(7) pahit

2.6K 103 0
                                    

Azzam yang sibuk mengurus pesantren, tak menyadari bahwa pernikahannya akan di laksanakan 1 hari lagi, pasalnya ada beberapa tanggung jawab yang mau tidak mau harus ia kerjakan, persiapan di ndalem maupun aula resepsi di siapkan oleh keluarganya, ia hanya manut saja.

"Zam, bajunya umi gantung di lemari, besok bangunnya agak awal ya, soalnya kita besok ke pesantren Darussalam jam 06:00" ujar umi menutup lemari putih itu pelan dan segera menguncinya.

"Nggih"

Azzam tetaplah Azzam, di hari pernikahannya besok ia malah berkutat dengan laptopnya hingga tengah malam. Saat menyadari bahwa sudah jam 01.34 ia segera merebahkan tubuhnya ke kasurnya.

Ia mengedarkan pandangannya setelah ia jamaah di masjid, melihat orang yang berlalu lalang tampak sibuk dengan urusan masing-masing, dan juga menatap wajah santriwan yang sangat bahagia karena madrasah akan di liburkan selama 2 hari.

"Assalamualaikum ustad, cie cie mau nikah nihhh,"
Ia hafal suara ini! Mail pasti. Salah satu murid eh satu satunya murid yang gak ada takutnya sama Azzam sekaligus temen curhatannya lah.

"Astaghfirullah mail! Ngagetin aja, kenapa gak balik ke asrama?"

"Gabut lah mau muter dulu hehe terus tidur sampai siang," mail menjawab cengengesan, beda dengan teman-temannya yang lain tampak segan dan malu-malu.

"Mentang mentang Madin sama madrasah libur ye!" Azzam menyindir dan mendapat cengiran polos mail.

"Eh guys, lu bayangin deh ustad Azzam nikah madrasah libur 2 hari kan, kalau ustad Azzam nikah 4 kali berarti kita bisa libur 8 hari dong asik tuh, tad cobain dong" mail nyerocos pada temannya lalu menyenggol lengan Azzam.

"Astaghfirullah hal adzim, bocah semprul!" Azzam frustasi.

"Tapi le ugha ga si?" Sahut Azzam lagi seraya tersenyum lebar, mail cs nambah ngakak.

Obrolan absurd tersebut membuat Azzam tertawa kecil di dalam kamarnya, ia menggeleng bergegas ke kamar mandi dan setelahnya ia bersiap memakai Koko berwarna putih dan sarung hitamnya tak lupa ia memakai wewangian.

Beberapa adegan masalalu terlintas di kepalanya membuat kepalanya pening dan jantungnya berdetak kencang, ia segera mengambil segelas air di nakas dan meneguknya habis, tanpa sadar air matanya jatuh.

Bahunya bergetar hebat, tangkisnya tampak sesak ia tahan.

"Zam, udah siap? Kamu kenapa" uminya kaget dan berlari kecil segera memeluknya, dan membuat tangisnya makin pecah.

"Umiii...." Rintihnya.

"Ya Allah nak, kenapa nak?"

"Aku takut semua hancur kaya dulu mi, Ziya udah hancurin hati Azzam kaya gini," jawab Azzam dengan suara rendahnya, perasaannya mulai agak tenang.

"Nak, semua akan baik-baik saja. Kita punya Allah zam, insyaallah jika dia jodohmu maka semuanya akan mudah, kamu ingatkan zelmira tidak kemana-mana dan bertunangan denganmu?" tutur umi mengusap kepala anaknya, baru kali ini ia melihat anak sulungnya menangis seperti ini biasanya anaknya akan diam dan tertutup ketika ada masalah.

"Udah ya? Wudhu dulu terus ke depan udan di tungguin Abah juga,"

"Nggih mi" Azzam tersenyum tipis dan segera berlalu ke kamar mandi.

Azzam akan selalu begini jika mengingat kejadian dengan Ziya, yang membatalkan pertunangan di depan semua orang dan kabur bersama sepupu Azzam sendiri, itu membuatnya sangat syok, marah dan kecewa menjadi satu.

Berbeda dengan tadi, sekarang Azzam nampak ceria dan berbincang dengan abahnya, dan supirnya kang Danang santri abdi kepercayaan abahnya, tak lupa rehan yang menemani sahabatnya itu, sedangkan teman-teman lain ada di mobil yang berbeda.

"Rehan, gimana kamu sudah calon belum? Masa udah keliling dunia belum nemu juga?" Abah hasan bertanya pada rehan yang nampak anteng memandang jalanan.

"Sudah bah, tapi kayanya pilihan rehan salah deh, soalnya wanita yang rehan pilih dah mau di halalin orang bah, minta doanya saja bah yang terbaik bagaimana," rehan tersenyum kecut.

"Serius han?" Azzam menyahut. Rehan manggut-manggut saja. Rehan yang masa bodoh kembali menggoda Azzam dengan pertanyaan nyelenehnya, dan itu terus di tegur oleh abah hasan.

"Abah, Gus ini sudah sampai. Njenengan silahkan turun saya parkir mobilnya" kang danang bersuara membuat tiga insan itu segera turun, Azzam membantu menuntun abahnya sedangkan rehan membantu membawakan barang Azzam.

"Silahkan mari pak kyai ke ndalem," abdi ndalem itu segera mengantarkan mereka karena akad akan segera di mulai.

Suara sakral sudah terasa sejak Azzam masuk ke area ndalem, ia duduk di kursi kayu menghela nafas pelan. Jujur saja ia deg-degan.

Tampaknya teman-teman sibuk dengan urusannya, Azzam menyuruh mereka duduk jauh darinya karena Azzam takut mereka akan menggodanya, ia tak mau seperti kemarin malam.

Azzam menyalimi kiai-kiai sepuh yang baru datang di acara akadnya, bau wewangian menyengat ia agak pusing sebenarnya mencium kalungan melati di lehernya, tapi apa boleh buat kata umi ini tidak boleh di lepas sampai nanti akad selesai.

"Syut syut" Akmal memanggil Azzam dengan isyarat.

Azzam mengangkat kedua alisnya. Tapi perhatiannya teralih pada sosok yang baru saja datang dengan setelan marun tampak kontras dengan baju putihnya.

"Nak Ahmad Monggo duduk disini" kyai Salim mempersilahkan Ahmad duduk dan menikmati kopi yang baru saja tersaji.

Laki-laki tampak diam melihat akad yang akan segera terucap, ia lihat mempelai laki-laki sudah duduk menghadap wali nikah.

Entah kenapa saat mendengar lafal itu hatinya terasa perih, ia mungkin bisa mengikhlaskannya tapi tidak sekarang.

Apalagi saat zelmira menghampiri suaminya di pelaminan, hatinya sakit. Ia pergi meninggalkan area pelaminan menjauh dari pemandangan yang menyesakkan hatinya.

"Nak?" Uminya menahan putra semata wayangnya yang tampak rapuh itu, menuntunya pelan ke taman belakang untuk menjauh dari pelaminan.

"Ikhlaskan nggih, saat kita mengiklaskan 1 pohon pergi, masih ada banyak pohon yang menanti."

"Inggih umi, tapi Kulo mboten sekuat niku" Ahmad menatap ke langit, menahan air matinya tidak berkucur deras, nyatanya tetap saja.

Uminya memeluknya menepuk pundaknya yang bergetar, "kalau sudah ditakdirkan pasti akan di pertemukan lagi, entah waktu itu kapan"


Gus AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang