35. mulai dari awal

1.3K 57 8
                                    

Zelmira melirik jam tangan yang melingkar indah dengan hiasan berlian kecil dipadukan warna gold, hadiah dari Azzam beberapa bulan lalu. Waktu sudah menunjukkan pukul 17:12, saatnya ia berberes dan bersiap pulang.

"Ning, pesanan kemarin sudah di kerjakan dan sudah fiks desainnya,ini nota yang harus dilunasi segera," Akbar menyerahkan tagihan dari penjahit dan toko kain.

"Ok, nanti langsung saya TF ya. Yasudah saya pamit pulang duluan"

Suasana rumahnya tampak tenang, angin sepoi-sepoi membuat pohon di depan rumahnya bergoyang, mobil Azzam pun belum terparkir di garasi tandanya suaminya belum juga pulang.

"Tuhh bunda datang," mbak Dina menyerahkan zafran ke zelmira, disusul ciuman gemas untuk putranya tersebut.

"Wangi banget sayangnya bunda, abis mandi ya?" Zelmira menatap zafran yang menatapnya dengan mata bulatnya.

"Tumben Gus belum pulang?"

Mbak Dina menoleh. "Tadi siang sempat pulang ngambil berkas sih Ning, terus belum balik sampai sekarang"

Zelmira mengangguk lalu berlalu ke kamar untuk mandi dan berganti baju, setelahnya ia akan bermain dengan zafran di ruang tengah, karena sebentar lagi mbak Dina harus balik ke pondok untuk kegiatan di aula.

"Yaudah balik aja mbak, saya nggakpapa sama zafran," zelmira memandang mbak Dina yang tak tega meninggalkannya karena ndalem begitu sepi.

"Mbak putri juga izin pulang Ning, saya disini aja Nemani njenengan sampai Gus datang ya,"

Zelmira mengangguk setuju, mungkin Azzam akan segera datang.
Mereka saling sharing cerita horor dan pengalaman, yang membuat menarik zelmira menyadari bahwa abdi ndalemnya itu sedang jatuh cinta dengan supir pesantren.

"Aduh mbak, saya bilangin ke Gus ya? Biar segera di lamarin" zelmira menggoda mbak Dina yang tersipu.

"Ning? Mboten usah" suara panik terdengar, membuat zelmira tertawa puas menggodanya.

Azzam berjalan menenteng paperbag dan menaruhnya di meja didepan zelmira duduk, ia terheran dengan isinya, terlihat menarik.

"Dari klien tadi nitip hadiah," Azzam menjelaskan singkat sebelum memasuki kamar, sedangkan mbak Dina berpamit untuk kembali ke pondok.

Ia membuka paperbag menemukan hijab cantik berwarna pink muda dengan corak-corak indah, siapa yang memberikan ia ini, terlihat sangat cantik!

Azzam tampak segar dengan wajahnya yang masih basah selepas dari kamar mandi, matanya memperhatikan istrinya yang menyiapkan makan malam, tidak seperti biasanya kali ini istrinya mengerai rambut indahnya.

Ia mengunyah makanannya tanpa basa basi, begitupun zelmira yang kerepotan dengan zafran yang menangis sehingga tidak ada pembicaraan antara keduanya.

"Gimana hari kamu?"

Zelmira tersentak kaget, tumben Azzam bertanya padanya setelah sekian lama.

"Fine aja, mas. Kamu sendiri?"

Azzam membuang nafas. "Sama aja, yaudah tidur o. Aku mau ke-"

Zelmira menarik kaus Azzam yang membuat sang empu menoleh heran. "Kenapa?"

"Jangan keluar, aku takut sendirian soalnya aku tadi sama mbak Dina habis cerita hantu" zelmira memasang wajah melasnya, membuat Azzam luluh dan membatalkan rencananya.

Bisnisnya berjalan lancar, kini Azzam membuka cabang baru meskipun hampir menghabiskan seluruh tabungannya, karena ia membuat besar-besaran gedungnya, kira-kira akan launching 1 bulan lagi.

Gus AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang