53. kembali

827 36 21
                                    

Zelmira menatap pekarangan pemakaman suaminya yang di tumbuhi bunga-bunga segar warna warni, tak ada kesan seram apapun.

Ia melangkahkan kakinya bersama zafran hingga mereka duduk berdampingan menghadap nisan bertulisan nama Azzam Habrizi Shaggaf.

Zelmira memfokuskan pandangannya pada gundukan tanah yang penuh bunga-bunga segar, apakah umi baru saja datang kemari?

'mas ini anak kita, sudah besar ya? Aku hebat banget bisa besarin zaf sendirian kan?'

Zafran dan zelmira berdoa khusu', setelahnya mereka masih betah duduk disana, tak ada percakapan apapun yang terucap. Mereka sibuk dengan pikiran mereka sendiri.

"Baba, maaf ya zaf baru kesini. Tapi zaf tidak pernah lupa kok kirim doa untuk baba," zafran memainkan bunga-bunga di atas makam Azzam.

Tangan zelmira mengusap air mata zafran yang menetes, zafran masih melamun kosong.

"Udah selesai?" Azka menghampiri mereka berdua, setelah tadi menjauh tak ingin mendengar maupun melihat dialog keluarga kecil itu. Azka tidak tega.

"Sudah kak, tapi nggak tau kenapa kok masih betah disini. Apa karena cuacanya adem ya?"

"Mungkin kamu kangen.."

Jantung zelmira berdegup ketika memasuki pesantren yang beberapa tahun silam ia tinggalkan. Ia melirik butik yang pertama ia kelola, suasana ramai dan warna cat yang berubah. Ia jadi merindukan suasana ketika disana.

Gerbang pesantren yang pada saat itu berwarna putih berubah menjadi berwarna hijau, beberapa bangunan bertambah beberapa lantai. Ia melirik rumah putih yang dulu ia tinggali, sekarang sangat terawat siapa yang tinggal disana ya?

"Bun, jangan sedih" zafran menggenggam tangan zelmira setelah keluar dari mobil, digarasi ada mobil traumanya. Mobil hitam yang dulunya rusak parah pasca kecelakaan, sekarang terlihat normal.

Zafran menekan bel pintu, selang beberapa umi membuka pintu dan terkejut melihat menantu dan cucunya berada di depannya.

"Nak?" Tangis umi pecah ketika ia memeluk zelmira dan zafran. "Ya Allah ini umi mboten mimpi kan?"

"Ngapunten umi..." Tangis zelmira juga pecah di pelukan mertuanya.

"Umi, kenapa mi?" Abi Hasan keluar dengan heran ketika sang istri tadi berpamitan membuka pintu dan terdengar suara tangis, ia memutuskan untuk menyusul dan melihat apa yang terjadi.

"Abi," zelmira mencium tangan mertuanya, begitupun zafran yang langsung di peluk Abi Hasan.

"Kenapa ndak bilang-bilang nduk, umi tidak masak-masak buat kamu. Ini umi telepon catering kesukaanmu dulu," umi sibuk mencari hpnya.

"Mboten usah umi-" tolak zelmira.

"bun, kebelet" zafran menatap bundanya yang duduk di sofa, zafran langsung mengikuti neneknya yang mengantarkan ke kamar mandi.

Setelah selesai, zafran berjalan pelan menatap foto-foto di dinding, foto bunda dan babanya, foto ia ketika bayi juga ada disana.

Ia terpaku sejenak menatap wajah babanya yang ia rasa sangat mirip dengan dirinya, andai saja ia masih disini bersama. Apakah ia sebahagia ketika ia bersama om Agam?

Bagaimanapun Azzam dan Agam adalah orang berbeda dan tak akan pernah sama, zafran paham bahwa Agam sebenarnya menyukai bundanya sudah lama. Namun sang bunda enggan untuk membuka hati kembali.

Zelmira bertukar kabar dan bercerita tentang kehidupannya akhir-akhir ini yang sibuk dengan bisnis dan TPQ di Magelang.

"Nggih umi tadi juga sudah mampir ziarah ke mas juga," sahut zelmira ketika umi bertanya.

Gus AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang