25. hati saya sakit, nduk

1.6K 53 8
                                    

Hujan turun hari ini, air terjun bebas mengenai apa saja. Tapi mereka memilih tetap berasa di sebuah restoran di tengah kota setelah selesai melakukan seminar sosialisasi impact teknologi bagi santri, tentang bagaimana cara santri mengikuti perkembangan zaman yang terbatas gadget dalam kesehariannya.

Zelmira menghembuskan nafas pelan, ditemani beberapa guru yang lain, matanya menangkap bayangan ahmad yang tak jauh darinya, tak lama lelaki itu menyungging senyum yang manis.

"Ning, ini bagaimana ya? Udah jam 10 malam kita masih di surabaya," ustadzah yaya terdengar galau, menatap jendela yang menampakkan hujan deras.

"Kalau nggak memungkinkan kita menginap saja di hotel ini, lagian khawatir juga jalanan licin" ustadzah aina menyahut, ustad hamad dan zidan menyimak.

"Nggih, sudah saya tanyakan mas azzam, kayaknya lebih baik nginep aja, takut ada apa apa di jalan, yasudah ayo kita langsung pesen kamar hotel aja"

Perkataan ning-nya itu seolah perintah, mereka mengikuti langkah perempuan dengan abaya cream berjalan keluar.

"Mau pulang ya ra? Masih deres ini" suara ahmad tiba-tiba mengejutkan zelmira.

"Mboten, ini aku sama yang lain mau nginep di hotel aja" ahmad mengangguk faham.

"Yaudah bareng, ini rombongan pesantren aku juga mau pada nginep juga" ahmad berjalan beriringan dengan zelmira, zelmira tampak menjaga jarak agar tidak terlalu dekat dengan ahmad.

Pagi telah tiba, zelmira menggerjap mengecek hpnya banyak panggilan tak terjawab dari Azzam.

Dengan khawatir iya segera menelfon balik suaminya, kebetulan setelah sholat subuh ia tidak sempat membuka hp tadi, baru setelah breakfast ia mengecek.

Drtt drttt

'assalamualaikum mas?'

'waalaikumsalam, enten nopo?' suara azzam terdengar.

'ngapunten, semalam aku udah tidur. Kenapa telfon? Zafran rewel ya?'

'mboten, babanya yang rewel nih kangen nggak ada yang nemenin hehe' tawa azzam membuat zelmira tersenyum sendiri.

'yasudah aku tutup telponnya, ini mau siap-siap pulang'

'hati hati nggih, muach'

Zelmira dan lain berjalan santai menuju lobby, seraya berbincang tanpa sadar zelmira menabrak laki-laki tegap yang membawa paperbag berisi beberapa buku.

"Aduh, maaf ya mas saya nggak sengaja" zelmira langsung inisiatif mengambil beberapa buku yang berserakan, tanpa sadar mata keduanya bertemu.

"Eh?"

Cekrik! Suatu angle kamera yang buruk, jika ada yang melihatnya pasti akan salah paham dengan posisi ahmad dan zelmira yang seperti berpegangan tangan, padahal kenyataannya tidak.

"Ini bisa menjadi bom yang akan meledak kan?" Wanita itu bermonolog mengamati foto itu dan nampak puas.

Zelmira memasuki mobil putih menuju kembali ke pondok, karena jujur saja masih banyak urusan yang belum selesai, mulai dari persiapan wisuda al quran 30 juz dan diniyah, kepalanya pusing memikirkannya.

Pohon-pohon rindang terlihat, zelmira melamun, tak ada pembicaraan antar ustadzah karena memang sedang tidur, tak lama zelmira menyusul.

"Ning, ngapunten sampun sampai ten ndalem" kang danang bersuara, ningnya dan ustadzah yang lain segera turun dari mobil.

Beberapa santri yang lewat tampak berdiri menunduk, melihat zelmira berjalan ke arah ndalem yang di depannya sudah ada bu nyai yang sedang menggendong cucunya.

Gus AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang