52. penolakan

730 30 7
                                    

Meskipun di tengah-tengah kesibukan ia bekerja, Agam tetap menyempatkan waktunya bersama zafran sekedar berjalan-jalan atau berolahraga bareng. Apalagi mama Agam yang suka sekali belanja di butik zelmira membuatnya lebih intens bertemu dengan zelmira dan zafran di butik.

Sudah 6 tahun lebih ia bersama zelmira dan zafran meskipun belum ada hubungan yang jelas, sebenarnya untuk menikah Agam benar-benar tidak tertarik sama sekali apalagi ia pernah gagal dalam rumah tangga. Tapi beberapa nasehat dari zelmira membuat pandangannya berubah terhadap pernikahan, setidaknya ia tidak terlalu trauma untuk memulai kembali hubungan.

Namun zelmira sepertinya belum bisa membuka hati kembali, hubungan mereka hanya sebatas teman akrab seperti saudara, ia sering kali mengantarkan zafran maupun zelmira atau makan bersama dirumahnya.

Sayangnya hubungan yang terjalin 6 tahun sejak pertemuannya di butik tidak ada perkembangan ke arah serius, zelmira yang tertutup dan Agam yang payah.

"Selamat datang," zelmira tersenyum ramah ketika mengira yang datang ke butik adalah pelanggan, nyatanya adalah Agam yang baru saja pulang basket bersama zafran.

"Minggu depan lagi ya om?" Zafran bertos ria ketika Agam ingin segera pergi dari butik karena tak tahan badannya sudah lengket dan gerah.

"Eh kak jangan pulang dulu! Aku bawain nasi rawon kesukaan kakak. Ayo makan di lantai 2" zelmira menahan Agam yang sudah berjalan ke pintu, lalu laki-laki itu menoleh dan setuju. Siapa yang mau menyia-nyiakan kesempatan itu.

"Aku bau asem, Ra" meskipun begitu Agam duduk santai mengambil piring dan nasi.

"Santai aja biasanya juga gimana,"

Agam tertawa. "Aku biasanya wangi!"

"Kamu makan dulu apa mandi dulu?" Zelmira bertanya pada zafran yang sibuk dengan hpnya, zafran tumbuh begitu cepat, tak terasa sudah kelas 6 dan sebentar lagi akan lulus dari madrasah.

Tanpa zelmira sadari ini sudah lama sekali dan ia masih belum pernah kembali ke malang, ia sampai lupa bagaimana udara disana? Apakah setelah ini adalah waktu yang tepat untuk kembali?

"Pedas! Zaf ambilin om air cepetan" Agam meminta zafran pergi ke lantai 1 mengambil air dingin.

"Siap bos!" Zafran berlari kecil menuruni tangga, zelmira juga heran kenapa anak itu menjadi penurut seperti itu jika bersama Agam, bahkan setiap hari zafran akan memuji-muji Agam terus menerus. Zafran memang penggemar berat laki-laki itu.

Siapa yang tidak kagum pada Agam? Laki-laki itu pekerja keras dan gemar olahraga, orangnya juga asik dan topik obrolannya nyambung di kalangan usia.

Agam membuka segel botol minuman itu dan meneguk hingga benar-benar habis. "Yaudah Ra, balik duluan full keringetan"

"Yaahhh cepet banget si om?" Zafran memandang Agam kecewa karena beberapa hari Agam jarang bersamanya, hanya akhir pekan saja ketika libur.

"Ciee masih kangen ya? Yuk ikutlah ke rumah om lanjut berenang kita. Nanti biar di jemput bundamu pas sore" Agam memberi ide, zelmira mendengus ketika zafran memohon padanya ingin ikut dengan Agam.

"Zaf, jangan repotin om Agam terus ya... Om sibuk pasti" zelmira memberi pengertian pada anaknya.

"Nggak sibuk kok" sahut Agam santai. Bagaimana pun zafran sudah ia anggap sebagai anak sendiri, tinggal sang bunda, apakah mau ia jadikan istri?

"Tuhkan nggak sibuk kok," zafran memohon. "Please Bun,"

"Yaudah jangan nakal-nakal, nanti bunda jemput jam 5 sore tepat!"

Zafran bersorak gembira lalu berjalan bersama dengan Agam, zelmira mengikuti mereka dari belakang memperhatikan 2 punggung itu masuk ke dalam mobil.

Jika suaminya masih ada, apakah ia akan melihat pemandangan seperti ini setiap hari?

Gus AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang