19. Pilihan

2K 64 2
                                    

Malam yang dingin menganggu tidurnya, Azzam mengambil hoddie di lemari memakainya lalu berjalan ke balkon. Sudah pukul 01:30 pagi, tapi masih banyak santriwan yang masih berkeliaran di halaman samping, Azzam heran perasaan waktu dia mondok juga enak tidur jam segini.

Ia tertawa kecil ketika santriwan yang menyadari keberadaannya di balkon dan melambaikan tangan padanya. Azzam mengisyaratkan tangannya untuk segera pergi tidur agar besok tidak mengantuk dan beberapa santriwan sudah kembali ke asrama.

Azzam menghembuskan nafas kasar memandang rokok ditangannya yang tersisa setengah, ia mematikannya dan segera menutup pintu balkon karena udara semakin dingin.

                             ****

Ndalem pagi ini sangat sepi, karena abi dan umi berangkat subuh untuk kajian ke Jawa Tengah, begitupun Aisyah yang sedang mendampingi santri Diniyah pergi ke wali 9 yang tadi malam berangkat.

Zelmira menyalakan keran air, menyiram bunga-bunga yang mekar di taman belakang, matahari tampak bersembunyi di balik mendung, akhirnya ia memutuskan untuk menyudahinya dan memulai untuk memasak.

"Alia, kak Mira bikinin chiken krispi mau nggak?" Zelmira menawarkan menu sarapan pada Alia yang sedang menonton reward kartun di tv.

"Mau kak Mira tapi aku sekarang mau bikin sereal dulu soalnya kartunnya lagi iklan" Alia menjawab seraya berjalan ke arah dapur dan mengambil mangkuk lalu membuat serealnya dan kembali ke ruang tv.

Entah dari mana datangnya Azzam mengagetkan istrinya yang sedang memberi tepung ayam untuk mereka sarapan. "Aku bantuin goreng ya??"

Zelmira mengangguk, karena dirasa pekerjaannya hampir beres ia menyapu lantai dapur dan membuang sampah di samping ndalem.

Setelah sarapan bersama, Azzam berlalu pergi ke madrasah meninggalkan dua wanita itu di rumah, ia mengecek beberapa berkas laporan dan perizinan mahasiswa yang sedang penelitian di pesantren.

"Kak ambilin album foto itu di atas" Alia menunjuk pada rak buku yang tersusun rapi itu.

Zelmira mendongak melihat tangan Alia yang menunjuk atas lemari, tanpa pikir panjang ia menarik sebuah kursi kayu dan menaikinya dengan hati-hati karena kandungannya yang berusia 8 bulan lebih 1 Minggu membuatnya was was ketika menaiki kursi.

Mata Alia memandangi foto new bornnya, badannya gemuk dan kulitnya terlihat sangat putih. "Ih aku gemuk sekali dulu kak waktu masih bayi"

"Iya karena suka minum susu, jadi badannya gemoy deh. Kayak adek di perut kak Mira nanti," zelmira mengusap kepala Alia dengan senyum merekah.

"Perut kak Mira kok bisa membesar gitu?" Alia bertanya heran.

Zelmira berfikir keras, belum sempat menjawab terdengar salam dari luar, ia kenal itu adalah suara Azzam.

'selamat' batin Mira.

Alia tampak ngotot bertanya, rupanya ia benar-benar penasaran. "Gimana kak Mira caranya, Alia penasaran."

"Cara apa sih?" Tanya Azzam setelah mendaratkan tubuhnya di sofa.

"Caranya supaya dapet adek, gimana?" Tanya Alia polos.

"Tanya kak Azzam aja, kak Mira mau ambil
minum dulu" zelmira menatap Azzam yang kebingungan.

"Itu kalau nanti alia sudah besar dan menikah, nanti Allah kasih hadiah yaitu adek di perut Alia nanti"

"Oh gitu, tapi om Fadli sama Tante Sarah udah menikah lama banget kok belum dikasih hadiah"

"Syutt! Udah jangan mikir itu dulu, kamu kan masih kecil harus belajar yang giat dulu. Itu rahasia Allah mau dikasih hadiah atau nggak." 

Alia mengganguk paham dan fokus kembali memandangi foto - foto masa kecilnya, Azzam dan zelmira menemani di sebelahnya seraya mengelus perutnya yang membesar.

Cuaca yang sedari pagi mendung, pada akhirnya siang ini hujan turun dengan derasnya.

"Loh hujan asikk" Alia berlari ke luar ndalem, dan bermain hujan di halaman.

"Ya Allah Gus, badannya Alia agak panas malah main hujan" zelmira menyusulnya sambil berlari kecil meninggalkan Azzam.

"Ra awas licin!" teriakan Azzam terdengar memenuhi ruangan tapi zelmira seakan abai tetap berlari.

Lantai yang basah dan licin membuat zelmira terpeleset dan jatuh dengan keras, perutnya terasa nyeri pandangannya mengabur, darah mulai mengalir ke lantai.

"Mira!" Teriak Azzam yang melihat istrinya yang terjatuh, beberapa santriwati yang sedang bertedu tampak kaget dengan teriakan Azzam.

"Sakit" zelmira memegang perutnya, air matanya mengalir.
Azzam melihat darah merembes keluar sampai tercecer di ubin ndalem.

Tanpa pikir panjang Azzam mengambil kunci mobil dan segera membopong tubuh istrinya dan segera pergi ke rumah sakit.

"Mbak jagain Alia dulu ya" teriaknya pada santriwati yang sedang berteduh tak jauh dari ndalem.

"Kamu kuat ya sayang" ujar Azzam cemas menatap istrinya yang meringis kesakitan.

                             ***

"Kenapa mbak? Darah apa? Alia habis jatuh ya?" Tanya umi khawatir melihat seseorang membersihkan darah di depan ndalem, ketika ia pulang bersama suaminya dari kajian, ia pulang lebih cepat karena jalanan yang lenggang hari ini.

"Bukan mi, ini Ning Mira tadi kepleset di sini waktu ngejar Ning Alia main hujan hujan" terang santri itu.

"Terus Mira sekarang dimana?"

"Di bawa Gus Azzam ke rumah sakit sekitar 2 jam yang lalu, saya baru sempat membersihkan karena tadi nenangin Ning Alia menangis"

"Terimakasih ya mbak, ayo bi kita berangkat ke rumah sakit" ajak umi pada suaminya untuk segera kerumah sakit.

_____

"Itu Azzam mi" tunjuk Abi hasan melihat Azzam duduk melipat tangannya di dada sambil memejamkan matanya bersandar di depan dinding kamar operasi.

"Zam gimana keadaan mira?"
Azzam seketika membuka matanya, menatap kedua orang tuanya, tanpa sadar matanya meneteskan air mata.

"Azzam bingung mi tadi Azzam di suruh milih selamatin ibunya atau anaknya" kembali perasaan sakit itu muncul didadanya, ketika dua nyawa yang ia sayang harus pergi salah satunya.

"Te-terus kamu pilih siapa nak?" Tanya umi terbata mengelus bahu azzam pelan.

Tiba tiba 3 dokter sekaligus keluar dari ruang operasi, 1 dokter menghampiri keluarga pasien.

"Gimana dok?" Azzam beralih menatap dokter perempuan dihadapannya.

"Tenang saja semua baik baik saja pak, sebentar lagi akan di pindahkan ke ruangan sambil menunggu sadar dari bius, mungkin sekitar 3 jam akan berada di ruang pemulihan."

Azzam mengangguk kemudian berlalu mengurus perpindahan kamar dan meninggalkan Abi dan uminya yang kebingungan, siapa yang di selamatkan Azzam di antara keduanya?

"Apapun keputusan Azzam itu yang terbaik mi," kyai Hasan menenangkan istrinya yang masih menangis.

"Pasti bi,"

Kalau kalian di posisi Azzam, kalian selamatin Mira atau anaknya?

Gus AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang