(5) RA3 gank datang

3.2K 116 3
                                    

"Abah dengar beberapa hari yang lalu kamu sempat bertemu dengan mantan tunanganmu ya?" Abahnya itu memulai berbincangan setelah menyesap kopinya, di sela-sela ia membaca kitab berdua dengan anak lelakinya.

"Nggih bah.."

"Jujur saja Abah tidak suka kamu seperti itu, kamu itu harus pintar-pintar membawa diri zam, apalagi saat kamu memutuskan melamar ziya yang saat itu hanya ingin mempermainkan kamu saja,"

Ucapan abahnya itu membuat lelaki itu tak terima, ia merasa yang dikatakan abahnya itu salah.

"Bukan seperti itu bah, memang kita tidak berjodoh itu saja." Sahutan itu ia ucapkan dengan tenang dan hati hati, abah mengangguk mengiyakan.

Setelah sholat magrib azzam duduk di teras depan rumah sambil melamun, memperhatikan beberapa santri yang melewati pekarangan rumahnya dengan sopan.

Lampu terang dari mobil hitam itu membuat matanya menyipit, memperhatikan siapa yang keluar dari mobil itu. Rehan itu teman lamanya! Dia datang untuk memenuhi janjinya dengan datang ke pernikahannya.

"Assalamualaikum zam, cepetan ya gue datangnya padahal pernikahan Lo masih seminggu lagi?" Ujar rehan meringis memperlihatkan gigi gingsulnya.

"Yasudah ayo masuk o" ajak Azzam sembari membantu membawakan tasnya.

"Assalamualaikum Abah.. Umi.." sapa rehan menyambut tangan orang tua itu lalu menciumnya.

"Nak rehan sudah makan belum? Umi siapin ya nanti di makan sama Azzam. Kamu bersih-bersih dulu gih biar segar gak suntuk kayak gitu"

"Nggih mi'"

Umi memang seperti ini, selalu heboh kalau rehan datang, tanpa sadar rehan tersenyum tipis dan mulai merindukan sosok yang sudah lama meninggalkannya.

"Alhamdulillah ya akhirnya lo sold out duluan zam di banding gue," ujar rehan yang sedang rebahan santai di kasur Azzam itu setelah makan malam, sedangkan Azzam duduk di sofa, hei bukankah ini terbalik? Siapa tuan rumahnya?

"Yaa lagian umur gue dah masuk 28 Han, dan gue rasa gue udah siap aja. Eh iya gimana kabar wanita yang sering Lo ceritain, temen kuliah lo dulu itu" tanya Azzam penasaran.

"Hahahaha masih ingat aja, tinggal namanya aja sih yang gue selipin di sepertiga malam gue tuh. Namanya indah zam seperti pemiliknya" sahut rehan menatap sendu ke arah lain.

"Emang siapa si namanya?"

"Zelm.."

Clek !

"Azzam itu Totebag zelmira kebawa kak Aisyah kemarin pas fitting baju di butik, itu isinya undangan nikahan kalian, tolong besok antar ya... Eh ada rehan ya? Maaf ya kakak masuk gak permisi" Aisyah langsung manaruh Totebag itu dengan cepat dan segera menutup pintu bergegas meninggalkan mereka.

"Eh sorry-sorry siapa tadi namanya?" Azzam mengulas pertanyaan itu lagi, menatap rehan yang terpaku menyakinkan hatinya sendiri bahwa ada banyak nama zelmira lain di belahan bumi ini.

"Lupain aja dah, capek banget gue tidur duluan ya"
Azzam berdehem menatap ranjangnya yang dikuasai rehan, ia memutuskan tidur di sofa dan membereskan beberapa pekerjaan yang tertunda.


"Lo kenal calon istri Lo sejak kapan zam?" Rehan tengkurap menatap Azzam yang tiduran di sofa.

"Baru aja, dicariin umi" jawab Azzam enteng.

"Walaupun kenyataan itu pahit, seorang harus bersama yang setara ya zam?" Rehan ngelamun.

Azzam menyangkal perkataan Rehan.
"Mboten Han, semua itu sudah di takdirkan dengan porsi masing-masing. Tidak perlu setara selagi kita bisa saling memahami satu sama lain."

Rehan berdecak. "Emang type ideal Lo siapa sih zam?"

"Siapa nggak ada, mentok kayak umi lah" Azzam tampak berfikir.

"Umi Lo mirip ratu arab anjay,"

"Untung kaga ratu lebah ya" Azzam terkekeh pelan seraya memeriksa pesan bahwa rombongan Aldi dan Akmal sudah di depan ndalem, takut masuk ke ndalem karena takut kuis dadakan dengan Abah.

Setelah Azzam menjemput ke depan, mereka langsung masuk ke kamar Azzam sehabis bersalaman dengan Abah dan umi.

"Gas PS an semalaman sebelum jadi suami orang nih" Aldi sudah menyalahkan smarttv untuk ia sambungkan ke PS.

"Duluan dulu, aku masih edit modul" Azzam masih berkutat dengan laptopnya, tampaknya Akmal sibuk dengan jajanan yang telah umi siapkan untuk mereka menginap.

3 jam berlalu, leher Azzam terasa kaku, ia bersandar sebentar menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, teman-temannya sibuk dengan game yang di mainkan, Azzam ikut nimbrung duduk di lantai yang beralaskan karpet bulu.

"Zam ini di bekalin emakku roti kesukaanmu" Akmal menyerahkan box roti toping sukade.

"Salamin makasih mal ke Mak," Azzam mencomot 1.

"Yeh lu mah kirim salam muluk, kirim duit kek" Aldi menyaut lalu di toyor oleh Akmal.

"Azzam sering kirim amplop oy," Akmal ngikik.

Aldi berpindah ke kasur yang sudah ada Rehan molor sedari tadi.

"Nih anak udah teler aja" Aldi mendorong sedikit tubuh Rehan agar ia bisa rebahan.

"Bahasamu di, nanti di kira umi kalian mabuk loh" sahut Azzam yang masih fokus dengan psnya bersama Akmal, pertandingan balap mobil terasa sengit jari-jari mereka berdua cepat menekan tombol-tombol pada stik PS.

Azzam kalah, sedangkan Akmal sudah jingkrak-jingkrak gak jelas.

Pukul sudah menunjukkan pukul 2 malam, Azzam menata kasur lipat di samping ranjang untuk tidur Akmal dan Aldi, sedangkan ia di ranjang dengan Rehan.

"Eh kok mau tidur sih, gue baru bangun nih" Rehan mengucek menatap 3 temannya yang ingin menarik selimut.

"Eleh terlambat lu, tadi waktu seneng-seneng lu malah teler" Akmal mengejek.

"Yuk main truth or dare" Rehan memberi ide, Azzam dan lainnya manut saja mereka berempat melingkar.

Akmal memutarkan botol air mineral dan mengarah ke arah Rehan.

"Truth or dare?"

"Truth" Rehan agak deg deg an, karena kalau ia jawab dare tantangan dari mereka pasti aneh-aneh.

"Inisial Z yang biasa di buku Lo, siapa itu?" Aldi penasaran.

"Cinta pertama gue" Rehan menjawabnya tenang.

" Tau ege, namanya siapa??"

"Zaitun" Rehan terkekeh.

"Itu Mak gue anying" suara Akmal terdengar kesal lalu menyerahkan segelas kopi pahit tanpa gula sebagai hukuman Rehan yang tidak mau jujur.

Putaran kedua mengenai Azzam.

"Truth or dare zam?"

"Truth ajalah, dare kalian nanti aneh"

"Apa yang lu pikirin tentang malam pertama?" Akmal bertanya lalu tertawa sembari berkedip pada temannya untuk menggoda Azzam.

"Ih pasti gak sabar ya uh ah sama calon istri di kasur ini" Aldi menyauti itu tertawa hingga perutnya sakit.

"Udah pro belum ini tenang kita ajarin kok, biar tahan lama" Rehan turut menggoda Azzam yang terlihat emosi.

"Unch unch pelan pelan ya mas Azzam" Akmal tertawa pecah disusul yang lain.

"Astaghfirullah pulang dah kalian!"

Azzam melengos langsung berdiri untuk tidur di kasur meninggalkan temannya yang masih di posisi semula.

"Zam maaf becanda doang ah, jangan marah please" Akmal mewakili untuk meminta maaf.

"Jangan gitu lagi, udah ayo tidur dah malem. Besok habis subuh di ajak kuis sama Abah." Azzam mengatakan itu sembari menutup matanya.

"Zam mendingan kita pulang dah, takut gue kuis sama Abah"nada bicara Aldi terdengar panik.

Terlambat.


Gus AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang