31. mimpi buruk

1.2K 48 0
                                    

Suasana balkon yang dingin tidak mengalihkan perhatian sedetik pun seorang pria pada laptopnya, kacamata tipis membantu ia membaca beberapa laporan di tangannya.

"Masuk o, dingin banget nanti masuk angin"

Azzam menoleh menatap istrinya yang sudah siap dengan piyamanya bersiap tidur. "Ndang tidur duluan, mau selesaiin kerjaan dulu "

Zelmira mengangguk, lalu jari lentiknya menutup pintu kaca geser pemisah kamar dan balkon. Meskipun menjelang malam suara semak an hafalan dari masjid masih terdengar.

"Mau makan ta nak?" Suara umi dari belakang membuat zelmira terkejut, ia membuat teh herbal untuknya sebelum tidur.

"Mboten mi', Niki buat teh" zelmira meneruskan mengaduk larutan gula di dalam gelas.

"Zafran sama Azzam udah tidur ta?"

Zelmira menggeleng. "Zafran sudah tidur mi', mas yang belum masih lembur. Mira masuk kamar duluan ya mi?" Zelmira membawa gelas itu kemudian berlalu dari dapur.

Beberapa saat setelah ia menghabiskan teh dan camilannya, zelmira merasa mengantuk dan segera terlelap.

Azzam melihat istrinya yang sudah tertidur nyenyak tertutupi selimut, ia mengambil korek Api di dalam lemari nakas dengan pelan, berjalan lagi di balkon untuk menyulut rokok yang ada di tangannya.

Pikirannya sangat stress sekarang, pekerjaan yang ia handle berantakan karena ulah karyawan yang bermain curang, Azzam menghembus nafas kasar setelah menghabiskan beberapa batang gulungan putih.

Tiba-tiba teriakan dari istrinya membuat ia segera bangkit dan berlari menuju ranjang,
Menampilkan zelmira yang berkeringat dingin dan badannya gemetar.

"Kenapa sayang? Mimpi buruk ya?"
Azzam yang baru duduk di samping kasur langsung di peluk oleh zelmira erat.

"Aku takut.." zelmira merengek.

Azzam menepuk punggung istrinya pelan. "Syutt ada aku disini, tenang ya. Ndang bobo lagi. Tak temenin sampe tidur. Emang kamu mimpi apa?"

Zelmira menggeleng tak mau membicarakan. Sebenarnya ia bermimpi ia melihat suaminya tergeletak bersimbah darah. Tapi disana zelmira tidak bisa melakukan apa-apa selain menangis.

                             _______

"Zam, sini nak" panggilan abinya dari kamar membuat langkah Azzam terhenti, menoleh ke arah kamar yang pintunya terbuka.

Aroma khas dari kamar itu menyeruak, abinya menepuk kasur kosong menyuruh Azzam duduk di sebelahnya.

"Lagi ada masalah sama bisnismu ta? Abi perhatiin kok kayak ada yang nggak beres"

Insting orang tua memang tidak pernah salah, Azzam tersenyum menenangkan.

"Mboten nopo-nopo bi, masalah kecil aja udah biasa dalam bisnis"

Abinya memegang tangan Azzam yang gugup.

"Le, semua itu ada takarannya. Jika memang bisnis mu cuma sampai segini lepaskan saja, jangan di paksakan"

Azzam mencium tangan abinya, menaruhnya dipipinya. "Ngapunten nggih bi, Azzam tidak pecus ngurusin bisnis Abi"

"Kamu sudah berusaha nak, setiap usaha memang ada masanya. Dan kita harus merelakannya, meskipun itu berat"

"Nggih bi, Azzam berat ngelepasin karena udah bukan jutaan, tapi ratusan juta bi,"

"Nggakpapa, itu juga titipan dari Allah saat mau di ambil oleh Allah kita harus siap zam." Abinya tampak legowo, entahlah saat ini perasaan Azzam benar-benar lega.

Gus AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang