44. aneh

1K 39 5
                                    

Azzam menatap jengah lelaki dihadapannya, entah kenapa hari ini kedatangan klien yang ribetnya minta ampun! Sudah DP 500 juta malah minta di kembalikan, padahal seluruh keperluan sudah di pesankan! Lagian penarikan DP melanggar kesepakatan kerja.

"Saya nggak mau tau, saya mau refund uangnya!" Pria tua itu marah-marah hingga melotot, beberapa karyawan tadi sudah menenangkan tetapi masih menerobos masuk ke ruangan Azzam.

"Pak, sekali lagi. Bapak jangan seenaknya ya minta refund melanggar perjanjian dan juga seluruh pesenan bapak sudah dikirim," Azzam mencoba menenangkan sekali lagi.

"Walah dasar orang kaya nggak tau malu! Minta kembali nggak boleh, saya ini juga di tipu makanya saya minta kembali! Awas saja tunggu pembalasan saya!!"

"Lah? Jangan bilang seperti itu pak, dalam dunia bisnis memang seringkali terjadi, makanya kita sendiri harus hati-hati, pokoknya tidak bisa refund ya pak, karena sudah ditekankan di pemesanan dalam skala besar"

Pria tua itu berdiri dari sofa dengan segala amarah, memang ini kesalahannya sendiri, tapi tidak bisa seperti ini dong!

"Anak kyai tidak punya adab! Awas saja, saya tidak mau hancur sendirian!" Gebrakan pintu terdengar setelah pria itu benar benar pergi.

Azzam geleng-geleng kepala, ada saja gebrakan yang terjadi pada hari ini. Sekretarisnya menenangkan bosnya yang sepertinya agak kesal dengan kalimat terakhir tadi.

"Tolong kamu bawa berkas ini ya, saya mau pulang cepet" sang sekretaris mengambil beberapa tumpukan yang akan ia serahkan ke tim pemasaran. Azzam mengambil kunci mobilnya dan berjalan menuju parkiran.

Sepulang dari butik zelmira memandang suaminya yang tertidur pulas di ndalem utama, bahkan jam tangan dan sabuknya pun belum terlepas dari tubuhnya. Zelmira menepuk pelan pipi suaminya, Azzam mengerjap tatkala mendapati istrinya yang duduk di pinggiran ranjang menatapnya.

"Kenapa sayang? Udah ashar ya?" Azzam berpindah posisi menjadi duduk dan menyugar rambutnya yang ia rasa berantakan.

"Sampon dari tadi, kamu Ndang bersih-bersih. Aku tak bantu umi ke dapur" zelmira beranjak untuk mengambil pakaian rumahan dan segera berganti baju dan menuju dapur.

Sebenarnya sudah ada 2 mbak-mbak pondok yang ikut membantu memasak dan bersih-bersih sore ini, tapi zelmira ingin membuat bubur untuk zafran.

"Sudah jadi ta nduk buburnya?" Mertuanya bertanya pada zelmira yang mengaduk bubur instan rasa kacang hijau, ia tidak sempat membuat MPASI karena ia belum sempat berbelanja di supermarket.

"Sampon kok umi,"

"Umi saja yang suapin, masakan pun rampung kok. Kamu bebersih aja capek pasti dari butik." Umi menerima mangkuk kecil beserta sendok, melangkahkan kakinya menuju ruang tengah yang ada zafran bersama mbak putri.

Zelmira mengaduk 2 gelas teh untuk di bawa ke kamar, ia juga membawa beberapa camilan brownies kering kesukaan Azzam.

Setelah menghabiskan makan malam dan jamaah magrib, mereka berkumpul di ruang tengah untuk saling berpendapat tentang kemajuan pesantren, sudah sangat lama zelmira dan Azzam tidak berkecimpung dengan hal ini.

"Gimana menurut kalian? Penambahan ekstrakulikuler bela diri dan anggar?"

Azzam menggeleng. "Kulo mboten setuju bi, tidak semua anak itu paham takutnya nanti malah di salah gunakan dan angka pembulian makin melonjak,"

"Zelmira juga sependapat bi, lebih baik di bidang lain saja, misalnya musik atau skill yang lain. Tahun ini kan hanya ada tataboga,menjahit, multimedia dan olahraga saja. Cari hal baru,"

"Kalau Abi sih pengen qiro'nya diadakan lagi, soalnya tahun ini kan sepi peminat," kyai Hasan menyuarakan, padahal anak yang pandai qiro bisa ikut lomba terus memudahkan beasiswanya ketika kuliah nanti.

Gus AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang