33. semakin dekat atau jauh?

1.3K 51 6
                                    

Azzam memejamkan matanya tatkala mendengar teriakan marah dari abinya, ia benar-benar habis hari ini.

"Abi udah nggak habis pikir sama kamu, jangan mengambil keputusan seenak kamu saja! Pikirkan dampaknya juga"

Azzam menunduk tak menyauti, ia hanya mendengarkan abinya yang sedari tadi marah.

"Terus sekarang gimana ini? Abi dari tadi di telfon mertua kamu, Abi bingung harus bilang apa?"

"Ya aku mau talak bi, apalagi yang dipertahanin"

Uminya yang mendengar itu menangis merangkul lengan putranya. "Jangan nak, perceraian itu di benci oleh Allah. Umi mohon jangan"

"Keluarga pesantren kita dari dulu nggak ada yang bercerai nak, semua bisa diselesaikan dengan kepala dingin. Bukan ambil keputusan dengan cara buru-buru seperti ini." Umi menenangkan Azzam.

Laki-laki itu diam saja, tidak ingin menjawab karena jujur saja Abi dan uminya sangat egois demi kepentingan dan kehormatan keluarga pesantren.

"Kamu redam berita dulu Nang, berapapun bayar saja agar bisa bungkam." Abinya menyuruh orang kepercayaannya karena berita sudah merebak dengan desas desus tidak karuan.

Azzam beranjak dari sofa ingin meninggalkan Abi dan uminya yang sibuk mencari cara agar meredam berita dan perceraian tidak terjadi.

"Kamu tidak akan cerai, ingat o omongan e Abi."

Langkah Azzam terhenti sejenak, membuang nafas besar. Selalu begini hidupnya? Di atur dan harus manut apa yang di katakan abinya demi kebaikan pesantren.

"Azzam udah sewa pengacara,"

"Abi sudah bayar 3× lipat buat batalin, kamu nggak bakal bisa temuin pengacara yang bakal bela kamu. Manut o Abi"


___________

3 hari sudah berlalu, tapi berita di pesantren itu belum sempurna teredam, mengingat zelmira tidak ada di ndalem, membuat spekulasi baru yang mendukung bahwa mereka benar-benar ada masalah dan akan ada perceraian.

Azzam berjalan menuju ndalem setelah jamaah magrib, tidak seperti biasanya yang ramah ia sekarang tampak murung dan enggan menyapa.

"Wah kayak e bener bakal cerai,"

"Hus! Aku lihat tadi Ning zelmira kembali di antar keluarganya kesini, kayanya mau bicara penting deh" santriwati itu saling berbisik.

"Wes jangan gosip! Kembali ke kamar pondok! Gerbang pondok putri mau di tutup!" Teguran pengurus membuat santriwati tadi berlarian masuk.

Azzam tersentak kaget melihat ruang tamu yang sudah penuh orang yang sedang bercanda ria sambil menikmati secangkir teh.

"Loh arek e sudah pulang, sini le" abinya menepuk sofa kosong disebelahnya. Azzam duduk enggan setelah mencium tangan mertuanya, zelmira duduk memangku zafran di temani umi di sofa paling pojok.

"Kita sebagai orang tua hanya bisa menjadi penengah ya lim?" Kyai Hasan menatap kyai Salim yang mengangguk setuju.

"Azzam sudah bilang setuju dengan persyaratanmu, dan bersedia menandatangani perjanjian pernikahan. Dan tidak ada akad ulang karena belum terjatuh talak secara langsung," kyai Hasan melirik Azzam yang melotot kaget, lagi-lagi ia berada di kendali abinya.

"Maafkan saya ya nduk," Azzam menggenggam tangan zelmira, begitupun sebaliknya.

"Kulo juga minta maaf mas,"

Masalah ini selesai, abinya tersenyum puas dan lega. Azzam menahan amarahnya setelah keluarga zelmira pulang.

"Azzam mau pindah di rumah depan. Azzam udah kebanyakan nurut sama Abi, kali ini Azzam pindah."

Gus AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang