24. hari yang berat

1.5K 54 0
                                    

Azzam memperhatikan istrinya yang sibuk di dapur untuk membuat kue, padahal semalam ia hanya iseng saja pengen kue sarang burung kesukaannya.

"Sibuk juga, mau rekrut pegawai nggak?" Azzam menawarkan diri untuk membantu, istrinya mengulas senyum melihat laki-laki jakung yang sedang mencuci tangan.

"Udah mau selesai tinggal masukin oven" tangan zelmira cekatan membuka oven.

"Hati-hati sayang, panas" Azzam memperingati istrinya agar tidak ceroboh.

Azzam mencuci wadah-wadah yang sudah digunakan tadi, tampak lihai karena dari kecil ia dibiasakan oleh umi. "Zafran dimana?"

"Dibawa umi maos, mas"

Azzam mwngulum bibir ragu menatap istrinya yang sedang sibuk itu, ia ingin mengatakan sesuatu padanya. "Sayang? Ada undangan dari ziya, gimana?"

"Ziya? Mantan tunangan kamu?" Zelmira menghentikan kegiatannya beralih menatap azzam yang gugup, ia menjawab anggukan saja.

"Boleh kok kalau mau datang kesana, kamu nggak perlu ragu buat bicara, mas. Aku nggakpapa kok dia masalalu kamu, aku disini masa depan kamu, pemenangnya."

Azzam memeluk istrinya dari belakang, menyandarkan dagunya pada bahu istrinya. "Nggih sayang, kamu istirahat sana biar aku yang tunggu kuenya, sekalian aku bikinkan es kopi + susu fullcream kesukaan kamu?"

"Tapi kan kamu harus ke madrasah mas, istirahat udah habis tuh belnya kedengeran" zelmira melepas rangkulan azzam.

"Aaa mau bolos aja deh, mau nemenin kamu, mumpung sepi nih"

"Jangan tantrum kayak anak kecil dong, sana pergii telat sayang." Zelmira mendorong punggung lebar suaminya.

Azzam berjalan gontai memasuki ruangan kelas bercat hijau muda, para murid sudah duduk rapi menunggunya. Santri putra itu menyimak dengan baik penjelasan azzam tentang materi balaghoh, setelah itu ia mengadakan kuis dadakan.

"Ih kuis muluh dah, malah dari tadi merenggut aja. Paling kaga dikasih jatah istrinya" mail membisikkan itu pada teman sebangkunya, disusul cekikikan mereka.

"Mail? Daritadi keasikan ya sampai nggak nyimak kuis teman kamu?" Sahutan dingin itu membuat cekikikan berhenti.

"Hidup diasikin aja coy,"

Teman mail mendilik, mail ege! Udah tau serius malah bercanda begini, satu kelas tampak ketar ketir.

"Kok kaga ada yang ketawa ya?" Mail menggaruk tengkuknya.

"Hahaha, materi besok mail yang mimpin maknani sama tafsir maknanya sekalian, minimal 10 lembar, harus tidak ada yang salah. Sekian wassalamu'alaikum,"

Azzam keluar terburu-buru mengejar waktu ke gedung seberang, jam terakhir sebelum pulang ke rumah.

"Mampus aku rek!" Mail selonjoran di bangku lemas.

"Rasain" sahut teman kelasnya kompak.

Azzam menghembuskan nafas kasar melihat tamu yang sedang terduduk di ndalem, setelan pink itu tampak mencolok matanya.

"Udah pulang, gus?" Ziya bertanya melihat laki-laki jakung masuk ke ndalem.

"Seperti yang kamu lihat, ada apa ya kesini?  Perasaan saya sudah menerima undangan onlinenya" nada tak suka terdengar dari perkataannya.

"Mas?" Tegur zelmira karena merasa suaminya tidak sopan pada tamunya.

"Aku mau jengukin zafran, mau sowan juga ke umi" ziya menjawab dengan nada rendah.

"Saya bicara baik-baik ya? Sebaiknya kamu pulang saja! Saya minta maaf jika saya tidak sopan-"

"Perasaan kamu dulu nggak gini banget ke aku deh, kamu itu bicara lembut dan perhatian pada aku" ziya menyela.

Gus AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang