49. shezanameera

1K 43 11
                                    

Kepergianya membuat semua berduka, awalnya kupikir itu adalah mimpi, setelah beberapa waktu, saat tubuhku melemah, aku terus melihat hal hal itu kembali memenuhi isi kepala.

Tidak, Aku tidak bisa menceritakan lebih rinci, mungkin sulit untuk di percaya, namun ini benar benar nyata.

1 Minggu kulalui dengan tangis pedih yang menyesakkan, otakku di penuhi ingatan saat bersamamu, mas.
Dan aku selalu di kejar oleh bayanganmu yang masih menjadi candu,
Aku sudah berusaha melupakan semuanya, Tapi aku tak kuasa dan tak bisa.

Sebenarnya apa yang kamu lakukan pada hatiku?
Mengapa kamu sulit di hilangkan dan dilupakan?

Bunga-bunga di taman belakang ikut layu seolah ikut sedih, suasana ndalem yang biasanya penuh tawa menjadi lebih hening, hanya suara ngaji atau tahlil.

40 hari mengurung diri, menelan pil pahit yang harus kulakukan penuh sesak, 1 Minggu baru berlalu, hanya berdiam diri di kamar yang dapat kulakukan, hanya anak-anak kita yang menjadi semangat untuk hidup saat ini.

Apakah aku bisa bertahan dengan cara seperti ini dikamar yang penuh kenangan ini? Melihat tumpukan-tumpukan bajumu di lemari, buku-buku yang kamu baca di rak, terakhir bayanganku kamu duduk di sana bersama buku tebal yang menutupi sebagian wajahmu.

Zelmira menulis itu di diarynya, lalu ia membuka tabletnya memeriksa desain-desain yang Akbar kirim, meskipun dikeadaan begini ia tidak boleh malas-malasan atau tidak produktif, bagaimana itu adalah tanggung jawabnya.

"Ning ada tamu, disuruh Bu nyai nemuin dulu..." Panggil Dina yang seminggu ini mengurus zafran karena zelmira tidak punya tenaga banyak untuk sekedar merawat, karena kandungannya melemah.

"Nggih mbak.." zelmira memegang perutnya yang terasa nyeri. Ia merapikan hijabnya lalu keluar dari kamar tanpa riasan apapun, padahal ini hari ke 8 setelah kematian suaminya, masih ada tamu lagi?

Zelmira menatap teman-teman Azzam yang duduk sila di di atas karpet, tidak ada canda maupun tawa seperti biasanya. Mereka di temani keluarga mereka datang untuk melayat.

"Yang sabar ya nduk, sejatinya semua manusia akan kembali ke yang maha kuasa, semua hanya menunggu giliran..."

Zelmira mengangguk lalu menunduk melamun menatap beberapa jajanan yang disuguhkan, umi menyuruh mereka makan hidangan karena tamu dari jauh tak enak kalau tidak di jamu.

"Monggo, maen.." setelah Akmal dan Aldi beranjak untuk makan, ada Ahmad dan orang tuanya datang untuk melayat.

"Yang sabar ya mbakyu, aku tidak bisa datang karena masih umroh kemarin. Ini dari bandara langsung kesini.."

"Mboten nopo-nopo, nyuwun pandungane mawon nggih" umi memeluk temannya sekaligus umi dari Ahmad.

"Turut berdukacita ya ra..." Ahmad berbicara pada wanita tanpa riasan apapun di hadapannya, Ahmad melihat wanita ini lebih kurus dari biasanya, apalagi matanya yang bengkak tidak bisa berbohong.

"Nggih, maafin kesalahan mas Azzam ya.." zelmira mempersilahkan Ahmad duduk, laki-laki itu bergabung bersama Kiai Hasan yang tampak lebih tegar dibanding yang lain.

"Zafran kemana?" Tanya Aldi pada zelmira.

"Di taman samping lagi main," sahut zelmira menunjuk pintu yang menghubungkan ke taman samping.

"Pengen lihat Ra, zafran sangat mirip Azzam. Setidaknya ngobatin rindu gue ke dia.."

Zelmira mengantar 2 sahabat Azzam ke taman samping menemui buah hatinya yang bermain pancing ikan di kolam. Akmal dan Aldi mendekatinya dan menemaninya bermain, zelmira duduk bersama Dina mengamati zafran.

Gus AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang