28. trust

1.2K 58 5
                                    

Azzam berdiri setelah membereskan pecahan beling, ia memastikan tidak ada lagi yang tersisa serpihan di lantai dapur, entahlah tadi ia ingin mengambil air dingin di dispenser tapi gelasnya meleset dan pecah.

Ndalem terasa sepi, karena memang tadi abah, umi, zelmira dan zafran ikut kajian di luar kota. Menyisakan azzam sendiri.

Ting!

[Mas, kayaknya aku umi dan abah nginep di hotel dulu. Ini hujan lebat banget, takut ada apa-apa di jalan.]

                                 [Nggih, lebih baik nginep]

Azzam menutup ponselnya lalu berjalan ke arah kamar, mengambil dompet dan kunci mobilnya.

"Kang saya tinggal nggih, abah sama umi ndak pulang. Kalau mau makan di dapur banyak, ajak yang lain kang." Azzam menyerahkan kunci pada abdi ndalem, lalu menjalankan mobilnya membela jalanan.

Azzam menatap jengah 3 temannya jengah, ia juga kenapa nurut saja untuk menjemput mereka di stasiun sekarang, sambatan dari mereka memekik telinga, sebenarnya mereka lebih muda dari azzam karena memang azzam mengambil S2 agak telat.

"Zam bookingin hotel dong, punggung gue udah sakit naik kereta nih" akmal bersandar di kursi mobil dengan lemas.

"Iya gak kuat gue, kita dah pada jompo kayaknya. Lagian kalau langsung ke basecamp malah riweuh mau tidur di mana." Aldo menyaut.

"Tidur di ndalem aja, lumayan uang hotel buat yang lain" sahut azzam yang fokus menyetir. "Lagian ada aja kalian tiba-tiba ke bromo"

Mereka bertiga nyengir, tibalah mobil itu berhenti didalam ndalem, azzam menyuruh temannya masuk, ia memperhatikan memang cuaca malam ini mendung dan ada beberapa kilat.

"Ndang tidur o" azzam membuka kamar tamu yang sudah di siapkan.

"Iya zam, nanti jam 3 bangunin dong zam mau otw ke pendakian"

Azzam mengangguk lalu menutup knop pintu kamar tamu, ia berjalan menuju kamarnya dan segera merebahkan dirinya.

                               ***

Zelmira menimang pelan zafran di gendongannya, hujan deras dan petir menyambar kaca hotel beberapa kali bergetar karena kerasnya petir.

"Syutt" zelmira masih menimang zafran yang gusar.

"Pindah kamar nggih Ra? Ke suite ta?" Umi menawarkan pada menantunya.

"Mboten usah mi,"

"Mas mu sudah di kabari kalau nginep?" Umi memastikan, zelmira menggangguk pada umi yang sudah menghilang di balik pintu.

Seketika suasana kamar berubah ketika zelmira mematikan lampu utama, tersisa 2 lampu tidur di samping ranjang. Bulu kuduknya berdiri, entah kenapa ia merasa ada yang memperhatikan.

'mungkin hanya perasaanku saja'

Ia memaksakan untuk menutup matanya, dan berharap malam segera berlalu.

Ting!

[Sayang, sudah tidur?]

Ia menarik hp di atas nakas, ternyata Azzam yang mengirim pesan di tengah malam ini, zelmira mengetuk icon telfon video.

'kenapa nggak bisa tidur ta?' suara berat berasal dari seberang, Azzam dengan selimut sebatas dada.

'huum, aku nggak bisa tidur. Pengen pulang'

'tak jemput ta?'

'malang ke Jogja jauh tau. Yaudah deh kamu cepetan istirahat'

'aku mau nemenin kamu, tidur o. Nggak usah di matiin vc nya'

Gus AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang