34. berdenyut - berdebar

1.2K 47 4
                                    

'iya ayo ikut ya? Sekali-kali loh' suara temannya nampak memaksa.

'nggih, tapi aku izin sama mau selesaiin pekerjaan dulu' zelmira menyerah juga setelah temannya di telfon itu memaksa.

Beberapa desain masuk, ia memeriksa dengan teliti. Di temani teh panas dan camilan, ia memandang taman rumahnya bunga-bunga mekar indah, udara pun sejuk membuatnya mengantuk dan memutuskan menutup tabletnya dan berlalu ke dapur.

Zelmira memeriksa beberapa bahan makanan dikulkas, ia akan memasak untuk makan malam sembari memantau zafran yang sedang menikmati Snack buahnya.

"Enak sayang?" Zelmira menepuk rambut anak laki-lakinya yang memasukkan potongan buah naga ke mulutnya, meskipun belepotan zafran tampak lahap.

Jamaah isya sudah selesai Azzam memutuskan mampir ke ndalem untuk sekedar menyapa umi-nya yang mencarinya lalu menikmati makan malam, Azzam ingat zelmira tadi belum memasak apapun, ia berniat untuk membungkus untuk istrinya.

Tapi sayangnya bungkusan itu tertinggal di meja makan, ia merutuki dirinya sendiri ketika sampai di rumah.

"Mas, aku udah siapin makannya, kamu makan ya?"

Azzam agak melotot kaget baru saja ia menghabiskan sepiring penuh. Apakah ia harus menambah lagi?

Melihat zelmira yang menyiapkan makanannya membuatnya tak tega menolak. Ia harus makan lagi kali ini.

"Nasinya nambah?" Zelmira menawarkan lagi dan menyendokkan nasi, belum sempat menolak zelmira sudah menuangkan ke piringnya.

Mata Azzam menyipit menikmati makanan yang terasa asin di mulutnya, tiba saat zelmira mengunyah masakannya sendiri.

"Loh kok asin?? Udah mas jangan dimakan lagi"

Azzam tak menghiraukan istrinya dan tetap melanjutkan mengunyah makanannya seolah tidak terjadi apa-apa.

"Eh iya, aku mau keluar sama teman-teman. Boleh nggak?"

"Terserah," Azzam mengabiskan makanannya cepat dan beranjak dari kursi menuju kamarnya.

"Nggak nanya sama siapa?"

"Aku nggak peduli,"

Zelmira memperhatikan suaminya yang hilang di balik dinding, menghela nafas panjang. Azzam benar-benar marah padanya, dan ia tidak memaafkan dengan mudah kali ini.

Azzam membaca surat perjanjian pernikahan yang sudah ia tandatangani, begitu egoisnya zelmira menulis ini untuknya.

Entahlah ia rasanya menyerah saja dengan pernikahan ini, perasaan cintanya ikut meluap dengan air matanya yang menetes mengingat zelmira yang sangat tega padanya. Namun ia harus bertahan sampai waktu yang benar-benar tepat ia memutuskan untuk berpisah.

"Ning, ini tadi bungkusan Gus ketinggalan di ndalem. Katanya umi buat njenengan makan, soalnya Gus tadi sudah makan di ndalem" kang Danang menyerahkan bungkusan padanya, ia menerimanya dengan senang lalu menutup kembali pintu.

Ia memandangi bungkusan nasi untuknya, ia jadi membayangkan Azzam yang makan 2× gara-gara dia, bagian tersedihnya masakannya tadi asin dan suaminya tetap menghabiskannya.

Azzam melirik istrinya yang memasuki kamar, ia pura-pura memejamkan matanya dan mengintip celah kecil apa yang dilakukan istrinya.

Zelmira membuka jilbab instannya, disusul gamisnya. Azzam tersentak kaget dengan tindakan istrinya, sedangkan zelmira tampak santai memilih baju tidurnya.

Kenapa dia memilih lama sekali, ck. Azzam meneguk ludahnya gusar. Kenapa dia berkeringat dingin seperti ini.

Tak ingin berlarut Azzam memindah posisi tubuhnya untuk membelakangi istrinya yang berganti baju, tak lama zelmira menyusul ke ranjang.

Gus AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang