mira disini semakin Mira sakit merindukan seluruh kenangan yang tercipta disini, Mira harus coba lupain pelan-pelan dengan pergi..."

Umi memeluk Mira mengelus punggung putrinya yang lemah, ia berencana mengirim Mira ke Magelang untuk tinggal disana sementara dan melupakan kenangan-kenangan yang masih membayanginya.

Azka mencoba berbicara dengan Abi Hasan mengenai rencana mereka untuk membawa zelmira pergi menenangkan diri di Magelang sementara waktu, kyai Hasan setuju selama itu untuk kebaikan zelmira disana.

Kini ia tidak hanya kehilangan Azzam, tetapi menantu dan cucunya pun ikut meninggalkan mereka untuk pindah sementara waktu.

"Yawes, 3 hari lagi tak jemput tak anter ke Magelang. Jangan terlalu stress mikirin aneh-aneh" Azka berbicara pada zelmira yang duduk bersandar ke kepala ranjang. Mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan kakaknya.

Zafran kembali bersama Dina yang habis imunisasi, efeknya adalah demam sehingga bocah itu semakin rewel dan sering menangis. Zelmira juga tidak berani menggendong karena perutnya tahut terkena kaki zafran ketika menendang-nendang karena menangis.

"Husstt.....sakit ya sayang?" Zelmira membelai wajah zafran yang ditidurkan Dina di sebelahnya, tangisan keras masih menggema di seluruh kamar.

Zelmira mengelus rambut zafran sehingga menjadi lebih tenang dan tangisnya mereda, lalu memberikan susu formula hangat padanya hingga perlahan tertidur.

"Mbak, tolong besok beresin barang-barangku ya mbak. Saya mau tinggal di Magelang," pinta zelmira pada Dina yang selama ini menemaninya.

"Nggih Ning, jangan lama-lama disana Ning."

"Saya disini juga untuk siapa lagi mbak? Gus udah nggak ada, saya palingan kembali ke rumah, tapi sesekali saya pasti kesini kok." Zelmira menenangkan Dina yang berkaca-kaca, detik-detik terakhir ia mengabdikan diri pada zelmira.

Gus AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang