47. bertahan atau berpisah

1K 47 13
                                    


saran baca: saat mood bagus, suasana tenang sambil dengerin musik yang aku cantumin di atas🫶🏻


Beberapa jam sudah berlalu pasca operasi, tetapi Azzam nampaknya masih setia menutup mata. Zelmira duduk di sofa sudut ruangan, ia membelai perutnya sendiri kini ia harus tegar karena ada anaknya yang ia kandung.

Azka dan istrinya mengunjungi sang adik yang enggan menyentuh nasi ataupun memakannya, setelah benar-benar dipaksa zelmira baru mau membuka mulutnya karena di suapi sang kakak.

"Ini vitaminnya dek, habis ini kakak sama mbak mau pulang. Katanya habis ini Aisyah nemenin kamu, sambil nunggu aja ya," Azka menyuruh istrinya membawa piring ke wastafel, lalu melirik adiknya yang mendekat di suaminya yang belum tersadarkan diri.

Sangat miris, luka jahitan beserta kabel-kabel beserta alat menempel di tubuhnya yang belum bereaksi setelah operasi, bahkan bernafas pun masih di bantu dengan alat. Memang benar-benar parah keadaannya.

"Assalamualaikum," Aisyah datang membawa tas berisi perlengkapan zelmira.

"Ndang balik saja, matur nuwun nggih. Nanti kemaleman," Aisyah menyuruh Azka dan Ratna pulang, karena sudah jam 8 malam.

Setelah berpamitan, Aisyah menutup pintu lalu menyuruh zelmira beristirahat di kamar yang tersedia, karena mereka memesan ruangan VIP.

"Kamu tidur aja dulu istirahat, badan kamu harus vit nggak boleh sakit-sakitan nanti ngaruh ke anak kamu," Aisyah menasehati adik iparnya, zelmira nurut saja karena dari semalam badannya belum istirahat sama sekali.

"Kalau mas siuman, bangunin ya mbak," pesan zelmira sebelum pergi tidur, ia beberapa kali menelfon Dina untuk melihat zafran tapi Dina tidak bisa di hubungi, apakah besok ia menyuruh Dina membawa zafran kesini saja pagi besok.

Zelmira mengucek matanya mendengar azan subuh, Aisyah sudah tertidur di sampingnya, sebelum ke kamar mandi zelmira mendekat ke arah Azzam yang masih belum sadarkan diri. Kulit putihnya nampak pucat, saat zelmira meraba tangannya sangat dingin sekali karena memang ruang ini benar-benar dingin.

Setelah selesai sholat zelmira duduk di samping brankar Azzam, membaca kembali hafalan-hafalannya seraya berdoa agar sang suami cepat sadar dari komanya.

"Mas, bangun...." Zelmira mencium punggung tangan Azzam lama, air matanya menetes deras. Ia tidak boleh putus asa begini, apalagi mendengar penuturan dokter bahwa Azzam sebenarnya tidak bisa diselamatkan karena kehilangan darah yang begitu banyak, untungnya kemarin rumah sakit sedang melakukan donor darah sehingga banyak stok di habiskan untuk Azzam.

"Im pregnant...iya aku hamil, kamu pernah bilang kan kamu pengen punya anak lagi..."

Masih tidak ada respon apapun, tiba saat ada suster yang datang mengganti beberapa peralatan dan menyuntikkan beberapa obat ke infusnya.

"Gimana Bu? Sudah ada perkembangan dari pak Azzam?" Suster membereskan alat-alat yang baru saja digunakan untuk memeriksa.

"Belum sus,"

"Sabar Bu, ini saya lihat kadang-kadang sudah bagus, nggak lama drop lagi. Makanya belum mau siuman, ditunggu ya..saya permisi"

Aisyah kembali setelah menjemput umi di lantai bawah yang mengantar sarapan, Dina juga ikut membawa zafran di gendongannya, kang Danang membawa bawaan berjalan di belakang mereka.

"Sabar ya nak," umi mencium pipi kanan kiri zelmira ketika sampai di kamar, sang menantu sepertinya kondisinya sangat lemah. "Pulang saja yo, umi kasian lihat kamu"

Zelmira menggeleng. "Mboten umi, nanti setelah mas benar-benar sadar dulu."

Zelmira langsung mengendong zafran dan duduk memangkunya di sofa, zafran tampak tenang mengamati ruangan sekitar yang belum pernah ia lihat.

Gus AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang