(8) malam terakhir -spesial zelmira pov

2.8K 103 0
                                    

Malam hari ini  terasa berbeda, santri yang biasanya sudah terlelap, kini bahu membahu membantu acara besok. Ada yang di dapur memotong sayuran, membungkus souvernir, ada juga yang membersihkan lingkungan pesantren.

Sedangkan santri putra menyiapkan lahan parkiran, ada juga beberapa santri yang melantunkan ayat-ayat suci di ndalem, tapi yang datang rame-rame. Usut punya usut ternyata yang lainya cuma numpang ngopi kata santriwati yang bergosip di dapur.

"Nak kamu sudah sholat isya' belum?" Tanya Abi padaku yang sedang merapikan beberapa baju ke dalam koper.

"Sudah kok bi, kenapa Abi belum tidur ini sudah mulai larut loh," tanyaku sambil melirik jam yang menunjukkan pukul 23:45.

"Abi ingin membicarakan ini padamu, sebenarnya Azzam itu pernah di tinggal calon istrinya sendiri nak.."

Aku yang mendengar tersentak kaget, berhenti menatap Abi dengan pandangan heran.

"Itu kan hanya masalalunya bi, aku dan Azzam kan akan memulai lembaran baru bi," responku santai berjalan menuju Abi yang duduk di sofa kamarku.

"Abi hanya khawatir kamu kenapa-kenapa, kalau rumah tanggamu tidak baik-baik saja kapanpun kamu mau pulang ke rumah ini selalu terbuka nak.." Abi mengelus kepalaku lembut, aku melihat matanya basah.

"Nggih bi,"

"Tapi Abi yakin pada Azzam bahwa dia bisa menjaga kamu lebih baik dari Abi mir,"
Zelmira merespon dengan anggukannya.

"Abi istirahat dulu ke kamar, kamu cepetan tidur nanti bangun tahajjud an ya"

Setelah abi pergi suasana kamar kembali hening, oh aku tidak percaya ini malam terakhir aku di sini. Tanpa sadar mataku mulai terlelap dan terbangun pada jam 03:00.

Segeralah aku ke kamar mandi bersih-bersih dan mengambil wudhu untuk sholat tahajud seraya melafalkan doa,

'Ya Allah, semoga Gus Azzam adalah seorang yang pandai menjaga hatiku,
Memaafkan dengan lembut ketika aku berbuat salah, dan siap membimbingku dalam kebaikan dan ketaatan kepada Allah. Aamiin aamiin ya rabbal alamin.'

"Permisi, dek udah bangun belum?" tanya seseorang di seberang pintu siapa lagi kalau bukan kak Alwi, atau sering di panggil kak Al.

"Udah kak, masuk aja"

"Idih kaga sabar amat di halalin, tidur aja dulu gak bakal di ambil orang kok pengantinnya," kak Al terkekeh. Aku mengerucutkan bibirku. "Apaan si kak Al ganggu banget deh"

"Kenapa kok pada ribut-ribut kak, umi kan nyuruh panggil zelmira buat temenin umi di bawa." Umi menegur kak Al yang berdiri tak jauh dariku, empunya menunjukkan wajah masamnya.

"Ada orang gak bisa tidur mi, gak sabar kali di halalin nanti," kak Al menoel pipiku, dan kuhadiahi bogeman mentah di bahunya.

"Ngawur banget sih! Jangan syirik kalau abis di tolak mbak Nana lamarannya" aku menjulurkan lidahku mengejek.

"Hust dek ngawur kamu! itu belum di tolak atau pun di terima, alias di gantungin" sahut umi memanas-manasi membuatku tertawa kecil. Sedangkan kak Al berlari kecil meninggal kamar dengan gaya kesalnya."

Setelah sholat shubuh dan mandi, aku duduk di ayunan belakang rumah melihat hamparan kebun kopi dan pegunungan, di samping ayunan ini terdapat beberapa gazebo untuk tempat bersantai dan tempat mengaji abi. Dan seluruh halaman belakang rumah ini di tumbuhi aneka tanaman bunga koleksi umi, dan favoritnya adalah anggrek. Aku menikmati udara segar ini sambil menikmati susu hangat dan camilan kering timur tengah.

"Ning periasnya sudah datang, njenengan di suruh segera ke kamar biar tidak memakan waktu terlalu lama"

Aku mengangguk dan segera bergegas ke kamar yang pasti periasnya sudah menungguku.

"Monggo mbak"
Aku mempersilahkan 1 orang rias dan 2 asistennya untuk mempersiapkan alat riasnya di kamarku.

"Nggih Ning, njenengan milih tema rias Korean look sesuai reservasi nggih?" Tanyanya to the point. "Nggih mbak"

"Masyaallah Ning, cantik sekali yaa" mbak Nisa memujiku setelah memberikan lipstik sebagai sentuhan terakhir make-upnya.

"Duh mbak nisa bisa aja hehe" jawabku malu malu.

"Ya ampun, apalagi Gus Azzam itu mukanya kayak kearab araban gitu" ucap salah satu asisten itu.

"Kok tau?" Aku mengernyit heran.

"Iya aku mantan fans nya Gus Azzam yang tersakiti ning" jawabnya terenyuh.
Aku dan temanya menahan tawa.

"Permisi, udah selesai belum soalnya ini sudah mau di mulai akadnya," ujar kak Al membuka pintu kamar, kemudian berlalu.

"Ehh tunggu kak" ringisku pelan.

"Kenapa?"
"Pengen ngintip" jawabku memelas.

"Ih gak sabar banget, mending kamu tunggu di sini, nanti kalau selesai di panggil," larang kak Al memelototi.

"Mending kamu selfi-selfi atau bikin apa tuh ... "

"Tik tok" sahut mbak nisa.

"Hah iya itu, awas aja lu kalau ngilang gue makan semua eskrim lu di kulkas" kak Al mengancamku, membuatku berdecak kesal.

"Aku buang koleksi pajangan narutomu!" Ancamku balik.


Gus AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang